Jejak Inalum di Desa Perupuk, Pantai Sejarah Kini Jadi Wisata Mangrove

Azizi berdayakan puluhan warga kelola Batubara Mangrove Park

Batubara, IDN Times – Sejak puluhan tahun lalu warga Kabupaten Batubara mengenal Pantai Sejarah destinasi biasa yang tidak memiliki keistimewaan. Pantainya kotor, mangrovenya saban tahun makin gundul, dan banyak aktivitas wisata yang bernilai negatif.

Namun sejak empat tahun terakhir pantai yang biasa-biasa saja ini berubah menjadi destinasi wisata favorit di Kabupaten Batubara. Mangrove lebat, sudah memiliki dermaga, wahana permainan, dan lapak UMKM yang menarik. Kini Pantai Sejarah telah berubah nama menjadi Batubara Mangrove Park.

Adalah PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) yang sejak 2015 lalu konsiten mendorong penanaman mangrove setiap tahun di pantai ini. Bekerja sama dengan Kelompok Tani Cinta Mangrove (KTCM) yang diketuai Azizi, pantai ini tertata lebih rapi, memiliki fasilitas pendukung yang lengkap.

Kini lebih dari 50 warga sekitar pantai selaku pengelola wisata dan UMKM meraih penghasilan baru dari destinasi ini.

Jejak Inalum di Desa Perupuk, Pantai Sejarah Kini Jadi Wisata MangroveAzizi, Ketua Kelompok Tani Cinta Mangrove (KTCM) (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Azizi bercerita, sejak tahun 2002 ia sudah rutin melakukan pembibitan menanami mangrove di Pantai sekitar rumah di Desa Gambus Laut, Kecamatan Lima Puluh Pesisir. Kala itu Kabupaten Batubara masih bernama Asahan.

Sebelum menanam mangrove, Azizi adalah pekerja di perusahaan kehutanan dari tahun 1988-1998. Kemudian pulang ke kampung halaman dan menjadi pengusaha tambak. Namun usahanya gagal dan bangkrut pada tahun 2001.

“Total kerugian waktu itu Rp90 jutaan, jadi saya stres dan untuk menghilangkan stres saya bekerja mencari kepiting di pantai. Dalam hati saya ‘kok ini mangrovenya udah gundul seperti tanah lapang, gak tebal seperti tahun 1980-an?’. Jadi sembari mencari kepiting saya tanami mangrovenya di pantai, karena memang ada latar belakang pekerjaan rehabilitasi,” ujar Azizi saat bertemu IDN Times, 31 Agustus 2023.

Pada 2002, Azizi mendapat sosialisasi dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Asahan tentang Hutan Mangrove. Usai pelatihan tersebut Azizi mendatangi Kantor Dinas Kehutanan untuk meminta bibit mangrove. Ia melaporkan bahwa di kampungnya banyak lahan mangrove yang sudah gundul.

Setelah dari dinas melakukan pengecekan ke lapangan, Azizi malah ditawari untuk membuat pembibitan mangrove agar bisa menanaminya sendiri.

“Saya bukalah kegiatan pembibitan pada tahun 2002 itu. Selesai saya pembibitan akhir Desember 2023, pada tahun tanam 2003 saya mulai melakukan kegiatan penanaman mangrove. Mulailah dari situ terus saya bergerak sampailah sekarang. Artinya, itu hobi saya sembari tetap bekerja mencari kepiting. Kalau dihitung, total sudah hampir 200 hektare saya tanami mangrove dari Desa Gambus Laut sampai ke Desa Perupuk,” jelas pria 56 tahun ini.

Sejak saat itu banyak pihak yang memberikan bantuan bibit untuk mendukung penanaman mangrove yang dilakukan Azizi di dua desa.

