80 Fotografer dari 3 Negara Takjub dengan Keindahan Kepulauan Riau

Explore Kepri 2024 sajikan destinasi yang tak terduga

Tanjungpinang, IDN Times - Sebanyak 80 fotografer dari 3 negara mengikuti kegiatan Explore Kepulauan Riau pada 12-16 Mei 2024. Ke-80 fotografer ini berasal dari Malaysia, Singapura, dan Indonesia. Sedangkan fotografer asal Indonesia juga datang dari berbagai provinsi. Ada dari Papua, Sulawesi, Jogja, Jawa Timur, Jawa Barat, Jakarta, Sumatera Utara, Riau, dan tidak ketinggalan dari tuan rumah, Kepri.

Kegiatan yang baru pertama kali dilakukan di Kepri ini dilakukan oleh Kepri Photo Community (KPC) bekerja sama Pemko Tanjungpinang, Pemkab Bintan, dan Pemprov Kepulauan Riau. Dalam kegiatan ini, KPC membawa peserta mengeksplore wisata sejarah, wisata alam, wisata religi, permainan tradisional, kuliner tradisional, dan lain sebagainya yang jarang diketahui calon wisatawan yang hendak ke Kepri.

Panitia Explore Kepri 2024, Cano menjelaskan bahwa KPC mengundang fotografer dari luar daerah dan negara bertujuan untuk membuka mata dunia bahwa Kepri adalah destinasi wisata yang sangat memesona. Selain itu, juga ingin mendapat masukan dari para peserta bagi pengembangan pariwisata Kepri ke depan.

Karena peserta yang diundang adalah para fotografer traveler yang sudah berpengalaman melakukan kunjungan wisata ke berbagai tempat dan negara. Sehingga masukan dari para peserta juga sangat layak di dengar demi kemajuan pariwisata di Kepri.

"Kawan-kawan harus menyerap banyak masukan untuk mengembangkan sektor pariwisata, bukan hanya fokus di Tanjungpinang saja. Selain itu harus ada bukti berupa foto dan video yang powerful untuk memvisualisasikan keindahan Kepri, sehingga para wisatawan dari berbagai kota dan negara akan tertarik untuk berwisata ke Kepri," ujar Cano.

Hasilnya, para peserta dibuat terpukau dan takjub dengan keindahan alam, budaya, hingga kuliner yang disaksikan selama kegiatan. Seperti apa keseruannya? Yuk Simak:

Kota Tanjungpinang simbol keberagaman

80 Fotografer dari 3 Negara Takjub dengan Keindahan Kepulauan RiauAksi Barongsai di salah satu kelenteng di Senggarang, Tanjungpinang (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Pada hari pertama, Minggu (12/5/2024) malam para peserta diajak menyaksikan Panggung Seni dan Budaya yang menampilkan Tari Zapin Melayu, Seni Berpantun dari Pandantun, dan Musik Hiburan Tradisional Melayu. Acara ini dihadiri oleh Penjabat Wali Kota Tanjungpinang, Hasan dan jajarannya.

Pada hari kedua, peserta diajak mengeksplore Kawasan Kota Tua atau Pecinan. Di tempat ini terdapat Gereja Ayam atau GPDI Bethel yang sudah berdiri sejak 1883. Di sekitarnya terdapat bangunan tua lainnya yang dijadikan Gedung sekolah. Serta terdapat museum Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah. Ke tempat ini, serasa kembali ke masa lampau.

Di pasar, semua bangunan tepi jalan sangat kental nuansa heritage-nya. Kini dicat warna-warni untuk menambah keindahan dan estetisnya.

Selanjutnya para peserta diajak ke kelurahan Senggarang, Kecamatan Tanjungpinang Kota. Begitu tiba di dermaga menggunakan pompong (perahu) langsung disambut tiga barongsai merah dan kuning. Kawasan ini dikenal sebagai kawasan Tionghoa ala budaya China di Tanjungpinang. Di tempat ini sangat banyak klenteng, salah satu yang paling terkenal adalah Kenteng Akar.

