TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kisah Mantan Wartawan TVRI Dirikan Rumah Literasi Ranggi

Awalnya Ranggini mau buat rumah sewa

Literasi Ranggi menggelar Petas Seni untuk pertama kalinya (Dok. Istimewa)

Medan, IDN Times - Ranggini, pensiunan wartawan TVRI Medan saat ini mendirikan Rumah Literasi Ranggi dengan konsep unik, memakai interior yang didominasi kayu.

Rumah Literasi Ranggi ini berlokasi di Kompleks Perumaha n PWI, Jalan PWI, Desa Sampali, Kecamatan Percut Seituan, Kabupaten Deliserdang.

Ranggini sebagai Ketua Yayasan Rumah Literasi Ranggi mengatakan bahwa, rencana awalnya ingin membuat sewa rumah yang juga erupakan saran dari keluarga.

Sejak tahun 2018, ia telah menjadi seorang pensiun di TVRI. Berikut IDN Times rangkum cerita Ranggini mendirikan Rumah Literasi Ranggi.

Baca Juga: Kisah Para Guru Inspiratif dan Rela Menerjang Bahaya Demi Siswa

1. Masa pensiun Ranggi dimanfaatkan untuk anak-anak yang mau belajar di rumah literasi

Suasana saat belajar dirumah Literasi Ranggi (Dok. Istimewa)

Dalam ceritanya, usai pensiun ditahun 2018 Ranggini memilih untuk jalan-jalan ke Eropa dan tak terbesit saat itu mendirikan sebuah literasi.

"Apalagi kan saya baru pulang jalan-jalan dari Eropa, jadi uangnya gak ada. Kalau tadi ada rencana mau bangun, jalan-jalan yang 2 tahun belakangan ini ditiadakan. Kalau anak-anak awalnya disuruh buat rumah sewa," ujar Ranggini.

Bermula saat mendapatkan informasi dan melihat adanya lahan kosong, Ranggini berinisiatif untuk mengambil kredit dan melakukan pembangunan. Namun, saat masa pembangunan rumah ia malah kepikiran ingin membuat bangunan yang unik dan mendirikan Rumah Literasi.

"Supaya ada daya tarik tersendiri. Karena kita mau buat gerakan Literasi itu tidak mudah, dan banyak kendala mulai dari sarana penyediaan buku dan minat anak-anak kita terhadap literasi atau membaca itu sangat rendah," ujarnya.

Akhirnya ia tak jadi untuk membuat rumah sewa, dan dapat membuat sebuah Rumah Literasi dengan persetujuan anak-anaknya. Artinya, masa pensiun Ranggini dimanfaatkan untuk rumah literasi.

2. Ranggini menilai angka literasi anak-anak di Indonesia sangat rendah

Literasi Ranggi saat menggelar Pentas Seni untuk pertama kalinya (Dok. Istimewa)

Menurutnya, angka literasi anak-anak di Indonesia sangat rendah. Sehingga mendorongnya untuk membuka beberapa kelas seperti Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Bahasa Jerman, matematika, ada Pertanian.

"Kimia dan bahkan ada kelas Merajut untuk ibu-ibu dan Alhamdulillah banyak dukungan dari relawan-relawan hebat yang tanpa saya cari mereka datang. Ada Duta Pariwisata Deli Serdang, Ikatan Duta Bahasa Sumatera Utara mengajukan datang bikin MOU untuk menjadi relawan pengabdian bahasa mereka. Nah selain belajar itu anak-anak juga punya bakat seni sehingga ada belajar seni disini oleh Duta Pariwisata. Alhamdulillah, meskipun kita baru sampai hari ini," jelasnya.

Sebagai perkenalan diri anak-anak dan rasa kenyamanan dilakukan ngabuburit saat bulan Ramadhan mebuat games hingga kuis.

"Ngajak mereka disini kenal sama kita, kita kasih hadiah. Selanjutnya setelah Lebaran kita mulai. Kegiatan disini juga seminggu tiga kali yaitu Rabu, Sabtu dan Minggu. Tetapi kita sering mengadakan perbaikan gizi juga untuk anak-anak. Dan kita juga tetap menerapkan protokol kesehatan, karena saat ini masih dalam suasana pandemik," ujarnya.

3. Sudah bergelut di dunia media massa 30 tahun dan di KPI 3 tahun lama

Literasi Ranggi saat menggelar Pentas Seni untuk pertama kalinya (Dok. Istimewa)

Lanjutnya, dalam cerita. Literasi ini dibentuk dari rasa bersalah dikarenakan selama bekerja kurang perhatian kepada keluarga.

Ranggini bergelut didunia media massa terhitung sudah 30 tahun sejak tahun 1997 dan sempat ke bidang berita selama 3 tahun menjadi Komisioner Penyiaran Indonesia sehingga tugas dan tanggung jawab jadi keluarga nomor 2.

"Semenjak saya pensiun dan anak-anak saya beranjak dewasa, rasanya ingin ikut berperan dalam mencerdaskan generasi muda. Kita mengisi yang kurang dari bagian formal karena inikan bukan pendidikan formal," jelasnya.

Selain itu, ia juga bertujuan untuk ikut serta dalam memerdayakan perempuan karena jika perempuan berdaya maka akan berkualitas untuk anak-anaknya. Sehingga menjadi konsen atau fokus utama, ikut berperan mencerdaskan anak-anak generasi penerus.

4. Baginya, fasilitas di literasi Ranggi tak cukup tanpa pengaruh orangtua

Literasi Ranggi saat menggelar Pentas Seni untuk pertama kalinya (Dok. Istimewa)

Masih dalam ceritanya, meskipun literasi Ranggini membuat sarana fasilitas dan anak-anak yang datang hanya membawa badan, masker, buku dan segala macam difasilitasi. Tenryata tak cukup sampai karena pengaruh orangtua juga sangat penting.

"Kenapa karena ada juga anak-anak yang diberi tanggung jawab oleh orang tuanya, misalnya bekerja ikut mencari nafkah," ucap Ranggi.

5. Tak ada syarat dan ketentuan untuk anak-anak yang ingin ikut serta belajar di literasi Ranggi

Literasi Ranggi saat menggelar Pentas Seni untuk pertama kalinya (Dok. Istimewa)

Dirinya berharap untuk para orangtua tugas anak dapat dibantu orangtua jika bisa disesuaikan dengan hak-hak anak, agar belajar ini jangan terkurangi.

"Karena ini bagian dari hak dasar anak untuk mendapatkan pendidikan karena disini banyak anak-anak yang putus sekolah. Bahkan ada yang kelas 4 SD tak bisa membaca. Kita disini juga ada Reading A Lot, bercerita dan belajar membaca," dalam penjelasannya.

Ranggini mengatakan bahwa, tak ada syarat dan ketentuan bagi para anak-anak yang ingin ikut serta belajar di literasi Ranggi.

Baca Juga: Cerita Mardimpu Sihombing, Mengajar Geografi dengan Aplikasi Tiktok

Berita Terkini Lainnya