Pada tahun 2016 ada aturan tentang kehutanan dan sosial kelompok yang boleh mengelola hutan dengan izin langsung dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Azizi mengajak masyarakat membentuk Kelompok Tani Cinta Mangrove (KTCM) untuk kemudian mengajukan izin usaha perhutanan sosial dengan skema Hutan Kemasyarakatan HKM.

“Alhamdulillah tahun 2018 keluarlah izin pengelolaan hutan kemasyarakatan selama 35 tahun seluas 456 hektar yang terdiri dari desa Gambus Laut dan Desa Perupuk,” terang Azizi.

Sejak saat itu Azizi mereka punya wewenang yang diakui negara untuk melakukan kegiatan penyelamatan mangrove. Iapun mulai memikirkan langkah untuk membuat Desa Gambus Laut dan Desa Perupuk  bisa terlindung mangrovenya untuk jangka panjang.

Jejak Inalum di Desa Perupuk, Pantai Sejarah Kini Jadi Wisata MangroveBatubara Mangrove Park, Desa Perupuk, Kecamatan Lima Puluh Pesisir, Kabupaten Batubara, Sumut (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Salah satu langkah yang diambil Azizi adalah mengubah wajah Pantai Sejarah di Desa Perupuk menjadi lebih baik. Pantai Sejarah, menurutnya, sudah dikenal sejak era 1980-an, namun tidak ada yang istimewa. Hanya jadi tempat wisata penuh sampah dan maksiat.

Azizi pun mengajak Polres Batubara untuk melakukan kegiatan rehabilitasi mangrove. Dengan demikian, pelaku-pelaku wisata yang tidak bertanggungjawab otomatis akan pergi. Pada masa-masa ini, PT Inalum terus konsisten memberikan dukungan pembibitan mangrove.

Pada tahun 2020, Zahir, sahabatnya semasa muda, terpilih menjadi Bupati Batubara. Saat itu juga dilanda masa Covid-19. Sehingga banyak anggaran SKPD yang tertahan tidak bisa digunakan.

“Zahir sudah mengenal saya sejak awal menanam mangrove, jadi saat bertemu, saya minta tolong bantu saya mengubah Pantai Sejarah. Dia bertanya ‘Bisa itu?’ saya yakinkan saya bisa. Zahir mengamini dan minta saya jalan ke dinas-dinas untuk meminta bantuan,” ungkapnya.

Adalah Dinas Perikanan dan Kelautan yang pertama kali menyambut baik Azizi. Kala itu Dinas Perikanan membantu Pembangunan dermaga di Pantai Sejarah. Sejak saat itu terjadi perubahan besar di Pantai Sejarah. SKPD dan stakeholder lain bergantian menyalurkan bantuan untuk pengembangan pariwisata di tempat ini.

Termasuk Inalum, yang biasa mendukung kegiatan di Desa Gambus Laut ikut menggeser program Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) ke Pantai Sejarah pada tahun 2021. Di antaranya memberikan bantuan pembangunan kamar mandi, spot photo selfie, dan lapak lesehan.

Selain itu Inalum berkontribusi dalam membantu mengelola pantai Sejarah. Di antaranya memberikan pelatihan untuk penguatan ekonomi desa wisata, penataan dan renovasi rumah kumuh di sekitar Pantai Sejarah, pembuatan tenda dan gerobak pedagang.

“Ada juga cerita sama Inalum soal mau melakukan penimbunan, dibantu lah Rp100 juta untuk nimbun sepanjang 50 meter. Jadi dengan adanya penimbunan ini jadi alasan kami untuk menggusur lapak-lapak maksiat. Sekarang sudah tidak ada lagi dan Pantai Sejarah tertata lebih rapi," jelasnya.

Pada tahun 2022 Inalum membuat sentra pembibitan bakau, membuat acara pohon asuh, melatih membatik perempuan di sekitar pantai. Tahun ini Inalum membantu Pembangunan menara pemantau burung, membuat bioflok yaitu budidaya ikan di dalam terpal, serta memberikan bantuan panel surya.

