TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

4 Rahasia Sukses di Bisnis Properti ala Adi Ming E

Harus bersahabat dengan risiko

IDN Times/Masdalena Napitupulu

Medan, IDN Times - Memulai bisnis properti bukanlah hal yang mudah. Perlu kegigihan dan kesabaran untuk melakukannya. Seperti yang dilakukan Adi Ming E, Chairman Samera Propertindo yang mengawali bisnis ini dari nol.

"Sebagai seorang pebisnis properti, saya harus bersahabat dengan yang namanya risiko," katanya beberapa waktu lalu.

Adi Ming E bukan pewaris kerajan properti. Ia terlahir dari keluarga sederhana yang selalu memberi dukungan dalam setiap pilihannya.

Beruntungnya, orangtuanya juga memilki tekad untuk menyekolahkannya hingga bisa duduk di bangku perkuliahan. Hal itu lah yang dijadikannya bekal untuk berkarier. Seperti apa cara sukses bisnis properti ala Adi Ming E? Simak yuk!

1. Bersahabat dengan risiko

Dok.pribadi

Adi Ming E mengatakan untuk memulai bisnis properti harus terbiasa dekat dengan risiko.

Menurutnya, pada setiap tantangan besar selalu ada risiko besar, dan potensi keuntungan yang besar pula.

"Maka bersahabatlah dengan risiko. Sebagai seorang pebisnis properti, saya harus bersahabat dengan yang namanya risiko,” ujarnya.

2. Harus memiliki sikap yang optimistis

IDN Times/Masdalena Napitupulu

Selain dekat dengan risiko, menjalani bisnis ini juga harus memiliki sikap yang optimistis.

"Jika setiap tahun dicatat, sebenarnya akan selalu saja ada alasan untuk pesimistis dengan bisnis properti. Ada yang bilang hati-hati di tahun politik. Hati-hati saat ada desas-desus krisis global. Hati-hati pergantian kepala daerah dan jika dituruti, maka tidak ada tahun baik untuk menjalankan bisnis properti," kata Adi.

3. Untuk sukses menjalani bisnis ini juga membutuhkan sikap yang fokus

Dok.pribadi

Jika sudah menerapkan dua hal tersebut, kata Adi Ming, untuk sukses menjalani bisnis ini juga membutuhkan sikap yang fokus.

Beberapa tahun terakhir, di saat kompetitor berbondong-bondong membidik
pasar menengah bawah, Adi Ming memilih tetap fokus di segmen menengah atas.

"Alasannya sederhana, menengah atas sudah pasti mampu beli. Ia hanya perlu memikirkan desain terbaik dengan harga paling kompetitif. Ketimbang ikut berspekulasi dengan kabar tumbuhnya kelas ekonomi menengah di Indonesia. Padahal kelas menengah sangat rentan," sambungnya.

Berita Terkini Lainnya