TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Transformasi Bisnis Dapur Abi hingga Andalkan Stik Jamur

Gaet selebgram untuk bantu pemasaran online

Suyanto pemilik usaha Stik Jamur Dapur Abi (IDN Times/Doni Hermawan)

Medan, IDN Times- Tak mudah bagi seseorang bertransisi dari karyawan menjadi pelaku usaha. Naik turunnya bisnis yang berdampak pada faktor pendapatan menjadi tantangan yang harus dihadapi. Hal itu juga dihadapi Suyanto. 

Sejak resign dari pekerjaannya, Suyanto menjalani berbagai bidang usaha. Mulai dari usaha rental mobil, hingga jual nenas. Semuanya gagal mendatangkan keuntungan untuk pria 39 tahun itu. Sampai akhirnya dia berjodoh dengan jamur.

"Dulu saya kerja 9 tahun di perbankan. Tahun 2017 saya resign dan bekerja di perusahaan cash management. Di saat itu saya nyambi budidaya jamur," kata Suyanto mengawali ceritanya saat ditemui IDN Times di rumahnya, Rabu (24/5/2023).

Baca Juga: Cara BRI Meningkatkan Literasi Keuangan dan Bantu Modal UMKM di Sumut

1. Berawal dari budidaya jamur hingga fokus jualan stik jamur

Usaha Stik Jamur Dapur Abi (IDN Times/Doni Hermawan)

Saat budidaya jamur, Suyanto juga mengalami berbagai kendala. Salah satunya faktor cuaca.

"Awalnya jual jamur mentah saja. Tapi risikonya tinggi, kalau musim panas kering, kalau musim hujan basah lembab. Gak ada yang mau jamurnya. Jadi daripada mubazir, jamur-jamur itu saya manfaatkan buat makanan sendiri. Waktu itu buat risol jamur," kata ayah tiga anak itu.

Namun jualan risol isi jamur itu juga naik turun. Selain itu juga gak tahan lama. "Gak punya freezer. Banyak yang terbuang. Saat itu saya mikir apa yang bisa tahan lama. Lalu saya buat jamur krispi," beber warga Jalan Karya Ujung itu.

Jamur krispi nyatanya juga tak terlalu laris. Apalagi juga gak tahan lama. Suyanto masih memikirkan ide lain yang bisa dijualnya dengan bahan baku jamur ini. "Harus di-spin lalu masuki oven lagi, agar tahan kriuknya. Saya mikir lagi gimana bahan ini gak terbuang tapi modal kecil. Tahun 2020 mulai saya jajaki stik jamur. Idenya muncul dari stik kentang, kue bawang tapi bahannya kentang," tambahnya.

Begitupun Suyanto saat membuat stik jamur dia harus menemui beberapa kali kegagalan untuk mendapatkan rasa yang pas dan disukai. Sampai akhirnya dia mendapatkan rasa original yang khas. Dia melabelinya dalam brand Stik Jamur Dapur Abi.

"Saya lihat di pasaran ada juga yang sudah produksi stik jamur ini, rasanya gak khusus. Kita buat bumbu yang punya kita sendiri. Jadi sekarang saya kembangkan jadi rasa original, pedas manis dan rempah," ucapnya.

2. Produksi hingga 12 kilogram per hari

Produksi Stik Jamur Dapur Abi di rumahnya (IDN Times/Doni Hermawan)

Saat masih berjualan jamur crispy dan baby crab, Suyanto sempat menyewa kios di Jalan Karya. Namun karena sulit meraup cuan, kini dia hanya fokus menjual stik jamur dengan memproduksinya di rumah. 

"Baby Crap dan jamur crispy gak tahan lama. Pengerjaannya agak rumit dan marginnya terlalu kecil. Sekarang kita fokusnya stik jamur saja. Apalagi tahan sampai 5 bulan," katanya

Stik jamur Dapur Abi pun kian digemari. Suyanto menitipkannya di toko-toko, swalayan hingga kantin sekolah. 

"Kita juga titipkan di bika ambon Zulaikha. Selain itu juga ada reseller di Kisaran. Untuk market place kita di shopee, tokopedia," tambahnya.

Untuk varian harga, stik jamur Dapur Abi dibanderol mulai dari Rp5 ribu, yang ini Rp12 ribu, ini Rp17 ribu hingga Rp65 ribu tergantung ukurannya. Kini Suyanto bisa meraup omset Rp8-10 juta per bulan. 

Saat ini Dapur Abi punya 2 pekerja. Mereka kini bisa memproduksi hingga 12 kilogram per hari. Selain dari warga Medan, pembeli Stik Jamur Dapur Abi juga ada yang dari luar kota dari Aceh, Kisaran, Tebing Tinggi hingga Duri, Riau.

"Selain itu kita orang lain beli bisa jadi reseller. Pembelian 200 ribu kita kasih potongan harga," katanya.

Baca Juga: Deli Maya Sari Handicraft, Produk Sulam di Medan yang Hadir Sejak 1976

Berita Terkini Lainnya