Banda Aceh, IDN Times - Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah I Aceh menggelar Ekspedisi Sungai Singkil mulai 12 sampai 15 November 2025. Kegiatan ini berkolaborasi dengan sejumlah komunitas pemuda di Tanah Bertuah tersebut.
Perjalanan yang membawa 70 orang, mulai dari akademisi, konten kreator, budayawan, dan jurnalis ini melintasi Kabupaten Aceh Singkil serta Kota Subulussalam. Mulai dari menyusur empat gugusan pulau perbatasan dengan Sumatera Utara (Sumut) hingga Sungai Singkil.
***
Mentari mulai condong ke barat. Denting kayu berpadu dengan deru mesin Kapal Motor (KM) Sumber Usaha 01 yang mengarungi Sungai Lae Soraya, di Kabupaten Aceh Singkil, Aceh.
Di haluan kapal, Rafliansyah duduk bersilah sambil mengetuk dua stik ke lima bilah kayu berbeda ukuran. Bunyi ritmis dari Canang Kayu --alat musik tradisional Aceh Singkil-- mengisi udara, seolah menjadi penanda perjalanan yang merambat ke hulu.
Mulutnya komat-kamit melantunkan syair. Sesekali ia menatap aliran sungai yang memantulkan cahaya ke wajahnya. Kapal bercat biru muda dan maron itu tetap mengarung.
“Lae Singkil mesimpang dua. Lae Cinendang bakken Lae Soukahaya. Seni Budaya sama ta jaga. Soh mi anak bakken kempu ta,” ucap Rafliansyah, sambil terus mengetuk Canang Kayu.
Syair yang pemuda 33 tahun itu lantunkan adalah bagian dari sambutan dalam Tari Dampeng, tradisi yang tumbuh di sepanjang Sungai Singkil.
Di dalamnya tersimpan pesan tentang Sungai Lae Soraya, budaya, dan warisan leluhur yang harus dijaga bersama. Termasuk Canang Kayu yang kini kembali dipopulerkan.
