Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG_20250712_144613.jpg
Puncak Deleng Pitu Dayang (dok.Retno for IDN Times)

Intinya sih...

  • Deleng Pitu Dayang dijuluki Merbabunya Sumut karena menyuguhkan sabana luas dan indah, menawarkan sensasi trekking baru dengan pemandangan sabana yang jadi primadonanya.

  • Estimasi trekking selama 1-3 jam, belum ada jalur trekking yang baku, sempat nyasar karena tempat ini masih belum memiliki jalur pendakian yang baku.

  • Deleng Pitu Dayang minim dialiri sungai, disarankan membawa air banyak dan menggunakan jasa masyarakat setempat untuk mengantar pendaki sampai ke puncak.

Karo, IDN Times - Rasanya bukan hal yang hiperbolis jika menjuluki Deleng Pitu Dayang sebagai "Merbabunya Sumatera Utara". Sebab, banyak pencinta alam mengakui bahwa di tempat ini memiliki pemandangan sabana kelas wahid yang tidak bisa disepelekan, percis seperti Gunung Merbabu di Jawa Tengah.

Kemiripan-kemiripan tersebut yang pada akhirnya menuntun langkah penasaran pencinta alam untuk datang ke tempat indah ini. Deleng Pitu Dayang merupakan destinasi wisata yang baru eksis dan wajib disinggahi warga Sumut.

1. Deleng Pitu Dayang dijuluki Merbabunya Sumut karena menyuguhkan sabana yang luas dan indah

Sabana di Deleng Pitu Dayang mirip Merbabu (dok.Widya Astuti for IDN Times)

Jika bosan mendaki di Gunung Sibayak, Sibuatan, atau Bukit Holbung, maka mengunjungi Deleng Pitu Dayang adalah solusi paling arif. Di tempat ini menawarkan sensasi trekking baru dengan pemandangan sabana yang jadi primadonanya.

"Yang buat cantik itu, sabananya. Bahkan setiap berhenti lihat view yang masyaallah. Sama sunsetnya juga tidak pernah gagal, samudera awannya, dan lekukan perbukitannya. Pokoknya di sini banyak spot. Jadi seolah setiap berhenti trekking lihat view yang indah," kata Widya Astuti, pencinta alam asal Medan yang baru-baru ini mendaki bukit Deleng Pitu Dayang.

Secara geografis, Deleng Pitu Dayang membentang di bukit barisan. Bahkan posisinya berbatasan langsung dengan Provinsi Aceh.

"Dari Medan dapat ditempuh selama 6 jam. Rutenya dari Medan, Berastagi, Kabanjahe, Tiga Binanga, lalu sampai ke Desa terakhir namanya Mbal-mbal Petarum. Selama satu jam jalanan full berkelok. Nah jalan masuk menuju desanya belum diaspal masih bebatuan. Nanti bakal dipandu sama warga sekitar menuju basecamp pendakian. Oh iya, begitu masuk pintu desanya, itu sama sekali gak nemu sinyal," lanjut Widya.

2. Estimasi trekking selama 1-3 jam, sampai saat ini masih belum ada jalur trekking yang baku

Suasana di Puncak Deleng Pitu Dayang (dok.Retno for IDN Times)

Widya mengatakan mulanya ia dan temannya penasaran karena tempat ini cukup viral di Tiktok. Hingga mereka memutuskan untuk berangkat berdua menggunakan sepeda motor.

"Jalurnya lahan terbuka gitu. Karena masih wisata baru jadi tidak ada pengamannya. Saya dan teman trekking di sini sampai puncak memakan waktu tiga jam," kata Widya.

Diakui olehnya bahwa saat mendaki, mereka sempat nyasar. Karena tempat ini masih belum memiliki jalur pendakian yang baku.

"Sempat nyasar, karena kami naiknya malam hari dan mencoba mengikuti lampu, malah jurang ujungnya. Jadi harus cari jalan lagi sampai area camp. Di tempat ini jalur trekkingnya masih belum ada yang baku," ungkapnya.

3. Deleng Pitu Dayang minim dialiri sungai, jadi disarankan membawa air yang banyak

Sunset di Deleng Pitu Dayang (dok.Retno for IDN Times)

Jika takut nyasar, Widya menyarankan untuk menggunakan jasa masyarakat setempat. Banyak warga Mbal-mbal Petarum yang bersedia mengantar pendaki sampai ke puncak.

"Suasana di puncak benar-benar indah. Lelah saat trekking lunas terbayar. Benar-benar mirip Gunung Merbabu," ungkap Widya.

Akses air di tempat ini sangat minim karena tidak ada dialiri sungai. Pepohonan juga minim karena perbukitannya terbuka.

"Jangan lupa sediakan jas hujan, lampu, logistik lain seperti makanan, tenda, jaket, dan jangan lupakan membawa air banyak. Karena minim air di sini. Saran saya juga sebelum mendaki untuk rajin berolahraga, memakai sepatu yang safety hingga trekking pole. Kalau dibanding Sibayak, tempat ini sedikit lebih ekstrem," pungkasnya.

Editorial Team