Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Sungai Asahan (Dok.IDN Times/istimewa)
Sungai Asahan (Dok.IDN Times/istimewa)

Intinya sih...

  • Terpanjang di Sumut, sumber kehidupan dan irigasi pertanian.

  • Menghadapi polusi dan banjir sebagai tantangan berat.

  • Rumah bagi Orangutan Tapanuli yang terancam punah

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kalau kamu perhatikan peta Sumatera Utara, kamu akan melihat garis-garis biru berkelok yang membelah daratan. Garis itu bukan sekadar gambar, tapi adalah sungai-sungai raksasa yang perannya jauh lebih besar dari sekadar aliran air. Mereka adalah penopang utama kehidupan, ekonomi, dan ekosistem di provinsi ini.

Mayoritas sungai besar di provinsi ini memiliki hulu yang sama, yaitu dari jajaran Pegunungan Bukit Barisan. Punggung raksasa yang membentang di tengah pulau ini secara alami membagi aliran air menjadi dua arah. Ada sungai yang mengalir tenang ke pesisir timur yang ramai, dan ada pula yang mengalir deras ke pesisir barat yang lebih terjal.

Setiap sungai ini punya fungsi dan tantangannya sendiri, dari yang menghidupi industri strategis hingga yang menjadi pusat perhatian konservasi dunia. Mari kita telusuri lebih jauh lima sungai terpanjang di Sumatera Utara beserta kisah unik yang menyertainya.

1. Sungai Barumun (~440 km)

Dok.Pribadi/Barumun Nagari Wildlife Sanctuary (BNWS)

Dengan status sebagai yang terpanjang di Sumatera Utara, sungai ini layak disebut sang juara. Sungai Barumun memiliki bentang alam yang mengesankan dengan panjang mencapai sekitar 440 kilometer. Alirannya berawal dari kawasan pegunungan Siraisan di Padang Lawas, kemudian melewati sejumlah kabupaten hingga bermuara di Selat Malaka.

Bagi masyarakat di sekitarnya, Barumun adalah sumber kehidupan yang tak tergantikan. Alirannya menjadi tulang punggung irigasi untuk lahan pertanian yang subur, bahkan mendukung sistem inovatif seperti minapadi, di mana sawah juga menjadi kolam untuk budidaya ikan. Selain itu, sungai ini juga menjadi ladang rezeki bagi para nelayan tradisional yang menggantungkan hidup dari hasil tangkapan ikan air tawar.

Namun, di balik peran vitalnya, Sungai Barumun menghadapi tantangan berat. Sungai ini harus menanggung beban polusi, terutama dari limbah pabrik kelapa sawit yang terkadang mencemari airnya. Selain itu, banjir juga menjadi masalah tahunan yang kerap melanda wilayah hilir, menunjukkan adanya tekanan lingkungan yang serius pada daerah aliran sungainya.

2. Sungai Batang Toru (~256 km)

Sungai Batangtoru (IDN Times/Dok. Istimewa)

Mengalir dari dataran tinggi Tapanuli, Sungai Batang Toru menempuh jarak sekitar 256 kilometer sebelum bermuara di Samudera Hindia. Sungai ini bukan sekadar aliran air biasa. Ia adalah jantung dari Ekosistem Batang Toru, sebuah kawasan dengan kekayaan hayati yang luar biasa.

Apa yang membuatnya istimewa? Sungai ini adalah satu-satunya rumah di dunia bagi Orangutan Tapanuli (Pongo tapanuliensis). Spesies ini merupakan kera besar paling langka, yang baru teridentifikasi pada 2017. Keberadaan hutan di sepanjang alirannya menjadi habitat krusial yang menentukan kelangsungan hidup spesies yang terancam punah ini.

Kini, nasib Sungai Batang Toru dan penghuninya berada di persimpangan jalan. Di satu sisi, potensinya yang besar dimanfaatkan untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) berkapasitas 510 MW yang dianggap sebagai sumber energi bersih. Namun di sisi lain, proyek ini menuai kontroversi hebat karena dikhawatirkan akan merusak dan memecah belah habitat orangutan, mendorong mereka selangkah lebih dekat menuju kepunahan.

