Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kawasan pertokoan di Jalan Perniagaan terpaksa tutup karena pemberlakuan PPKM Darurat di Kota Medan, Rabu (13/7/2021).
Kawasan pertokoan di Jalan Perniagaan terpaksa tutup karena pemberlakuan PPKM Darurat di Kota Medan, Rabu (13/7/2021).

Di tengah hiruk pikuk Kota Medan, ada sebuah tempat yang namanya seolah membekukan waktu. Pajak (pasar) Ikan Lama, sebuah nama yang membangkitkan imajinasi tentang perahu nelayan dan hasil laut segar. Namun, saat kamu melangkahkan kaki ke kawasan bersejarah Kesawan, kamu akan menemukan sebuah anomali menawan, bahwa pasar ini adalah surga bagi para pemburu kain, bukan ikan.

Keunikan ini bukan sekadar typo nama, melainkan cerminan dari perjalanan panjang sebuah kota yang dinamis. Pajak Ikan Lama adalah saksi bisu transformasi ekonomi, perpaduan budaya, dan ketangguhan memori kolektif warganya. Mari kita selami lebih dalam tujuh fakta menakjubkan yang menjadikan pasar ini lebih dari sekadar tempat berbelanja.

1. Pasar Ikan Tanpa Ikan

Kawasan pertokoan di Pajak Ikan Lama Medan saat masa pandemik COVID-19 (IDN Times/Prayugo Utomo)

Inilah teka-teki paling terkenal di Medan. Meskipun namanya secara harfiah berarti "pasar ikan", jangan harap menemukan pedagang hasil laut di sini. Lorong-lorongnya yang ramai justru dipenuhi gulungan kain batik, sutra, dan aneka tekstil lainnya.

Nama "Pajak Ikan Lama" adalah sebuah warisan yang hidup dalam ingatan kolektif masyarakat, sebuah monumen tak benda yang terus diucapkan dari generasi ke generasi untuk menghormati asal-usulnya.

2. Jejak Sejarah Sejak Era Kolonial

Toko H. Ahmad Achyar Pasar Ikan Lama Medan (Dok. IDN Times)

Pajak Ikan Lama bukanlah pasar yang baru berdiri kemarin sore. Tempat ini telah menjadi salah satu pilar ekonomi Medan sejak tahun 1890, di masa pemerintahan kolonial Belanda.

Pada awalnya, pasar ini memang berfungsi sebagai pusat niaga hasil bumi, terutama ikan segar, ikan asin, daging, dan sayur-mayur. Pendiriannya bahkan disebut-sebut sebagai bagian dari visi pengembangan kota oleh Tjong A Fie, seorang tokoh Tionghoa terkemuka di Medan pada masanya.

3. Evolusi Menakjubkan dari Hasil Laut ke Tekstil

ilustrasi pasar textil (pexels.com/Guillaume Meurice)

Titik balik sejarah pasar ini terjadi pasca-kemerdekaan. Kekosongan ekonomi yang ditinggalkan oleh Belanda diisi oleh gelombang baru para pedagang imigran dari Singapura, India, dan Timur Tengah yang membawa serta komoditas tekstil.

Secara perlahan namun pasti, para pedagang kain mulai menggantikan lapak penjual ikan. Menurut antropolog, pergeseran ini juga didasari oleh logika ekonomi yang kuat: kain adalah barang yang tidak mudah rusak dan bisa disimpan lebih lama, menjadikannya bisnis yang lebih tangguh.

4. Pusat Grosir Tekstil yang Mendunia

ilustrasi textil (pexels.com/Digital Buggu)

Ketenaran Pajak Ikan Lama sebagai emporium tekstil telah melampaui batas kota, bahkan negara. Pasar ini menjadi destinasi utama bagi para pedagang dan pembeli dari berbagai penjuru Sumatra seperti Aceh, Padang, dan Riau.

Tidak hanya itu, pasar ini juga menjadi magnet bagi wisatawan mancanegara, khususnya dari Malaysia dan Singapura, yang datang untuk berburu oleh-oleh khas seperti telekung (mukena) dan busana muslim.

5. Lebih dari Sekadar Kain, Ada Harta Karun Tersembunyi

ilustrasi karpet (unsplash.com/Kadir Celep)

Jika kamu meluangkan waktu untuk menjelajah lebih dalam, kamu akan menemukan bahwa Pajak Ikan Lama menawarkan lebih dari sekadar tekstil.

Di beberapa sudutnya, terdapat toko-toko yang menjual perhiasan emas dan perak dengan harga yang lebih terjangkau dibandingkan mal. Selain itu, kamu juga bisa menemukan barang-barang unik lainnya seperti karpet, aneka cenderamata, hingga Air Zam-zam yang dijual di sini.

6. Jantung Perayaan Masyarakat Multikultural

Kawasan pertokoan di Jalan Perniagaan terpaksa tutup karena pemberlakuan PPKM Darurat di Kota Medan, Rabu (13/7/2021).

Pajak Ikan Lama memiliki ritme yang selaras dengan kalender perayaan budaya dan keagamaan di Medan. Pasar akan mencapai puncak keramaiannya menjelang hari-hari besar seperti Lebaran, Natal, dan Idul Adha.

Pada momen-momen inilah, pasar berubah menjadi pusat seremonial, tempat warga dari berbagai latar belakang etnis dan agama berbaur untuk mencari pakaian dan perlengkapan untuk merayakan hari istimewa mereka.

7. Berlokasi di Kawasan Pusaka yang Memesona

Kawasan pertokoan di Jalan Perniagaan terpaksa tutup karena pemberlakuan PPKM Darurat di Kota Medan, Rabu (13/7/2021).

Salah satu daya tarik utama Pajak Ikan Lama adalah lokasinya yang strategis di jantung kawasan Kota Tua Kesawan. Sambil berbelanja, pengunjung dapat menikmati pemandangan bangunan-bangunan kolonial megah dengan arsitektur campuran Melayu, Belanda, dan Tionghoa.

Tengaran ikonik seperti Tjong A Fie Mansion dan Gedung London Sumatra menjadi latar belakang yang kontras namun serasi dengan suasana pasar yang ramai dan terkadang semrawut, menciptakan sebuah pengalaman yang unik.

Dari sebuah pasar ikan sederhana hingga menjadi pusat tekstil ternama, Pajak Ikan Lama adalah bukti nyata dari kemampuan sebuah tempat untuk beradaptasi dan berevolusi tanpa kehilangan jiwanya. Ia bukan lagi sekadar tempat, melainkan sebuah cerita hidup tentang Medan itu sendiri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team