Samosir, IDN Times – Bukan laut tapi berombak. Bukan pantai tapi berpasir putih. Itulah sekelumit keajaiban Danau Toba di Pantai Pasir Putih Parbaba.
Selain ukurannya yang terbesar di Indonesia, Danau Toba juga memiliki segudang keajaiban yang tidak dimiliki destinasi wisata lain di Indonesia.
Beberapa pekan lalu saat masih libur Lebaran dan sekolah saya putuskan membawa keluarga berlibur ke Danau Toba, Pantai Pasir Putih Parbaba, DesaHutabolon, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara.
Danau ini dikelilingi tujuh kabupaten: Simalungun, Karo, Toba Samosir, Tapanuli Utara, Dairi, Humbang Hasundutan, dan Samosir. Dari ketujuhnya, kabupaten terakhir yang disebut memiliki destinasi paling komplet.
Itu menjadi alasan saya membawa keluarga ke Parbaba. Selain ingin menikmati keindahan Danau Toba, banyak destinasi ‘ajaib’ lainnya yang berada di sekitar Parbaba. “Saya ingin menjajal semuanya,” gumam saya dalam hati saat dalam perjalanan menaiki mobil pribadi.
Berangkat pukul 10.00 WIB dari Kota Medan mengambil rute via Kabupaten Karo. Sekitar pukul 19.00 WIB tibalah kami di Pantai Pasir Putih Parbaba. Langit sudah gelap, niat menikmati senja pun lenyap.
Angin bertiup sangat kencang saat itu. Deburan ombak danau menghatami badan-badan kapal yang tengah tertambat. Akhirnya kami memilih langsung masuk penginapan.
Tak ada penginapan mahal di Parbaba, tarif mulai dari Rp75 ribu hingga Rp300 ribu dengan kualitas dan pelayanan yang baik. Bahkan bisa gratis jika mendirikan tenda sendiri di dekat pantai. Sangat cocok untuk anak zaman now yang gandrung traveling.
Pagi hari, dua bocah kesayangan: Azzam dan Attaya membangunkan saya dan ibunya. Tak sabar mereka ingin bermain air.
Begitu mendekati pantai, istri saya, Mimi terkagum campur heran. “Loh danaunya kok berombak? Kok ada pasirnya seperti di pantai? Airnya sangat bersih dibanding di sisi lain Danau Toba?.”
Pertanyaan dilontarkan bertubi-tubi pada saya dalam hitungan detik. Tapi saya maklum, ini adalah pengalaman pertama istri dan anak-anak saya bawa ke Pantai Pasir Putih Parbaba. Sisi lain Danau Toba sudah pernah mereka jajal seperti Parapat Kabupaten Simalungun, Tongging Kabupaten Karo, Lumban Bulbul Kabupaten Tobasa, dan Tomok di Kabupaten Samosir.
Bahkan saat hamil anak kami yang pertama, Azzam, istri ngidamnya mandi di Danau Toba. Saya kabulkan dan dia senang bukan kepalang. Mungkin itu sebabnya istri dan anak-anak selalu senang di ajak jalan-jalan ke Danau Toba.
Namun liburan ke Danau Toba yang kali ini membuat istri benar-benar tercengang. Saya sendiri sudah berkali-kali ke Pantai Pasir Putih Parbaba. Dari cerita masyarakat setempat Parbaba memang punya ‘keajaiban’ yang tidak dimiliki tempat lain.
Soal pasir putih tidak bisa terjelaskan oleh masyarakat. Karena sejak mereka dan pendahulu-pendahulu mereka tinggal, di Parbaba sudah memiliki pasir putih berkilau bak di pantai. Namun masyarakat setempat sepakat tidak boleh mengeruk pasir di sekitar danau untuk di bawa ke tempat lain.
Mereka khawatir pasir habis dan daya tarik Pantai Pasir Putih Parbaba akan hilang.
Terkait ombak, warga sekitar menyebut letak Parbaba yang berhadapan dengan Bukit Pusuk Buhit, dataran tertinggi di sekitar Danau Toba, membuat angin berhembus kencang dan menyebabkan air danau bergulung-gulung seperti ombak.
“Semakin sore maka semakin kencang angin dan makin besar ombaknya,” ujar warga setempat.
Itulah sebabnya kapal wisata di Parbaba tidak boleh bertingkat dua seperti di Tomok dan Parapat. Karena khawatir terjangan angin membuat kapal terbalik.
Begitu melihat danau berair jernih dan berpasir, anak-anak langsung nyebur. Tapi saya ingatkan bahwa jadwal mandi hanya sampai pukul 12.00 WIB. Karena ada tempat ajaib lain yang akan kami datangi dari siang hingga sore.