3. Sungai Asahan (~147 km)

Sungai Asahan (Dok.IDN Times/istimewa)

Sungai Asahan memiliki asal-usul yang sangat istimewa. Sungai sepanjang 147 kilometer ini adalah satu-satunya pintu keluar alami bagi air dari Danau Toba, danau kaldera vulkanik terbesar di dunia. Dari Porsea, alirannya yang kuat terus bergerak melewati Kabupaten Asahan sebelum akhirnya sampai di Selat Malaka.

Debit airnya yang besar dan stabil, yang diatur secara alami oleh Danau Toba, menjadikannya lokasi yang sempurna untuk pembangkit listrik. Kawasan ini menjadi lokasi berdirinya kompleks PLTA Siguragura dan Tangga yang pengelolaannya berada di bawah PT Inalum. Energi listrik raksasa yang dihasilkannya menjadi tenaga utama pabrik peleburan aluminium. Hal ini menjadikannya salah satu aset industri paling strategis di Indonesia.

Tidak hanya menjadi penggerak industri, Sungai Asahan juga populer di antara para pencari petualangan sebagai salah satu spot arung jeram kelas dunia. Namun, masa depan sungai ini sangat bergantung pada kesehatan "induknya", yaitu Danau Toba. Ancaman seperti penggundulan hutan dan pencemaran di sekitar danau dapat berdampak langsung pada kualitas dan kuantitas air yang mengalir ke Sungai Asahan.

4. Sungai Batang Gadis (~138 km)

ilustrasi sungai (pexels.com/saymon)

Sungai ini bisa dibilang paling identik dengan upaya konservasi alam. Sungai Batang Gadis memiliki panjang sekitar 138 kilometer dan mengalir hampir sepenuhnya di wilayah Kabupaten Mandailing Natal. Sungai ini punya nilai konservasi sangat tinggi, karena menjadi urat nadi utama sekaligus nama bagi Taman Nasional Batang Gadis (TNBG), rumah bagi satwa langka seperti Harimau Sumatera.

Bagi masyarakat lokal, sungai ini adalah segalanya. Airnya mengairi sawah-sawah mereka, menjadi sumber ikan, dan bahkan dimanfaatkan untuk pembangkit listrik skala mikrohidro. Kearifan lokal seperti lubuk larangan, yaitu zona larangan menangkap ikan pada waktu tertentu, menunjukkan betapa dalamnya hubungan masyarakat dengan sungai ini.

Sayangnya, ekosistem berharga ini berada di bawah ancaman serius dari aktivitas penambangan emas. Penambangan ilegal yang menggunakan merkuri telah mencemari aliran sungai dengan zat beracun. Lebih parahnya lagi, terdapat tumpang tindih antara wilayah taman nasional dengan konsesi pertambangan skala besar, menciptakan konflik kepentingan yang rumit antara upaya konservasi dan eksploitasi sumber daya alam.

5. Sungai Wampu (~105 km)

Sungai Wampu (instagram.com/zoel_bfc)

Sungai terpanjang kelima di Sumatera Utara ini punya keunikan nama. Saat berada di hulu, tepatnya di dataran tinggi Karo, masyarakat mengenalnya dengan nama Lau Biang. Penamaan Sungai Wampu baru digunakan saat alirannya tiba di dataran rendah Langkat, di mana total panjangnya mencapai 105 kilometer.

Bagi wisatawan, Sungai Wampu begitu terkenal, khususnya sebagai tujuan arung jeram yang penuh tantangan di sekitar area wisata Bahorok. Adrenalin yang ditawarkan alirannya menjadi daya tarik utama bagi para pencinta petualangan, baik dari dalam maupun luar negeri.

Namun, sungai ini menyimpan dua jenis bahaya yang berbeda. Di bagian hilir, banjir adalah ancaman rutin yang sering terjadi saat musim hujan. Sementara itu, di bagian hulu, sungai ini rentan terhadap ancaman geologis yang tak terduga: aliran lahar dingin dari Gunung Sinabung. Saat terbawa oleh air hujan, material vulkanik ini bisa mengakibatkan kontaminasi mendadak yang mematikan ribuan ikan di sepanjang alirannya.

Dari penggerak industri hingga benteng terakhir satwa langka, kelima sungai ini menunjukkan betapa vitalnya peran aliran air bagi Sumatera Utara. Cerita mereka adalah cerminan dari hubungan kita dengan alam, sebuah kisah tentang pemanfaatan dan pelestarian yang akan terus berlanjut.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team