TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Warung Sate Fitri, UMKM Binaan Inalum yang Eksis Melawan Pandemik

Meski omset sempat turun, tak kurangi karyawan

Warung Sate Fitri (Dok.IDN Times/istimewa)

Asahan, IDN Times -  Pandemik COVID-19 memukul berbagai sektor. Terutama sektor ekonomi. Banyak pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang harus bertahan di tengah pandemik dengan berbagai cara.

Salah satunya UMKM binaan Inalum yang saat ini berhasil melawan ganasnya pandemik adalah Warung Sate Fitri. Di tengah keterbatasan ekonomi saat ini, Warung Sate Fitri tak memecat satupun karyawannya. Meskipun harus melakukan pemotongan gaji sebesar 10 persen.

Baca Juga: Inalum Bantu Promosi Wisata Bukit Indah Simarjarunjung

1. Sempat mengalami penurunan omset, Fitri tetap tak mengurangi kualitas rasa

Warung Sate Fitri (Dok.IDN Times/istimewa)

Warung Sate Fitri memang mengalami penurunan omset sejak pandemik COVID-19 di Indonesia. Dari awalnya menjual 100 porsi per harinya, lalu menurun drastis.

“Alhamdulillah meskipun sedang pandemik, orang akan tetap mencari makanan. Jadi, pelanggan tetap ada meskipun tidak seramai sebelum pandemik. Ya walaupun pelangganku yang jauh-jauh dari Aek Kanopan, Air Batu, dan Aek Loba, jarang makan di sini lagi,” tutur Fitri, sang pemilik warung.

Namun naik turun usaha bagi Fitri itu hal lumrah dalam bisnis. Namun Fitri tetap teliti, tekun, dan sabar sebagai kunci dalam mengelola keuangan. Fitri juga tetap turun tangan dalam proses mengolah makanan yang dijualnya untuk menjaga cita rasa yang sudah dibangunnya sejak tahun 2015.

“Kalau jual makanan itu nggak bisa serta merta menambah porsi yang udah ditetapkan sehari-hari. Hari ini ramai pembeli, lalu besok kita tambah porsinya. Bisa aja jumlah pembeli besok lebih sedikit dari hari ini, dan kita jadi rugi. Menghindari hal itu, ya kita harus sabar, berapa pun keuntungan diterima dengan lapang dada,” beber Fitri.

2. Dari awalnya hanya 6 ekor ayam jadi puluhan ekor dalam sehari

Warung Sate Fitri (Dok.IDN Times/istimewa)

Kilas balik ke belakang, perempuan bernama asli Supri Parluki Irianti membangun usaha satenya ini selama 5 tahun dengan unik. Awalnya dia bekerja di salah satu perusahaan kayu di Tangerang. Namun dia akhirnya keluar dan pindah ke Sumatera Utara.

“Aku gak pernah mimpi jadi tukang sate. Untuk membuka usaha sate ini pun aku bingung juga waktu itu, apa bisa aku jualan sate sedangkan pekerjaanku sebelumnya di perkayuan,” cerita Fitri sambil mengenang sejarah awal warungnya.

Ia akhirnya menamainya Warung Sate Fitri karena orang-orang yang selalu salah memanggil namanya. Warung ini dimulai dari kecil dengan enam ekor ayam untuk jualan sate selama sehari hingga saat ini dengan puluhan ekor ayam dalam sehari. Bahkan dapat mencapai 50 ekor ayam saat bulan puasa.

Baca Juga: Desa Binaan Inalum di Toba Panen Jagung di Lahan 33,6 Hektare

Berita Terkini Lainnya