CEO PSMS Arifuddin Maulana Basri (dok.PSMS)
Selain itu Pesta mengatakan surat itu janggal karena hanya ditandatangani LOC, bukan manajemen PSMS. Menurutnya ini tak bisa diterima. "Anehnya, surat keputusan dikeluarkan tetapi ditandatangani oleh LOC, bukan manajemen PSMS. Seolah-olah ini upaya cuci tangan jika terjadi masalah di kemudian hari," tambahnya.
Diketahui sebelumnya Dirut PT Kinantan Medan Indonesia selaku operator PSMS sempat melakukan pertemuan dengan panpel pada Selasa (14/1/2025). Ia meminta panpel tetap melaksanakan tugasnya untuk menyiapkan pertandingan Sriwijaya FC di babak playoff degradasi pada Minggu (19/1/2025).
Ia berjanji akan melunasi honor panpel pada awal Februari 2025. Namun, hingga Maret 2025, janji tersebut belum juga terealisasi, bahkan ujungnya dipotong separuh setelah panpel menuntaskan kewajibanya.
Panpel bahkan sempat mengancam akan mogok tak menggelar laga di playoff terakhir kontra Nusantara United. Namun urung dilakukan karena bisa berdampak pada PSMS. Ayam Kinantan bisa terancam sanksi pengurangan poin dan denda jika tak menggelar laga.
"Namun sampai Februari, hingga Maret terakhir kemarin, tak ada penjelasan. Padahal kami tetap menggelar pertandingan dengan segala keterbatasan agar PSMS tidak terdegradasi ke Liga 3, meski honor beberapa pertandingan belum dibayar," ungkap Pesta.
Diketahui kondisi finansial PSMS memang memburuk jelang berakhirnya kompetisi. Arifuddin usai laga kontra PSPS sempat mengakui ada tunggakan gaji pemain, pelatih dan ofisial selama sebulan.