TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Great Harvest Festival 2019, Lestarikan Budaya Memanen Padi Suku Batak

Jadi magnet wisatawan asing untuk datang ke Danau Toba

IDN Times/Dok BPODT

Toba Samosir, IDN Times – Even Great Harvest Festival 2019 atau Festival Panen Raya di Toba Samosir, Sumatera Utara mampu menyedot perhatian wisatawan mancanegara. Sejumlah turis asal luar negeri begitu antusias mengikuti festival yang dihelat di Huta Lumban Binanga, Desa Djangga Dolok, Kecamatan Lumban Julu, Toba Samosir, 19-21 Juli 2019.

Di Desa Djangga mereka mengikuti kebudayaan memanen padi (mardege) yang sudah ada sejak zaman nenek moyang etnis Batak ratusan tahun lalu. Mereka juga disuguhi, potensi besar pariwisata Desa Djangga Dolok dengan eksotisme alamnya.

"Great Harvest Festival 2019 adalah ajang branding pariwisata Djangga Dolok. Adanya event ini menjadikan destinasi Djangga Dolok semakin dikenal luas. Potensi arus wisatawan bertambah besar,” kata Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi.

Baca Juga: Hotel Bintang Empat Pertama di Balige, 4 Fakta tentang Hotel Labersa

1. Ajari wisatawan soal kebudayaan memanen ala Batak yang terpendam

IDN Times/Dok BPODT

Ketua Panitia Great Harvest Festival 2019 Budi Agung Manurung menjelaskan, acara ini digelar untuk kembali melestarikan budaya memanen ala etnis Batak. Dia juga ingin menunjukkan bahwa memanen di etnis Batak itu sarat akan arti.

Misalnya seperti, Mardege sejatinya adalah ritual panen padi. Acaranya digelar pagi hari, dengan diawali Manitiari atau melihat cuaca. Kemudian siapkan Hau Namardakkadupang. Yaitu, tiang cabang sejajar sebagai media berdiri orang yang memanen padi.

“Proses pemetikannya menggunakan anai-anai.Kemudian dilanjutkan dengan Mamurpur, yaitu aktivitas memilah padi berisi dari renas dengan aduri. Setelah itu, gabah dimasukan ke Pamunuhan dan disimpan di lumbung,” ungkap Budi, Minggu (21/7).

2. Festival panen raya juga dikemas dengan promosi kebudayaan lainnya

IDN Times/Dok BPODT

Selama gelaran, panitia juga menampilkan banyak acara yang unik. Panitia menjamin, para wisatawan akan memberikan kesan baik pada acara tersebut.

Selain memanen, pengunjung disuguhi Martandang Najolo. Kesenian para gadis Batak. Medianya memakai pantun Batak dengan Marhuling Huling Asa (berteka-teki) dari pihak perempuan. Ditambah acara Martumba yang merupakan pesta kegembiraan dengan tarian muda-mudi.

Acara juga semakin menarik dengan penampilan Marmuccak atau silat Batak. Panitia juga menampilkan Opera Batak dan Manortor.

“Ditambah festival juga menampilkan Pasar Rakyat. Pasar ini jadi display aneka kekayaan Djangga Dolok, mulai dari beragam kerajinan tangan hingga kulinernya,” ungkapnya.

3. Kuliner khas Batak juga diperkenalkan untuk memikat wisatawan

Tipa-tipa/Borukaro.com

Desa Djangga Dolok terkenal dengan Tipa-Tipa. Kuliner ini dibuat dari beras. Setelah direndam, beras lalu disangrai dan ditumbuk. Kemudian ditampi hingga jadi Tipa-Tipa.

Ada juga Marnabibi, kuliner dari bahan baku padi yang belum siap panen. Prosesnya digongseng dan cara pengolahan sama seperti Tipa-Tipa. Selain itu, ada juga Sasagun dengan bahan tepung beras dan gula merah disangrai.

“Masyarakat Djangga Dolok mulai merintis event. Konten utamanya potensi budaya. Aktivitas itu tentu sangat positif untuk menarik wisatawan. Artinya, ada potensi ekonomi besar yang dihasilkan dari aktivitas pariwisata di sini. Djangga Dolok juga punya homestay untuk mendukung amenitas,” ungkap Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Kemenpar Dadang Rizki Ratman.

Konten Great Harvest Festival 2019 semakin menarik dengan Living With Bataknese. Konten ini dikemas dalam paket 3D2N (3 Days 2 Nights) dengan banderol Rp1,119 Juta. Dengan membeli paket tersebut, wisatawan akan mengikuti seluruh rangkaian acara festival. Mereka terlibat dalam Mardege, lalu free akomodasi, makan, Pasar Rakyat, souvenir, night party, hingga opera.

4. Pariwisata Djangga Dolok cepat melesat karena kreatifitas masyarakatnya

IDN Times/Dok BPODT

Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Danau Toba  (BPODT) Arie Prasetyo mengatakan, Desa Djangga Dolok pandai melihat program pembangunan pariwisata Danau Toba sebagai destinasi superprioritas. “Desa Djangga Dolok ini warganya berperan aktif dalam mensukseskannya. Great Harvest Festival adalah even yang diharapkan dapat memperkenalkan Desa dan Kabupaten Toba Samosir kepada dunia luar. Great Harvest Festival akan dilaksanakan sebagai event tahunan untuk juga menginspirasi desa atau kecamatan lainnya melaksanakan kegiatan yang sama dengan tema yang berbeda,” ungkap Arie.

Acara ini juga diadakan sebagai salah satu bentuk kegiatan pengelolaan dana desa. Djangga Dolok punya potensi yang jika digali akan menjadi sumber ekonomi bagi masyarakatnya.

Baca Juga: Ini Panduan Wisata Seru ke Danau Toba Dari Berangkat Sampai Pulang 

Berita Terkini Lainnya