Festival Danau Toba, Pemakaian Bulang Sulappei Pecahkan Rekor MURI

Pecahkan rekor MURI pemakaian Bulang Sulappei terbanyak

Simalungun, IDN Times -  Mendung tak menyurutkan semangat seribuan pelajar yang hadir pada pembukaan Festival Danau Toba 2019, Senin (9/12). Padahal hingga sore Kota Wisata Parapat, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara masih dibasahi hujan yang turun sejak pagi.

Para pelajar dari seputaran kabupaten di Danau Toba, tampak sibuk. Mengurus Hiou atau kain tenun khas adat Simalungun.

Mereka bersiap memecahkan rekor MURI untuk pemakaian Bulang Sulappei terbanyak. Sebelum acara dimulai, para pelajar perempuan diajarkan cara memakai bulang. Antusiasnya meriah.

Antar pelajar saling membantu temannya yang kesulitan.  Memasang tudung khas yang dipakai perempuan Simalungun itu.

Pemecahan rekor MURI pemakaian Bulang Sulappei ini juga menjadi daya tarik tersendiri Festival Danau Toba 2019. Beberapa turis asing juga antusias untuk mendokumentasikannya.

1. Bulang Sulappei sudah jarang dipakai di oleh anak zaman now

Festival Danau Toba, Pemakaian Bulang Sulappei Pecahkan Rekor MURIFestival danau Toba 2019 memecahkan Rekor MURI untuk pemakaian Bulang Sulappei atau tudung penutup kepala khas Simalungun terbanyak. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Bukan tanpa alasan panitia ingin memecahkan rekor MURI Bulang Sulappei. Memang tudung khas itu sudah jarang dipakai.  Bahkan,generasi millennial juga banyak yang tak mengetahuinya.

"Makin sedikitnya masyarakat yang mengenakan ulos itu, makin sedikut pula yang menenun. Pemerintah khawatir, jika hal ini berlangsung terus menerus, bisa jadi generasi penerus makin tak mengenal Bulang Sulappei," Kata Kadis Pariwisata dan Kebudayaan Sumut Ria Novida Telaumbanua yang juga sebagai Ketua Panitia FDT 2019 disela acara.

Padahal, jika dikomibinasikan dengan baik, Bulang Sulappei bisa menjadi tren busana khas masa kini, untuk mempercantik tampilan.

“Kita ingin melestarikan lagi budaya Bulang Sulappei supaya tidak hilang ditelan zaman. Itu adalah identitas perempuan Simalungun,” imbuhnya. 

Baca Juga: Selain Danau Toba, Ini Rekomendasi Liburan di Sumatera Utara

2. Bulang Sulappei simbol perempuan Simalungun yang sudah menikah

Festival Danau Toba, Pemakaian Bulang Sulappei Pecahkan Rekor MURIFestival danau Toba 2019 memecahkan Rekor MURI untuk pemakaian Bulang Sulappei atau tudung penutup kepala khas Simalungun terbanyak. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Informasi yang mengulas soal Bulang Sulappei sangat minim. Namun, beberapa sumber menyebut jika Bulang Sulappei dipakai oleh perempuan Simalungun yang sudah menikah.

Bulang Sulappei dulunya juga dipakai untuk mengerjakan pekerjaan sehari-hari. Dalam memakai Bulang Sulappei,  rambut perempuan tidak boleh terlihat.

"Pemecahan rekor MURI melipat kain Bulang Sulappei sebagai jati diri perempuan di Kabupaten Simalungun kali ini diikuti oleh 1.024 pelajar," katanya, Senin (9/12).

3. FDT 2019 juga dimeriahkan Tortor Sipitu Cawan yang dibawakan ratusan penari

Festival Danau Toba, Pemakaian Bulang Sulappei Pecahkan Rekor MURITortor Sipitu Cawan juga menjadi daya tarik pengunjung Festival Danau Toba 2019 (IDN Times/Prayugo Utomo)

Sebelum pemecahan rekor Buang Sulappei, para pengunjung dipukau oleh Tortor Sipitu Cawan khas Batak Toba. Tarian ini dibawakan oleh muda-mudi etnis Batak Toba.

Tarian yang dibawakan sangat apik. Berpadu dengan musik gondang yang menghipnotis penonton.

Sipitu cawan termasuk salah satu tarian ang dianggap sakral. Setiap penarinya membawa tujuh cawan yang disebut mewakili prinsip hidup etnis Batak. Sipitu Cawan termasuk seni tari yang bernilai tinggi karena gerakannya mengutamakan keseimbangan. Apalagi saat menaruh cawan di atas kepala, pundak dan tangan. Selip sedikit, cawan bisa jatuh dan pecah.

“Pertunjukan yang ada dalam FDT untuk mempromosikan kekayaan budaya yang ada di Danau Toba,” kata Ria.

4. FDT 2019 untuk menyatukan visi pembangunan pariwisata Danau Toba

Festival Danau Toba, Pemakaian Bulang Sulappei Pecahkan Rekor MURIFestival danau Toba menyabet rekor MURI untuk pemakaian Bulang Sulappei terbanyak (IDN Times/Prayugo Utomo)

Ini adalah kali ketujuh FDT digelar dan dikembalikan pelaksanaannya ke Parapat. Karena Parapat merupakan salah satu pintu masuk wisatawan.

Ria ingin FDT 2019 menjadi ajang konsolidasi kabupaten yang ada di seputaran Danau Toba. Sehingga pembangunan pariwisata bisa semakin maju.

"Salah satu tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mempersatukan delapan kabupaten dan kota di kawasan Danau Toba," katanya.

5. FDT harus mendongkrak jumlah kunjungan wisata

Festival Danau Toba, Pemakaian Bulang Sulappei Pecahkan Rekor MURIEdy Rahmayadi ingin Festival Danau Toba juga menggenjot kunjungan wisatawan (IDN Times/Prayugo Utomo)

Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi juga memberi catatan penting untuk pelaksanaan FDT 2019. Dia ingin FDT mendongkrak jumlah kunjungan wisatawan, baik dalam negeri dan mancanagera.

“Kita harus bersyukur punya Danau Toba. Karena menjadi superprioritas nomor satu. Berbanggalah kita menjadi rakyat Sumatera Utara,” kata mantan Pangkostrad itu.

Dia berharap, sosialisasi FDT bisa lebih masif lagi. Edy ingin wisatawan mancanegara dari berbagai belahan dunia mengetahui soal Danau Toba.

“Kita undang, seluruh wisatawan dunia datang ke Festival Danau Toba,” tukasnya.

Dia juga mengatakan jika tidak salah Presiden Joko Widodo memberikan prioritas pembangunan kawasan Danau Toba. Berbagai infrastruktur juga terus dikerjakan untuk membuat Danau Toba menjadi bertaraf internasional.

“Saya berharap bapak Bupati di seputaran Danau Toba, bertanggung jawab.Termasuk DPR, termasuk polisi dan TNI yang menjaga keamanannya. Sehingga kita tidak malu kita berteriak Horas,” pungkasnya.

FDT bakal digelar sampai Kamis 12 Desember mendatang. Berbagai acara akan dihelat. Mulai dari kegiatan bertema tradisional hingga modern.

Baca Juga: Catat! Ini 5 Villa Paling Strategis untuk Bermalam di Danau Toba

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya