Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi naik gunung (unsplash.com/Laurentiu Morariu)

Bolehkah Naik Gunung Saat Menstruasi? Ini Faktanya!

Menstruasi sering dianggap sebagai halangan untuk melakukan aktivitas fisik, termasuk naik gunung. Padahal, banyak perempuan tetap ingin menjalani hobi atau agenda pendakian yang sudah direncanakan jauh-jauh hari, bahkan saat sedang haid. Kekhawatiran soal kesehatan, kenyamanan, dan risiko saat naik gunung saat menstruasi pun akhirnya muncul dan kerap membuat ragu.

Bicara soal naik gunung saat haid memang tidak sesederhana menilai kuat atau tidaknya tubuh, karena ada faktor hormonal, kebersihan, dan risiko medis yang juga harus diperhatikan. Namun, bukan berarti menstruasi otomatis menjadi larangan mutlak untuk mendaki.

Selama paham kondisi tubuh dan mempersiapkan diri dengan baik, aktivitas fisik seperti pendakian bisa tetap dilakukan dengan aman. Berikut beberapa fakta yang perlu kamu tahu sebelum memutuskan untuk tetap naik gunung saat sedang menstruasi.

1. Tubuh perlu diobservasi sebelum naik gunung

Tubuh saat menstruasi sedang bekerja dua kali lebih keras karena adanya fluktuasi hormon dan proses peluruhan dinding rahim. Hal ini sering membuat tubuh terasa lebih cepat lelah, nyeri, atau bahkan mengalami gangguan pencernaan ringan. Maka penting untuk mengevaluasi bagaimana kondisi tubuhmu di hari-hari awal haid sebelum memaksakan pendakian.

Beberapa perempuan memang merasa tetap bugar dan tidak terlalu terganggu dengan siklus haidnya. Tapi ada juga yang mengalami gejala berat seperti pusing, lemas, dan kram hebat. Jika tubuh menunjukkan gejala yang tidak biasa atau terlalu mengganggu, lebih bijak untuk menunda perjalanan daripada menambah risiko saat di alam terbuka.

2. Perlengkapan menstruasi harus dipersiapkan secara matang

Salah satu tantangan utama saat haid di gunung adalah urusan kebersihan. Kamu tidak bisa bergantung pada fasilitas umum seperti di rumah atau kota. Maka penting untuk membawa pembalut, tampon, atau menstrual cup sesuai kebutuhan, lengkap dengan kantong sampah khusus dan tisu basah untuk menjaga higienitas.

Pastikan membawa lebih dari jumlah biasanya karena pergantian yang lebih sering sangat dianjurkan di kondisi lembap dan terbatas. Jangan lupa untuk memisahkan sampah pembalut dalam kantong tertutup agar tidak mencemari lingkungan. Pendakian tetap bisa nyaman dan aman selama kamu punya sistem manajemen kebersihan yang terencana.

3. Medan dan cuaca berpengaruh pada kondisi tubuh menstruasi

Naik gunung bukan hanya tentang stamina, tapi juga adaptasi terhadap medan yang menantang dan cuaca yang sering tidak terduga. Suhu dingin bisa memperparah rasa nyeri haid dan memperlambat sirkulasi darah. Di sisi lain, cuaca panas bisa memicu dehidrasi yang memperparah rasa lemas atau pusing ketika mengalami menstruasi.

Memahami karakteristik gunung yang akan kamu daki juga jadi salah satu langkah penting. Kalau jalurnya ekstrem, waktu tempuh lama, atau tempat berkemah minim fasilitas, kamu perlu mempertimbangkan dua kali. Bila ingin tetap berangkat, pilih waktu yang relatif aman dalam siklus menstruasi, misalnya saat menjelang akhir haid atau ketika gejala mulai mereda.

4. Asupan gizi dan hidrasi mempengaruhi daya tahan tubuh saat menstruasi

Saat haid, tubuh kehilangan darah dan zat besi, sehingga kebutuhan nutrisi meningkat. Pendaki perempuan perlu memperhatikan pola makan sebelum dan selama perjalanan agar kadar energi tetap stabil. Makanan tinggi zat besi, vitamin B, dan magnesium seperti telur, kacang-kacangan, atau pisang bisa membantu mengurangi gejala menstruasi.

Minum air dalam jumlah cukup juga sangat penting. Dehidrasi dapat memperburuk gejala menstruasi seperti sakit kepala dan juga kelelahan. Siapkan botol minum pribadi dan pastikan kamu tetap minum meski sedang tidak haus. Kombinasi asupan gizi yang seimbang dan hidrasi yang terjaga adalah kunci agar tubuh tetap fit selama naik gunung di masa menstruasi.

1. Tubuh perlu diobservasi sebelum naik gunung

ilustrasi naik gunung (unsplash.com/Alex Moliski)

Tubuh saat menstruasi sedang bekerja dua kali lebih keras karena adanya fluktuasi hormon dan proses peluruhan dinding rahim. Hal ini sering membuat tubuh terasa lebih cepat lelah, nyeri, atau bahkan mengalami gangguan pencernaan ringan. Maka penting untuk mengevaluasi bagaimana kondisi tubuhmu di hari-hari awal haid sebelum memaksakan pendakian.

Beberapa perempuan memang merasa tetap bugar dan tidak terlalu terganggu dengan siklus haidnya. Tapi ada juga yang mengalami gejala berat seperti pusing, lemas, dan kram hebat. Jika tubuh menunjukkan gejala yang tidak biasa atau terlalu mengganggu, lebih bijak untuk menunda perjalanan daripada menambah risiko saat di alam terbuka.

2. Perlengkapan menstruasi harus dipersiapkan secara matang

ilustrasi pembalut (unsplash.com/The Female Company)

2. Perlengkapan menstruasi harus dipersiapkan secara matang

Salah satu tantangan utama saat haid di gunung adalah urusan kebersihan. Kamu tidak bisa bergantung pada fasilitas umum seperti di rumah atau kota. Maka penting untuk membawa pembalut, tampon, atau menstrual cup sesuai kebutuhan, lengkap dengan kantong sampah khusus dan tisu basah untuk menjaga higienitas.

Pastikan membawa lebih dari jumlah biasanya karena pergantian yang lebih sering sangat dianjurkan di kondisi lembap dan terbatas. Jangan lupa untuk memisahkan sampah pembalut dalam kantong tertutup agar tidak mencemari lingkungan. Pendakian tetap bisa nyaman dan aman selama kamu punya sistem manajemen kebersihan yang terencana.

3. Medan dan cuaca berpengaruh pada kondisi tubuh menstruasi

ilustrasi naik gunung (unsplash.com/Yohan Marion)

3. Medan dan cuaca berpengaruh pada kondisi tubuh menstruasi

Naik gunung bukan hanya tentang stamina, tapi juga adaptasi terhadap medan yang menantang dan cuaca yang sering tidak terduga. Suhu dingin bisa memperparah rasa nyeri haid dan memperlambat sirkulasi darah. Di sisi lain, cuaca panas bisa memicu dehidrasi yang memperparah rasa lemas atau pusing ketika mengalami menstruasi.

Memahami karakteristik gunung yang akan kamu daki juga jadi salah satu langkah penting. Kalau jalurnya ekstrem, waktu tempuh lama, atau tempat berkemah minim fasilitas, kamu perlu mempertimbangkan dua kali. Bila ingin tetap berangkat, pilih waktu yang relatif aman dalam siklus menstruasi, misalnya saat menjelang akhir haid atau ketika gejala mulai mereda.

4. Asupan gizi dan hidrasi mempengaruhi daya tahan tubuh saat menstruasi

ilustrasi minum air (unsplash.com/Mineragua Sparkling Water)

4. Asupan gizi dan hidrasi mempengaruhi daya tahan tubuh saat menstruasi

Saat haid, tubuh kehilangan darah dan zat besi, sehingga kebutuhan nutrisi meningkat. Pendaki perempuan perlu memperhatikan pola makan sebelum dan selama perjalanan agar kadar energi tetap stabil. Makanan tinggi zat besi, vitamin B, dan magnesium seperti telur, kacang-kacangan, atau pisang bisa membantu mengurangi gejala menstruasi.

Minum air dalam jumlah cukup juga sangat penting. Dehidrasi dapat memperburuk gejala menstruasi seperti sakit kepala dan juga kelelahan. Siapkan botol minum pribadi dan pastikan kamu tetap minum meski sedang tidak haus. Kombinasi asupan gizi yang seimbang dan hidrasi yang terjaga adalah kunci agar tubuh tetap fit selama naik gunung di masa menstruasi.

5. Pendakian harus dilakukan dengan ritme yang realistis

ilustrasi naik gunung (unsplash.com/ Holly Mandarich)

Bukan berarti kamu tidak bisa naik gunung saat menstruasi, kok tapi ritme pendakian perlu untuk disesuaikan lagi. Dengarkan tubuh dan jangan paksakan untuk mengejar target waktu seperti biasa. Luangkan waktu istirahat lebih sering, apalagi jika muncul gejala seperti kram perut, pusing, atau lemas mendadak.

Komunikasi dengan teman pendakian juga penting agar mereka bisa menyesuaikan ritme dan memberi dukungan saat dibutuhkan. Kamu tidak perlu merasa bersalah karena berjalan lebih lambat atau butuh waktu rehat lebih banyak. Justru kesadaran akan batas tubuh inilah yang akan membuat pengalaman naik gunung tetap aman dan menyenangkan meski sedang haid.

Naik gunung saat menstruasi bukan hal yang mustahil, tapi membutuhkan persiapan ekstra dan pemahaman akan kondisi tubuh sendiri. Selama kamu paham risiko dan tahu cara mengelolanya, menstruasi tidak harus jadi penghalang untuk menikmati alam bebas. Jangan ragu untuk menyesuaikan ritme, menjaga kebersihan, dan tetap peka terhadap sinyal tubuh agar perjalanan tetap nyaman dan aman.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team