Suasananya begitu damai, muslim dan tionghoa hidup berdampingan di sini. Warung-warung kopi tua berdinding papan jadi salah satu saksi bisu keberagamanan di tempat ini. Tua-muda berkumpul, bercengkrama, dan bersenda-gurau.

Usai dari Senggarang, hunting foto dilanjutkan ke Masjid Raya Nur Ilahi Dompak. Salah satu masjid terbesar di Tanjungpinang. Uniknya, masjid ini menggunakan listrik tenaga surya. Dari tempat ini, peserta bisa melihat kompleks pemerintahan tersusun rapi. Ada pula pemandangan Jembatan H. Muhammad Sani terlihat dari masjid yang berada di perbukitan ini.

Sore hari, peserta diajak menikmati senja di Pulau Penyengat. Dengan menaiki pompong, butuh waktu 10-15 menit dari Pelabuhan Pelantar 1 untuk tiba di sini. Begitu tiba di Gapura Pulau Penyengat, langsung terasa nuansa Melayu yang sangat kental.

80 Fotografer dari 3 Negara Takjub dengan Keindahan Kepulauan RiauSebanyak 80 Fotografer dari 3 Negara mengikuti Explore Kepri 2024 tanggal 12-16 Mei 2024 yang digelar oleh Kepri Photo Community (KPC) (Dok. Peserta Explore Kepri 2024)

Sebagian besar bangunan di pulau ini berwarna hijau muda dan kuning. Termasuk masjid paling ikonik di pulau ini juga berwarna sama, yakni Masjid Raya Sultan Riau Penyengat.

Masjid ini pertama kali dibangun pada tahun 1803 seiring dengan dibukanya Pulau Penyengat sebagai mas kawin dan kemudian menjadi tempat kediaman Raja Hamidah Engku Putri.

Pada masa itu masjid ini diperkirakan terbuat dari kayu. Hingga pada tahun 1832, Raja Abdurrahman yang pada masa itu menjabat sebagai Yang Dipertuan Muda ke-7 Kerajaan Riau-Lingga melakukan renovasi dengan cara bergotong-royong dengan semua lapisan masyarakat di Pulau Penyengat kala itu.

Keunikan mesjid ini adalah konon digunakannya putih telur sebagai campuran bahan bangunan untuk membuat mesjid. Arsitektur mesjid ini juga sangat unik dan sarat dengan simbol-simbol ajaran agama Islam.

Bayangkan di kota yang tidak begitu terkenal seperti Tanjungpinang ini, terdapat Gereja, Masjid, Kelenteng dan Vihara yang sangat bersejarah. Menjadi bukti bahwa keberagaman sudah dirajut sejak ratusan tahun lalu di kota ini.

Di Pulau Penyengat, peserta disuguhkan pertunjukan seni silat. Kemudian peserta dibiarkan menikmati perubahan langit dari biru menjadi gelap yang menandakan malam telah tiba. Sekaligus penanda bahwa peserta harus kembali ke Hotel Halim untuk beristirahat.

Baca Juga: 5 Cerita Rakyat dari Kepulauan Riau, Ada Putri Pandan Berduri

Suku Laut ternyata bukan mitos

80 Fotografer dari 3 Negara Takjub dengan Keindahan Kepulauan RiauSuku Laut di Pulau Sumpat, Kabupaten Bintan, Kepri (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Hari pertama dan kedua dipenuhi decak kagum, ternyata itu masih permulaan. Panitia Explore Kepri 2024 ternyata menyiapkan kejutan lebih banyak lagi di hari ketiga, Selasa (14/5/2024).

Jadwalnya adalah mengunjungi Desa Berakit, Kabupaten Bintan. Namun sebelum ke sana, peserta diajak mampir ke Vihara Ksitigarbha Bodhisattva dikenal dengan "Vihara Patung Seribu" atau Patung Lohan. Berada di Jalan Asia Afrika KM 14, Tanjungpinang.

Vihara Ksitigarbha Bodhisattva merupakan tempat ibadah umat Buddha dan objek wisata religi. Banyak wisatawan yang datang pada akhir pekan, baik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara. Tempat ini sangat menakjubkan. Di pintu masuk, pengunjung akan melewati bangunan besar, seperti gerbang kota kuno yang membawa ke negeri yang jauh dan waktu berjalan lambat.

Bangunan tersebut tersusun dari batu-batu yang rapi hingga membentuk bangunan besar seperti benteng Takeshi. Pada bagian atasnya terdapat atap bertingkat khas Tiongkok dengan hiasan patung naga.

Kunjungan ini semakin meriah karena terdapat barongsai merah yang beraksi di depan gerbang. Awalnya hanya mampir, tapi suasana damai dan tenang di vihara ini membuat betah berlama-lama. Jelang makan siang barulah peserta bertolak ke Desa Berakit.

80 Fotografer dari 3 Negara Takjub dengan Keindahan Kepulauan RiauTiga anak bermain Gasing tradisional (gaseng) di depan rumah tradisional Desa Berakit, Bintan, Kepri (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Dari suasana perkotaan, Bintan menyajikan hal berbeda. Sepanjang jalan kental nuansa pedesaan, rapi nan teduh. Peserta berhenti di rumah panggung khas pesisir tradisional di Desa Berakit. Kondisi rumah panggung juga membuat peserta tak habis pikir. Begitu orisinal, masih sangat terawat dan dibagian dalamnya terdapat benda-benda jadul yang kondisinya juga terawat.

Di tempat ini peserta disambut Wakil Bupat Bintan, Ahdi Muqsith, S.IP. Pria yang akrab disapa Osith ini datang bersama istrinya, Sabine Rohden serta istri Danlanud Raja Haji Fisabilillah, Andi Reyhan Nurjannah.

Peserta langsung terpukau melihat aksi lima bocah lelaki bermain gasing tradisional di depan rumah panggung. Mereka menyebutnya Gaseng. Lihai betul mereka. Shutter peserta seakan tak mau berhenti mengabadikan keseruan mereka bermain.

Para fotografer, bupati, istri bupati, dan para pemain gasing makan siang Bersama lesehan di tempat ini. Nikmat betul menyantap makan siang di bawah pohon rambutan yang rindang.

Usai makan siang, peserta dibawa ke tengah laut dengan menggunakan beberapa sampan. Ternyata mau mencari Suku Laut yang legendaris. Sebagian orang bilang Suku Laut itu mitos, karena dipercaya bisa menghilang saat dikejar penjajah dengan bersembunyi di laut. Selain itu juga mampu menyeberangi Samudera dari Indonesia menuju Malaysia, Singapura, Brunei hanya menggunakan perahu kecil. Nyatakah Suku Laut itu?

80 Fotografer dari 3 Negara Takjub dengan Keindahan Kepulauan RiauPeserta Eksplore Kepri 2024 mengabadikan Suku Laut di Pulau Sumpat, Kabupaten Bintan, Kepri (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Mitos itu langsung patah kala peserta menemukan empat perahu kecil beratap Jerami di Pulau Sumpat. Masing-masing perahu dihuni seorang perempuan tua. Tak jauh dari perahu, empat remaja sibuk mencari kerang. Sedangkan beberapa bocah sibuk berlompat-lompat dari perahu bermain sesama mereka. Sesekal bocah itu menobak untuk menangkap pari.

“Dari lahir kami sudah di perahu, kami makan dari apa yang kami dapatkan di laut,” ujar Sani, Kepala Suku Laut yang menyambut kedatangan para fotografer.

Para fotografer rela berbasah-basahan setinggi pinggang untuk mengabadikan Suku Laut yang katanya mitos itu. Kamera fotografer menjadi saksi mengabadikan bahwa Suku Laut itu benar adanya dah harus dijaga keberlangsungannya oleh bangsa ini. Karena mereka adalah bagian dari suku tradisional di Indonesia, khususnya di Kepulauan Riau. Merekalah konon pejuang-pejuang yang bergerilya di laut melawan penjajahan.

Setelah 2 jam menghabiskan waktu bersama Suku Laut, para fotografer kembali ke Desa Berakit dengan hati mengembang, puas dengan jepretan masing-masing. Meski lelah, tapi semuanya terbayar lunas.

Dari Desa Berakit peserta akan berburu sunset di Pantai Dugong di KM 52 Bintan Desa Malang Rapat, Kecamatan Gunung Kijang. Pantai ini menjadi bagian dari Pantai Trikora yang sejak lama ramai dikunjungi wisatan, baik domestik maupun mancanegara.

Tarian mistis itu bernama Melemang

80 Fotografer dari 3 Negara Takjub dengan Keindahan Kepulauan RiauTari Melemang Khas Bintan (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Begitu tiba di Pantai Dugong, 10 dara berpakaian penari tradisional melayu berwarna emas sudah menanti di pinggir Pantai. Begitu mendengar gesekan biola dan tabuhan gong, para penari langsung maju menampilkan aksinya.

Awalnya tarian hanya seperti tarian sambutan biasa saja. Suasana berubah saat seorang pria meletak nampan bundar berisi beras kuning dan ada uang kertas di atasnya. Para penonton pun bergantian mengisi uang kertas ke nampan yang diletakkan di tengah-tengah para penari yang tersusun dalam formasi lingkaran.

Tiba-tiba seorang penari melakukan kayang dan berjalan kayang ke arah nampan bundar. Dalam sekejak duit kertas sudah berpindah ke mulutnya. Kemudian ia kembali ke dalam formasi lingkaran. Dua penari lain menyusul melakukan kayang dan bergerak untuk menggigit uang di Tengah nampan. Kesepuluh penari bergantian melalukan itu.

Para pengunjung Pantai Dugong makin bersemangat meletakkan uang yang lebih banyak di atas nampan agar tarian ini terus berlangsung hingga senja tiba. Tarian ini disebut Tarian Melemang. Tarian ini dipercayai sudah ada sejak masa Kerajaan Bentan atau sekitar abad Ke-12.

Tarian ini termasuk tarian istana, dulunya tidak dikonsumsi rakyat biasa dan dipercaya memiliki aroma mistis. Yang membuat para penari bisa lincah melakukan kayang dan berjalan dengan sangat gesit tanpa cedera apapun. Dahulu para penarinya harus berasal dari dayang-dayang istana termasuk daerah Tanjungpisau Penaga.

Tari Melemang ini membuat semua peserta dan pengunjung terpana. Hingga senja tiba pun seakan tak lagi indah, kalah dengan keindahan dan kepiawaian para penari Melemang.

80 Fotografer dari 3 Negara Takjub dengan Keindahan Kepulauan RiauTari Melemang Khas Bintan (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Malam di Pantai Dugong semakin istimewa karena peserta dijamu makan Bersama dengan Wakil Bupati Bintan, Ahdi Muqsith. Pria 38 tahun yang akrab disapa Osit ini mendengarkan pendapat para peserta dari berbagai kota, termasuk dari Malaysia dan Singapura tentang pariwisata di Bintan dan Tanjungpinang.

Ia berharap dengan kegiatan ini, ke-80 fotografer dari 3 negara dan dari berbagai Kota di Indonesia bisa menjadi mata bagi dunia untuk mengetahui keelokan dan keunikan alam hingga budaya di Kepri.

“Harapan kita tentunya melalui karya-karya hebat mereka nanti akan semakin mengenalkan Kepri, khususnya Bintan di mata internasional. Bahwa di sini ada segudang keindahan entah itu alamnya, budaya, kuliner hingga historis tamadun Melayu," kata Osit.

Ia membeberkan bahwa saat in sekitar 20 persen wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia masuk melalui Kepri sebagai pintu masuk utama selain Bali dan Jakarta.

"Di Kepri sendiri, Bintan menjadi salah satu penyumbang terbesae kunjungan wisatawan mancanegara," Ia menambahkan.

Menurut Osit, dengan potensi pariwisata yang luar biasa dari segi alam dan budayanya, Kepri khususnya Bintan menjadi satu-satunya Provinsi di kawasan perbatasan sekaligus pintu masuk wisatawan mancanegara utama di Indonesia.

"Daya tarik utama kunjungan wisatawan ke Indonesia adalah 60 persen terkait budaya, 30 persennya dari alam dan sisanya buatan manusia," ujarnya.

Jong, permainan tradisional Melayu yang menguji ketelitian

80 Fotografer dari 3 Negara Takjub dengan Keindahan Kepulauan RiauPermainan Jong khas melayu di Pantai Dugong, Bintan (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Tak terasa, Rabu (15/5/2024) menjadi hari keempat sekaligus hari terakhir 80 fotografer 3 negara mengeksplore Kepri. Kuliner Gonggong yang disantap tadi malam seakan masih padat di perut, namun pagi ternyata sudah tiba.

Sunrise tertutup awan pagi itu, tetapi pantai tetap ramai. Sekitar 30 pemain Jong tradisional melayu, sudah sibuk menyiapkan Jong-nya untuk adu cepat melawan ombak. Dari mulai lansia hingga anak-anak ada. Mereka tergabung dalam Komunitas Jong Muda Bintan.

Sudah menjadi kebiasaan mereka setiap akhir pekan berkumpul di Pantai dan bermain Jong. Bahkan kerap mengikuti perlombaan Jong hingga ke negeri jiran. “Sudah 3 tahun saya diajarkan ayah bermain Jong, sekarang sudah mahir,” ujar Zaki, bocah 10 tahun yang sedang sibuk merakit Jong-nya.

Jong adalah perahu layar mini, mainan tradisional asli suku Melayu yang sudah ada sejak zaman dahulu. Ukurannya ada yang kecil hingga lebih tinggi dari orang dewasa.

Permainan ini mengandalkan ketelitian menentukan arah jip, layar, dan kemudi. Pemenang ditentukan siapa yang paling cepat menyentuh pintu finish. Jika keluar dari pintu, walaupun cepat, akan dianggap gugur. Sehingga keahlian mempelajari arah angin dan mengatur kemudi Jong sangat diuji dalam permainan ini.

Kesannya seperti permainan biasa. Tetapi butuh waktu lama untuk mahir bermain Jong. Permainan ini juga menunjukkan bahwa Melayu adalah suku yang sangat mahir menerjang lautan dan berkelana ke Negeri Jiran menggunakan perahu layar.

“Permainan ini sengaja kami galakkan untuk melestarikan kembali permainan tradisional melayu. Agar mahir, kami belajar arah angin dan menyetel Jong sebaik mungkin agar bisa start dan finish pada garis yang sudah ditentukan,” ujar Hasyim, seorang pemain Jong.

Finish-nya puluhan Jong di bibir Pantai sekaligus menjadi penanda berakhirnya acara Explore Kepri 2024. Para peserta kembali ke Tanjungpinang untuk berkumpul pada acara penutupan di Aula Kantor Gubernur Kepri.

80 Fotografer dari 3 Negara Takjub dengan Keindahan Kepulauan RiauPermainan Jong khas melayu di Pantai Dugong, Bintan (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Kepulauan Riau, Guntur Sakti mewakili Gubernur Kepulauan Riau H. Ansar Ahmad menyambut baik penyelenggaraan event ini. Ia menyampaikan bahwa sekitar 20 persen wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia masuk melalui Kepri sebagai pintu masuk utama selain Bali dan Jakarta.

"Kepri adalah daerah perbatasan yang dekat dengan Singapura dan Malaysia secara jarak, budaya, bahasa, dan religi. Provinsi ini memiliki 2.408 pulau, dengan 300 lebih berpenghuni dan 22 di antaranya merupakan pulau terluar," ungkap Guntur.

Menurutnya, dengan potensi pariwisata yang luar biasa dari segi alam dan budayanya, Kepri menjadi satu-satunya provinsi di kawasan perbatasan sekaligus pintu masuk wisatawan mancanegara utama di Indonesia. Ia mengatakan bahwa daya tarik utama kunjungan wisatawan ke Indonesia adalah budaya (60 persen), alam (30 persen), dan buatan manusia (10 persen).

"Semua komponen daya tarik itu ada di Kepri sebagai episentrum Kerajaan Riau-Johor-Lingga pada masa lalu. Saya yakin hasil karya para fotografer dapat memperlihatkan keindahan alam dan budaya Kepri dengan memadukan visual dan narasi yang powerful. Semoga dapat mengabadikan keindahan Kepri lewat lensa mereka," harap Guntur.

Guntur juga menyampaikan salam hangat dari Gubernur Kepri Ansar Ahmad yang sangat mengapresiasi digelarnya acara ini. Guntur menyampaikan pesan dari Ansar Ahmad agar para fotografer benar-benar memanfaatkan event ini untuk mengupas daya tarik pariwisata di Kepri dan memperkenalkannya ke daerah asal mereka.

"Bapak gubernur berharap sekali teman-teman fotografer bisa menjadi penyebar pesan tentang keindahan alam di Kepri dan kekayaan budayanya," ucapnya.

80 Fotografer dari 3 Negara Takjub dengan Keindahan Kepulauan RiauSilat tradisional Melayu di Masjid Raya Sultan Riau Penyengat, Pulau Penyengat, Tanjungpinang (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Peserta asal Malaysia, Raja Kemal mengapresiasi terselenggaranya event bergengsi seperti Explore Kepri 2024 ini. Menurutnya, fotografi dapat membantu mengembangkan ekosistem pariwisata suatu daerah.

"Saya setuju bahwa fotografi membantu ekosistem pariwisata. Ini sudah kali keempat saya mengunjungi Tanjungpinang dan saya yakin acara seperti ini akan membuka jejaring pertemanan kami sesama fotografer dari lintas negara," tutur Raja Kemal.

Peserta asal Timika, Papua, Apner mengaku senang bisa menginjak kaki pertama kali ke Kepri. Kesenangan semakin memuncak dengan sajian wisata budaya, wisata religi, wisata alam, dan wisata kuliner yang tak pernah ia dapatkan sebelumnya.

"Di sini kami gak boleh lapar, kenyang terus dan makanannya enak-enak. Apalagi pemandangan alamnya dan budayanya juga sangat luar biasa. Saya doakan akan Explore Kepri selanjutnya dan saya janji akan datang lagi," kata Apner.

Acara ini semakin meriah ketika di akhir acara penutupan dilakukan pengumuman pemenang lomba foto bertema "Keberagaman di Kepri" dengan hadiah jutaan rupiah. Pemenang pertama berasal dari Palu, sedangkan pemenang kedua, Henrico berasal dari Medan, dan pemenang ketiga berasal dari Jogja.

Ada pula pemenang lomba foto pilihan Bupati Bintan dan foto pilihan Istri Wakil Bupati Bintan yang hadiahnya juga jutaan rupiah.

Baca Juga: 4 Event Pariwisata di Kepulauan Riau yang Masuk Agenda KEN 2024

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya