Pengunjung berfoto di Air Terjun Lau Biang (IDN Times/Eko Agus Herianto)
Setelah selesai bermandi ria di Air Terjun Lae Pandaroh, sekarang saatnya kamu melanjutkan perjalanan untuk sampai di air terjun terakhir yang diberi nama sesuai dengan nama sungainya, yakni Lau Biang. Air terjun ini tak terlalu tinggi, namun yang membuat menarik adalah tebing yang berada di sana.
"Air Terjun Lau Biang diapit dua tebing yang menjulang. Posisinya tidak jauh di bawah bendungan. Air terjun ini sangat indah, seperti secercah surga di tengah proyek PLTA. Dari Air Terjun Lae Pandaroh, pengunjung hanya dapat berjalan kaki selama 15 menit saja," ucap Khoir.
Dilansir dari beberapa sumber lokal, jika sungai Lau Biang ternyata sarat akan sejarah. Nama "Lau Biang" ternyata dalam bahasa Karo diambil dari "biang" yang artinya "anjing". Konon di tempat ini terjadi peristiwa bersejarah khususnya bagi masyarakat marga Sembiring.
Dahulu, dipercaya Nenek Moyang marga Sembiring dikejar musuhnya. Saat terdesak dan tak tahu ke mana jalan keluar, akhirnya Nenek Moyang marga Sembiring lompat ke dalam sungai. Di sungai ini Nenek Moyang marga Sembiring yang tak dapat berenang akhirnya diselamatkan oleh seekor anjing.
Atas peristiwa tersebut, sungai itu akhirnya diberi nama sungai Lau Biang dan masyarakat marga Sembiring khususnya Sembiring Singombak dilarang untuk memakan daging anjing.
"Tempat ini luar biasa indah. Sekali tracking kita disuguhkan 3 air terjun sekaligus. Oiya, jika mau ke sini kita izin dulu, ya, sama penjaga PLTA!" titah Khoir.