Gairah Mahasiswa USU Merevitalisasi Budaya lewat Galeri Asvina

Sajikan aksi panggung menarik agar budaya tak dianggap kolot

Medan, IDN Times – Gairah Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) FISIP USU dalam memperkenalkan betapa luhurnya nilai-nilai budaya telah dilakukan dengan aksi nyata. Mengusung konsep etnografi dan menyuguhkan penampilan-penampilan berbasis kultural mereka sajikan pada Galeri Asvina Nusantara, Jumat (29/30/2023) di FISIP USU.

Konsep festival yang cukup unik ini diselenggarakan sebagai upaya GMNI merevitalisasi nilai-nilai budaya yang ada di Sumatra Utara. Selain memberi panggung terhadap penampilan-penampilan bercorak kedaerahan, seluruh kader yang hadir juga memakai atribut daerah seperti ulos, kain tenun uis gara, sampai penutup kepala. Hal tersebut dimaksudkan untuk menambah kesan lokalitas etnis dan mengenalkan budaya yang ada kepada mahasiswa USU.

1. Tak seharusnya mahasiswa alergi dengan budaya

Gairah Mahasiswa USU Merevitalisasi Budaya lewat Galeri AsvinaTarian multi etnis Sumut (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Diga, selaku koordinator GMNI FISIP USU mengatakan jika Galeri Asvina Nusantara sengaja diusung dengan memerhatikan unsur kedaerahan. “asvina” menurut keterangan Diga diambil dari bahasa Sansekerta yang berarti “September”. Diga menegaskan jika pada penghujung September ini, mereka ingin menunjukkan kepada mahasiswa USU bahwa adat istiadat yang ada di nusantara, khususnya Sumut, sangatlah kaya dan unik.

“Galeri Asvina nusantara memiliki konsep etnografi, ya. Di mana kami ingin memperlihatkan bagaimana indahnya nusantara, kami ingin menunjukkan budaya ke mahasiswa USU sebab budaya kerap mendapat klaim ‘kuno’ dan ‘kolot’ oleh anak-anak muda yang memuja isu-isu modernisasi,” kata Diga.

Memperkenalkan dan merevitalisasi budaya Diga anggap sebagai hal yang sangat penting. Selain untuk mempertahankan nilai-nilai luhur yang dianut, mahasiswa juga dapat dipicu semangatnya dalam melestarikan apa yang telah diwariskan nenek moyang.

“Kita harus memperlihatkan bagaimana kentalnya budaya kita. Karena terlalu sering memuja hal-hal berbau tren dan isu modernisasi, takutnya kita lupa dengan budaya yang kental dan super unik itu. Dan sungguh terpujilah kita jika musik-musik daerah, tarian daerah, atau hal-hal lain dilestarikan,” tutur pria yang merupakan salah satu kader terbaik GMNI Fisip USU.

Baca Juga: Hari Tani, WALHI Sumut: Jokowi Gagal Laksanakan Reforma Agraria

2. Dari tor-tor pangurason, gondang, sampai tarian multi etnis diperkenalkan

Gairah Mahasiswa USU Merevitalisasi Budaya lewat Galeri AsvinaTor-tor pangurason yang disajikan di panggung terbuka GMNI Fisip USU (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Tor-tor pangurason merupakan salah satu tarian adat Batak Toba yang disajikan dalam acara ini. Tor-tor pangurason biasanya disajikan pada setiap upacara pengangkatan hula-hula atau upacara lain. Lewat gerakan tarinya, seakan memberi isyarat kepada siapapun yang menontonnya agar menjaga keseimbangan alam agar dapat terhindar dari mara bahaya.

“Kita juga mengundang band-band lokal yang melantunkan lagu-lagu daerah. Karena kita memiliki misi juga dalam memajukan band-band lokal yang mengusung adat istiadat. Itu hal yang harus kita perhatikan demi mendukung upaya revitalisasi daerah,” kata Diga yang juga menuturkan bahwa acara tersebut telah dikonsep selama dua bulan lamanya.

Diga menuturkan bahwa seni juga memiliki peranan penting bagi mahasiswa. Ia juga menyontohkan jika dahulu para aktivis menggunakan seni sebagai perpanjangan tangannya. Mereka mengeksplor dan berekspresi melalui seni hingga mengenalkan kepada mahasiswa tentang nilai-nilai perjuangan bahkan kedaerahan.

“Kami juga mengundang salah satu sastrawan, Bang Idris pasaribu, dia termasuk orang yang dituakan, beliau seorang penulis buku yang berjudul ‘Pincalang’ dan itu merupakan salah satu buku yang wajib dibaca di Australia,” jelas Diga.

Ia berharap dengan terselenggaranya acara ini, mahasiswa lebih mengenal dan mencintai apa itu adat istiadat nusantara. Bahwa bagaimana pun Indonesia memiliki budaya yang begitu banyak, dan budaya merupakan suatu identitas dari sebuah bangsa. adalah bangsa, terkhusus jika suatu budaya mengindahkan budi dan luhur.

3. Penonton apresiasi corak kedaerahan yang disajikan dengan elegan

Gairah Mahasiswa USU Merevitalisasi Budaya lewat Galeri AsvinaGaleri Asvina Nusantara yang diadakan di USU (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Dimas selaku mahasiswa yang datang dari Unimed menganggap jika apa yang disajikan mahasiswa GMNI FISIP USU merupakan kado yang cantik di bulan September. Apalagi dengan konsep budaya dan corak kedaerahan yang kental.

“Tak begitu masif sebenarnya ada sekumpulan mahasiswa yang membuat suatu pertunjukan bertemakan daerah. Umumnya, kan, acara-acara lain lebih dipenuhi muatan-muatan tren atau sesuatu yang tengah hype seperti konser, dan lain-lain. Saya sebenarnya justru senang melihat acara dengan konsep kedaerahan begini. Suasananya lebih sakral dan unik,” aku Dimas.

Sebagai seorang mahasiswa yang menggemari bidang ilmu seni dan sastra, tentu Dimas kerap mengejar berbagai macam panggung terbuka yang menyajikan konsep pertunjukan ragam etnis.

“Jika banyak orang yang bisa menabuh gondang serta memainkan alat musik daerah lainnya, saya tak khawatir jika kebudayaan yang telah diwariskan menjadi terputus. Bagaimana mahasiswa USU membuat pagelaran seni seperti ini patut diacungi jempol karena menginisiasi nilai revitalisasi dan pelestarian budaya. Sungguh elegan!” pungkas Dimas.

Baca Juga: Serba-serbi Mi Gomak, Spageti Andaliman khas Suku Batak

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya