Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Komunitas Pleton Kabut Sumut mengibarkan bendera raksasa 20x15 meter di Puncak Gunung Sibayak, Karo pada puncak perayaan HUT Ke-79 RI, Sabtu (17/8/2024) pagi. (IDN Times/Arifin Al Alamudi)
Komunitas Pleton Kabut Sumut mengibarkan bendera raksasa 20x15 meter di Puncak Gunung Sibayak, Karo pada puncak perayaan HUT Ke-79 RI, Sabtu (17/8/2024) pagi. (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Mendaki gunung di Sumatera Utara bukan cuma soal sampai puncak, tapi juga tentang memilih jalur yang sesuai dengan kemampuan. Ada dua gunung yang sama-sama ikonik di Sumut, Gunung Sorik Marapi di Tapanuli Selatan dan Gunung Sibayak di Karo. Sekilas keduanya mirip karena sama-sama gunung berapi aktif, tetapi tingkat kesulitannya ternyata berbeda jauh.

Banyak pendaki pemula menjadikan Sibayak sebagai “batu loncatan” karena mudah dijangkau, jalurnya singkat, dan pemandangannya tetap menawan. Sementara itu, Sorik Marapi justru jarang disentuh pendaki karena jalurnya panjang, infrastrukturnya minim, dan kabutnya kerap membuat orientasi hilang. Tak heran, keduanya sering dibandingkan untuk melihat mana yang lebih menantang.

Lewat perbandingan ini, kita bisa tahu aspek apa saja yang bikin Sorik Marapi terasa lebih berat, dan di sisi lain apa yang membuat Sibayak begitu ramah bagi pendaki. Yuk, simak ulasannya berikut ini!

1. Akses menuju jalur pendakian

Gunung Sorik Marapi (wikipedia.org)

Gunung Sibayak unggul dalam hal akses. Dari Medan, perjalanan ke Berastagi hanya 2–3 jam, lalu bisa langsung menuju pos awal di Jaranguda atau Semangat Gunung. Registrasinya pun sederhana, cukup bayar iuran kecil dan bisa langsung mendaki. Infrastruktur jalannya pun relatif baik, sehingga siapa pun bisa ke sana dengan mudah.

Sebaliknya, Sorik Marapi butuh perjuangan ekstra. Pendaki harus menempuh perjalanan panjang sekitar 10 jam menuju Mandailing Natal, kemudian melanjutkan ke Desa Sibanggor Julu. Jalur terakhir cukup rusak dan hanya bisa diakses kendaraan kecil. Ditambah lagi, pendakian wajib SIMAKSI dan pemandu lokal. Jadi, dari sisi aksesibilitas, Sorik Marapi jelas lebih sulit.

2. Panjang jalur dan elevasi

Pendaki menyaksikan pengibaran bendera merah putih raksasa di Puncak Gunung Sibayak, Karo, Sumut dari kejauhan, Sabtu (17/8/2024). (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Sibayak menawarkan jalur singkat, terutama lewat rute Jaranguda. Panjangnya hanya sekitar 3 km dengan elevasi naik 300–400 meter. Waktu tempuh menuju puncak pun hanya 2–3 jam. Tak heran, banyak pendaki pemula memilih gunung ini untuk sekadar tektok satu hari.

Sorik Marapi berbeda jauh. Jalurnya sekitar 7 km dari basecamp dengan elevasi naik lebih dari 1.200 meter. Rata-rata pendaki butuh 4–5 jam untuk mencapai puncak dan 3 jam untuk turun. Perbedaan gain elevasi ini membuat Sorik lebih menguras stamina dan mental.

3. Medan dan kondisi jalur

ilustrasi mendaki (pexels.com/knows lv)

Sibayak punya variasi jalur, ada yang landai (Semangat Gunung), ada yang agak terjal (54), tetapi jalur populer Jaranguda relatif mudah. Medannya berupa pasir vulkanik dan batuan kawah yang terbuka, sehingga jalur lebih jelas terlihat. Walau ada area curam, secara umum masih aman untuk pemula.

Sorik Marapi justru melewati hutan hujan tropis lebat dengan tanah licin dan lumut. Jalurnya sempit, menanjak, bahkan di bagian atas ada pandan berduri yang menutup jalur. Ditambah minimnya penanda arah, medan Sorik bisa bikin pendaki cepat lelah dan kehilangan orientasi.

4. Cuaca dan visibilitas

ilustrasi di puncak gunung (pexels.com/Sullaeiman Sallehi)

Keduanya sama-sama sering berkabut dan diguyur hujan. Namun, puncak Sorik Marapi hampir selalu tertutup kabut tebal, membuat jarak pandang rendah. Pendaki harus ekstra hati-hati agar tidak kehilangan jalur.

Sibayak, meskipun dingin dan juga berkabut, jalurnya ramai dan terbuka. Dengan banyaknya pendaki yang lewat, jejak jalur lebih jelas terlihat. Dari sisi keamanan visibilitas, Sibayak lebih bersahabat.

5. Infrastruktur dan keselamatan

Jalur menuju Gunung Sibayak (IDN Times/Indah Permata Sari)

Sibayak memiliki keunggulan infrastruktur, jalur sudah beraspal hingga dekat pos awal, ada warung kecil, dan pemandian air panas di kaki gunung. Risikonya lebih pada gas belerang di kawah atau pendaki tersesat karena kabut, tetapi evakuasi lebih mudah karena jalurnya ramai.

Sorik Marapi sebaliknya, hampir tanpa fasilitas, tidak ada sumber air layak minum, dan jalur sunyi. Dengan riwayat letusan terakhir 1987 serta kontur licin dan minim penanda, risiko di Sorik lebih tinggi, apalagi kalau ada kejadian darurat.

Jika tujuannya mencari pendakian singkat dan ramah pemula, Gunung Sibayak adalah pilihan tepat. Akses mudah, jalur singkat, dan infrastruktur lumayan mendukung. Cocok untuk pemula atau wisatawan yang ingin merasakan suasana kawah aktif tanpa terlalu menguras tenaga.

Namun, jika kamu pendaki berpengalaman yang ingin uji stamina, mental, dan siap menghadapi tantangan jalur panjang, licin, serta kabut pekat, Sorik Marapi adalah jawabannya. Singkatnya, Sorik Marapi lebih sulit secara fisik dan teknis, sementara Sibayak lebih mudah dan ramah akses.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team