Pemain Kwarta U-13 saat bertarung Piala Soeratin tingkat Askab Deli Serdang, Jumat (14/1/2022) (IDN Times/Doni Hermawan)
Selain itu menurutnya level pembinaan grasroot juga jangan dulu bicara soal prestasi. Tapi bagaimana anak-anak mendapatkan dasar bermain sepak bola yang baik.
" SSB dan Akademi diwajibkan kembali ke fitrahnya sebagai sekolah bagi anak-anak yangg bercita-cita menjadi pesepakbola. Bukan mencari prestasi SSB dan akademi, tetapi lebih ke personal anak-anaknya," tambahnya.
"Kemudian para pelatih-pelatih sepakbola ini dikasih pencerahan tentang yang diatas, apa itu SSB dan Akademi. Diberikan pemahaman bagaimana membina di level grassroot dan juga tim prestasi," ujarnya.
Menurut Engsin, konsep sepak bola industri harus sudah dipikirkan sejak level terbawah. Sehingga setiap SSB dan akademi bisa mendapatkan sponsor agar lebih mandiri dalam kepengelolaan.
"Ya, semua elemen mulai dari level pembinaan dan prestasi memang sudah saatnya mendapat pencerahan tentang sepakbola (industri). Jadi mereka (klub atau SSB) bisa belajar mandiri mencari sponsor atau ide-ide lain yang mendapatkan bantuan dari pihak luar misalnya. Ya misalnya bagaimana mengemas turnamen yang menarik misalnya. Karena sponsor itu mau kalau mendapatkan feedback yang positif buat mereka," ucapnya.