Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Masjid Raya Al-Mahsun Medan (IDN Times/Prayugo Utomo)
Masjid Raya Al-Mahsun Medan (IDN Times/Prayugo Utomo)

Menjelajahi kota Medan dengan segudang bangunan bersejarah pasti jadi aktivitas pilihan yang menarik. Ketika kamu menyusuri jalanan Medan dan bertemu sebuah masjid megah yang menarik perhatian, Kamu pasti bertanya dengan rasa penasaran, Itu bangunan apa?

Masjid Raya Al-Mashun, itulah sebutannya. Melalui kubah hitamnya yang megah dan arsitektur yang memukau, masjid ini bukan hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga berdiri sebagai ikon kebanggaan kota.

Keindahannya yang luar biasa sering kali mengundang rasa penasaran para wisatawan dari berbagai latar belakang. Banyak yang bertanya-tanya dalam hati saat melintas di depannya, "Apakah gerbangnya terbuka untuk semua orang, termasuk bagi kami yang bukan Muslim?"

Pertanyaan itu sangat wajar, dan jawabannya mungkin akan membuatmu semakin ingin berkunjung. Daripada hanya menduga-duga, Yuk kita simak bersama aturannya, beserta sejumlah fakta unik yang akan membuatmu makin kagum pada mahakarya ini.

1. Jawabannya Boleh! Namun, Ada Etika yang Perlu Diikuti

Ilustrasi ibadah (IDN Times/Prayugo Utomo)

Kabar baiknya, Masjid Raya Al-Mashun sangat terbuka untuk wisatawan dari berbagai latar belakang agama. Pihak pengelola masjid menyambut baik para pengunjung yang ingin mengagumi keindahan arsitektur dan mempelajari sejarahnya, sehingga kamu yang non-muslim tetap bisa masuk ke dalam area masjid.

Sama seperti saat mengunjungi tempat suci lainnya, ada beberapa etiket berbusana yang wajib kamu patuhi sebagai bentuk penghormatan. Pastikan pakaianmu sopan dan menutupi area bahu hingga lutut. Bagi pengunjung perempuan, diwajibkan juga menggunakan kerudung atau selendang untuk menutupi rambut.

Tidak membawa penutup kepala? Tenang saja, pihak masjid sangat baik dan telah menyediakan pakaian penutup serta kerudung yang bisa dipinjam secara gratis. Sebelum memasuki ruang utama, jangan lupa untuk melepaskan alas kakimu. Meskipun tidak ada tiket masuk resmi, terdapat kotak donasi sukarela untuk membantu biaya perawatan masjid yang sangat dianjurkan.

2. Prinsip Sultan Bahwa Masjid Harus Lebih Megah dari Istana

IDN Times/Prayugo Utomo

Masjid ini dibangun atas perintah Sultan Deli ke-9, Sultan Ma'mun Al Rasyid Perkasa Alam, antara tahun 1906 hingga 1909. Pembangunannya menelan biaya hingga satu juta gulden, angka yang sangat fantastis pada masanya.

Hal yang juga mengagumkan adalah prinsip yang dipegang teguh oleh Sultan. Beliau meyakini bahwa rumah ibadah harus berdiri lebih megah dan menjadi prioritas utama dibandingkan istananya sendiri, yaitu Istana Maimun, yang hanya berjarak sekitar 200 meter dari masjid.

Prinsip ini menjadi bukti nyata bahwa bagi Sultan, kemuliaan Tuhan dan kesejahteraan spiritual rakyatnya adalah segalanya. Sebuah visi kepemimpinan yang sangat mengagumkan, bukan?

3. Perpaduan Arsitektur dari Tiga Benua

Ilustrasi masjid. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Salah satu daya tarik utama masjid ini adalah gaya arsitekturnya yang eklektik, perpaduan harmonis dari berbagai budaya. Kalau kamu cari tahu, campuran ini ternyata bukanlah hasil kebetulan, tapi dirancang dengan sangat apik oleh arsitek Belanda, J.A. Tingdeman, yang berhasil menyatukan elemen terbaik dari tiga benua.

Jadi karena itu, pengaruh dari Spanyol terasa kuat pada lengkungan-lengkungan megah bangunannya. Kemegahan arsitektur Mughal dari India juga terlihat pada ornamen dan ukirannya, sementara sentuhan Timur Tengah terlihat pada desain kubah yang mengadopsi model Turki yang khas.

Tidak ketinggalan, sentuhan Eropa klasik juga terlihat dari bentuk jendela kaca patri penuh warna, yang ternyata itu semua adalah peninggalan langka dari periode Art Nouveau. Keunikan ini disempurnakan oleh denah bangunan berbentuk segi delapan (oktagonal), yang menciptakan ruang interior yang begitu istimewa dan berbeda dari masjid pada umumnya.

4. Dibangun dari Material Impor Terbaik Lintas Negara

Masjid Raya Al-Mashun Kota Medan (IDN Times/Prayugo Utomo)

Untuk mewujudkan masjid impiannya, Sultan tidak berkompromi soal kualitas. Sebagian besar material yang digunakan dalam  membangun masjid ini ternyata dikirim  langsung dari berbagai negara, ini menjadi bukti  makmurnya Kesultanan Deli pada saat itu.

Marmer kualitas terbaik diimpor dari Italia, Jerman, dan Tiongkok untuk melapisi lantai serta menghiasi interior, termasuk mihrabnya yang indah. Jendela-jendelanya juga dari kaca patri warna-warni  Tiongkok, sementara lampu gantung kristal yang megah didatangkan langsung dari negara Prancis.

Pemilihan material lintas negara ini bukan cuma mengejar kesan mewah. Ternyata ini juga dimaksudkan untuk melambangkan visi Sultan yang global dan keinginannya untuk mempersembahkan yang terbaik bagi rumah ibadah umatnya.

5. Ada Peran Tjong A Fie, Bukti Toleransi Sejak Zaman Dulu

Masjid Raya Al-Mashun Kota Medan (IDN Times/Prayugo Utomo)

Di balik fakta-fakta tentang masjid ini, ada sesuatu yang mengejutkan. Ternyata biaya pembangunannya yang mencapai  satu juta gulden ternyata tidak ditanggung Sultan sendirian.  Seorang tokoh Tionghoa paling berpengaruh di Medan kala itu, Tjong A Fie, juga turut menjadi salah satu donatur utamanya.

Keterlibatan seorang pemimpin non-muslim dalam mendanai pembangunan sebuah masjid agung merupakan bukti semangat kebersamaan jaman dulu. Ini menunjukkan bahwa semangat toleransi dan gotong royong telah menjadi karakter masyarakat Medan sejak sebelum kita.

Oleh karena itu, Masjid Raya Al-Mashun tidak hanya berdiri sebagai simbol kebesaran Islam. Lebih dari itu, ia adalah monumen abadi yang merekam jejak keberagaman dan persaudaraan di tanah Deli.

6. Menyimpan Al-Qur'an Tulisan Tangan Berusia Ratusan Tahun

Masjid Raya Al-Mahsun Medan (IDN Times/Prayugo Utomo)

Di tengah semua kemegahan arsitekturnya, tersimpan sebuah harta karun spiritual yang tak ternilai. Di dekat salah satu pintu masuk, kamu dapat melihat sebuah Al-Qur'an kuno tulisan tangan yang usianya diperkirakan sudah mencapai ratusan tahun.

Mushaf berharga ini ditempatkan di dalam sebuah kotak kaca untuk melindunginya. Kondisinya masih sangat terawat dengan baik, bahkan setiap baris tulisannya yang indah masih bisa dibaca dengan cukup jelas oleh para pengunjung.

Keberadaannya menjadi pengingat bahwa di balik kemegahan fisik bangunan, masjid ini adalah pusat keimanan dan ilmu pengetahuan. Ia menjadi saksi bisu yang terus hidup dan diwariskan dari generasi ke generasi.

Jadi, dari pertanyaanmu tadi tentang apakah boleh non-muslim masuk dan berkunjung ke masjid raya, terjawab sudah kan. Itulah jawaban dan beserta fakta-fakta unik seputar Masjid Raya Al-Mashun Medan.

Jika kamu berkesempatan mengunjungi Medan, atau kamu warga Medan non-muslim yang ingin berkunjung, jangan ragu lagi untuk singgah dan menyaksikannya secara langsung. Rasakan ketenangan spiritual dan kemegahan arsitektur yang ada, warisan berharga yang menjadi kebanggaan kita semua.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team