TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Robinson Sinurat, Anak Petani Sumbul Lulus S2 di Amerika Serikat

Jujur, berani dan mau berjuang

Instagram/robinsonsinurat

Medan, IDN Times - Robinson Sinurat yang akrab dipanggil Obin adalah salah satu anak yang membuktikan bahwa tak ada proses yang mengkhianati hasil.

Robin merupakan anak petani asal Tanjung Beringin, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi Sumatera Utara. Saat ini, Robin  berhasil meraih pendidikan S2 di universitas bergengsi di Amerika Serikat.

Baginya, hal tersebut adalah sebuah bukti pencapaian sebuah impian. Robinson Sinurat lulus dari universitas prestisius, Columbia, di kota New York, NY, seperti di lansir VOA, Senin (14/1).

“Be honest. Be brave. Be willing.” Jujur, berani dan mau berjuang. Itulah moto hidup yang selalu ia tanamkan. Berikut kisah Robin yang bisa di jadikan inspirasi.

Baca Juga: ALAMAK! Medan Kota Metropolitan Terkotor di Indonesia

1. Berjuang demi pendidikan

Instagram/robinsonsinurat

Perjuangan Robin tentu tak lepas dari semangat orang tuanya. Orang tua Robin bekerja sebagai petani kopi dan sayur. Sejak kecil Robin tinggal di Medan, berjauhan dengan orang tuanya, demi mendapatkan pendidikan yang lebih baik.

Robin mengatakan selama bersekolah dia mempunyai keinginan untuk bisa masuk ke sekolah bonafit seperti sekolah swasta yang berfasilitas lengkap tapi selalu terkendala masalah keuangan. Namun, hal tersebut tak membuat Robin patah semangat.

2. Berjuang masuk Perguruan Tinggi Negeri

Instagram/robinsonsinurat

Robin mengatakan jika dia tak bisa masuk negeri kuliahnya, orang tuanya tak sanggup membiayai. 

Pesan itu menjadi semangat baru baginya untuk berjuang masuk ke universitas negeri. Ia mengikuti ujian SMBPTN dan mendaftar ke Universitas Padjadjaran, Bandung dan Universitas Sriwijaya, Palembang.

Awalnya, ia berharap bisa  kuliah di Bandung. Tapi tak bisa di tolak, ia diterima di Universitas Sriwijaya di Palembang, jurusan Fisika, jurusan yang bukan ia inginkan.

“Menurut aku pribadi bukan masalah apa pun jurusannya, tapi pola pikirnya, mindset kita itu gimana ketika kita kuliah, jauh dari orang tua juga. Jadi OK ambil ajalah, yang pasti masuk perguruan tinggi negeri, orang tua sanggup membayar,” katanya.

3. Berjuang biaya hidup sendiri

Instagram/robinsonsinurat

Setelah kabar bahagia itu Obin memilih berangkat, tapi lagi-lagi Obin terkendala biaya. Ia memutuskan untuk meminjam uang temannya senilai 3 juta rupiah. Dengan uang tersebut, Obin bisa membayar uang kuliah dan keberangkatannya.

Tak sampai di situ, kendala keuangan terus dirasakan Robin, membayar buku praktikum dan biaya hidup harus di pikirkannya.

Untuk menyiasati hal tersebut, Obin hanya makan satu kali sehari di kantin kampus di waktu sore hari, agar bisa mengganjal rasa lapar hingga keesokan harinya.

Untuk mengatasi rasa lapar di tengah malam, Obin menyimpan biskuit kelapa di kamarnya.

“Aku ambil 1-3 biji, makan, sambil nangis,” katanya.

“Aku enggak pernah kasih tahu orang tua, kalau aku itu nggak makan. Tapi kalau yang bahagia-bahagianya aku kasih tahu. Karena kalau menurut aku, kalaupun aku kasih tahu aku susah segala macam, toh memang kalo mereka enggak ada biaya,” katanya.

4. Bertahan hidup dengan menjadi mengajar fisika di sekolah bimbingan belajar

Instagram/robinsonsinurat

Untuk meneruskan kuliah, Obin dianjurkan oleh dosen pembimbing dan dekan untuk mendaftar beasiswa dari PPA (Peningkatan Prestasi Akdemik) dan BBM (Bantuan Belajar Mahasiswa). 

Nilainya yang selalu bagus sejak SMA serta doa orang tua membuahkan beasiswa di semester dua hingga lulus.

Sementara, untuk bertahan hidup ia bekerja dengan mengajar fisika di sekolah bimbingan belajar di pusat kota Palembang.

5. Terjun ke bidang sosial di Palembang

Instagram/robinsonsinurat

Saat di Palembang, Obin berminat bergabung di bidang sosial. Ia tergabung di Youth Interfaith Community, American Association of Petroleum Geologist, menjadi ketua perkumpulan warga Batak, dan mendirikan organisasi kampus, Himpunan Mahasiswa Geofisika.

Setelah lulus, ia pindah ke Jakarta untuk menerima tawaran kerja sebagai koordinator program di bidang kepemudaan di Global Peace Foundation.

Bahkan, ia juga pernah bekerja di kementerian PU (Pekerjaan Umum) di Jakarta, sebagai seorang konsultan. Kerap kali ia mengikuti konferensi-konferensi baik di tingkat nasional maupun internasional yang pernah membawanya hingga ke Malaysia.

Berita Terkini Lainnya