Kini wajah Pantai Sejarah sudah jauh berubah. Inalum pun mengusulkan Namanya diubah menjadi Batubara Mangrove Park (BBMP). Usulan itu diterima Masyarakat. Jumlah kunjungan pun terus meningkat.

“Hari biasa rata-rata 100 pengunjung, jika weekend mencapai 1.500 hingga 2.000 pengunjung. Bahkan saat libur hari besar mencapai 5.000 pengunjung,” jelasnya.

Total kini sudah lebih dari 40 orang yang bekerja sebagai pengelola wisata Batubara Mangrove Park. Kemudian ada pula kelompok UMKM beranggotakan 20 orang,  Membatik 20 orang, Tunjang Bakau 15 orang, dan Silvo Fishery 20 orang. Belum lagi termasuk pekerja yang dibayar harian jika hari-hari libur dan kunjungan meningkat. Artinya sedikitnya 120 orang menerima manfaat dan mendapatkan penghasilan dari Batubara Mangrove Park ini.

Namun Azizi tidak mau berpuas diri. Ia ingin BBMP terus berkembang menjadi wisata yang lebih baik lagi.

“Kedepan bersama Inalum saya ingin BBMP menjadi wisata edukasi, jadi bisa memberikan manfaat lebih luas dan berdampak lebih luas juga,” pungkas ayah 4 anak ini.

Jejak Inalum di Desa Perupuk, Pantai Sejarah Kini Jadi Wisata MangroveBatubara Mangrove Park, Desa Perupuk, Kecamatan Lima Puluh Pesisir, Kabupaten Batubara, Sumut (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Muhammad Alex Ridwan, Staf CSR Kuala Tanjung PT Inalum menjelaskan sudah memulai program mangrove itu sudah sejak 2015 di Desa Gambus Laut. Kemudian pada tahun 2020 ada program Desa Binaan. Salah satu list kandidatnya Pantai Sejarah di Desa Perupuk untuk dijadikan Ekowisata Mangrove.

Langkah awal dengan menggandeng masyarakat anggota KTCM. Kemudian pembuatan sarana prasarana wisata seperti toilet, sumur bor, tempat duduk lesehan, spot foto, bedah rumah, pengecetan untuk merapikan lingkungan dan pembersihan lingkungan. Teranyar adalah bantuan kubah mesjid.

Kemudian memberikan pelatihan membatik bekerja sama dengan Sanggar Liza Mangrove dari Belawan sana untuk memberikan pelatihan kepada ibu-ibu di Desa Perupuk.

“Tahun 2023 ini kita didorong untuk masuk ke aspek digitalisasi, secara sarana prasarana Batu Bara Mangrove Park ini sudah bagus, point yang perlu di-support lagi bagian digitalisasi. Karena wisata saat ini kalau di-posting atau banyak pemberitaan maka semakin banyak yang datang dan reputasi lokasi ini pun juga meningkat dengan adanya pemberitaan yang bagus,” terang Alex.

Salah satunya adalah bantuan pembuatan website Batubaramangrovepark.com dan memberdayakan kelompok pemuda-pemudi yang ditunjuk untuk bisa mengelola website itu.

“Harapannya, dengan website itu bisa dibuat publikasi, informasi, apa yang bisa dibaca pengunjung kayak paket wisata, harga tiket, dan lain sebagainya,” ujar pria 32 tahun ini.

Bupati Batubara, Zahir berharap Batubara Mangrove Park kedepannya menjadi objek wisata yang lebih dikenal lagi, terutama wisata kuliner lautnya. Sehingga dapat menjadi wadah untuk perbaikan ekonomi masyarakat.

Zahir berkomitmen Pemkab Batubara akan terus melakukan penataan, agar BBMP menjadi semakin baik lagi.

Baca Juga: INALUM Pasang Target Raih Proper Emas Lagi Tahun Ini

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya