Ahmad Bustomi menentukan kemenangan PSMS lewat golnya gawang Semen Padang di Stadion Teladan, Senin (26/9/2022) (IDN Times/Doni Hermawan)
Satu yang menjadi perhatian tahun ini adalah kompetisi yang kacau balau. Betapa tidak, di saat kompetisi para negeri tetangga semakin baik dan menuju profesional, Indonesia malah berjalan mundur.
Persoalan pengelolaan kompetisi baik itu menyangkut klub, pemain, hingga wasit masih terus jadi kontroversi. Yang termiris adalah terjadinya tragedi kemanusiaan di Stadion Kanjuruhan saat laga Arema kontra Persebaya yang menewaskan 135 orang tewas dan hampir semuanya suporter Arema.
Kompetisi sempat berhenti, tapi kemudian dilanjutkan lagi hanya untuk Liga 1 hingga berjalan tanpa degradasi. Sedangkan kompetisi Liga 2 tak berlanjut. Liga 3 putaran nasional juga tak digelar. Padahal beberapa Asprov sudah menggelar hingga memunculkan juara.
Hal ini memicu protes klub, terutama Liga 2. PSMS sebagai salah satu kontestan terpaksa membubarkan tim. "Kami sangat kecewa, terutama khususnya kepada para exco PSSI yang dalam hal ini tidak berpikir secara jernih tetapi berpikirnya terlalu pendek. Bagi kami itu mencederai sportivitas dan juga membunuh harapan para bakat-bakat sepak bola di daerah serta bisa dibilang lari dari tujuan olahraga sebagai pemersatu bangsa," kata Manajer PSMS, Mulyadi Simatupang.
Meskipun PSMS masih terus memperjuangkan untuk kompetisi Liga 2 lanjut bersama klub-klub lain. Mereka menemui Menpora Zainudin Amali. Dampak positifnya, PT LIB segera memanggil klub dengan owner meeting dan ada harapan kompetisi lanjut.
"Kita tetap minta tuntutannya Liga 2 dilanjutkan. Mudah-mudahan terwujud. Komitmen dengan 10 klub lain pasti ada. Baik Persipura, Bekasi, Persewar dan lainnya yang menemui Menpora kemarin kita sudah ada grupnya. Termasuk dengan klub-klub yang diklaim menolak Liga 2 lanjut juga ada dalam grup. Intinya siapa yang mau Liga 2 lanjut lagi kita welcome dan lebih bagus," kata Direktur Teknik PSMS, Andry Mahyar Matondang, Jumat (20/1/2023).