Eksistensi 19 Tahun SMeCK Hooligan Mengawal PSMS

Pendanaan dari patungan dan penjualan tiket

Medan, IDN Times - Bicara suporter dan sepak bola adalah bagian tak terpisahkan. Keberadaan suporter menambah semarak sebuah pertandingan sepak bola. Bagi tim mereka juga menjadi pemain ke-12 yang menambah semangat untuk meraih kemenangan.

Kultur itu juga ada di Medan. Salah satu kelompok suporter yang sudah eksis sejak lama adalah Suporter Medan Cinta Kinantan atau SMeCK Hooligan. Suporter pendukung klub PSMS Medan ini sudah hadir sejak 30 September 2003, tepatnya 19 tahun lalu. 

"SMeCk awalnya dirikan 8 orang. Tondi Syahputra Lubis, Adam Herawan, Didi Suryabakti, Muslim Muttaqin Hasibuan, Fahrozi, Marudin Simbolon dan Lawren Simorangkir. Berawal dari kumpul-kumpul di Stadion Teladan, kami merasa PSMS butuh dukungan dan sebagai rasa cinta kami untuk mengawal PSMS kami, berdirilah SMeCK," kata Ketua Umum SMeCK Hooligan, Lawren Simorangkir kepada IDN Times, Kamis (6/10/2022).

1. Tidak ada iuran, hanya ada uang pendaftaran

Eksistensi 19 Tahun SMeCK Hooligan Mengawal PSMSKetua SMeCK Hooligan, Lawren Simorangkir (Dok. Istimewa)

SMeCK bersifat independen. Tidak berada di bawah naungan PSMS Medan. "Kita bangun sendiri, tidak dibangun klub.  Sudah disepakati baru kita ajukan surat ke manajemen, bahwa SMeCK adalah barisan suporter yang akan mendukung PSMS. Mereka menerima kita. Almarhum Habibul Chair saat itu sebagai pengurus PSMS yang membidangi bidang humas. Dia kami anggap Ayah kami. Dia memberi banyak masukan ke kita," beber Lawren.

SMeCK lalu berkembang pesat. Hingga kini sudah punya 13 ribuan anggota yang tersebar di seluruh penjuru Sumatra Utara. Bahkan gak hanya di Sumut. Mereka punya cabang hingga ke Jabodetabek dengan nama SMeCK Jabodetabek. 

2. Sumber pendanaan untuk menghidupi suporter

Eksistensi 19 Tahun SMeCK Hooligan Mengawal PSMSSMeCK Hooligan (Dok. Istimewa)

Untuk pendanaan dia mengatakan organisasi hanya mengutip Rp20 ribu untuk setiap anggota yang akan masuk. Tanpa iuran bulanan.

"Mulai pendaftaran Rp20 ribu per orang. Biodata cantumkan foto. SMeCK Hooligan juga punya basis (barisan inti suporter). Ada puluhan basis di setiap wilayah Sumatra Utara. Setiap basis wajib punya 25 orang. Soal iuran kita gak ada kutip setiap bulan, tapi kalau di basis mungkin itu kebijakan masing-masing," kata pria berusia 39 tahun ini. 

Lantas bagaimana SMeCK menghidupi dirinya dengan kegiatan-kegiatan yang dibuat? Lawren mengatakan konsep mereka adalah patungan. Selain itu ada juga bantuan dari donatur. “Setiap buat kegiatan kita patungan (sum sum). Selain itu misalnya kegiatan kita bagus, ada yang support. Tapi gak semua dari donatur," kata Lawren.

Lawren mengakui pihaknya juga bergantung dari penjualan tiket pertandingan PSMS Medan. "Kas kita dari tiket untuk finansialnya. Misalnya dari manajemen PSMS memberi kita harga Rp20 ribu. Tiket itu yang kita oper ke basis dan naikkan harganya. Paling dapat Rp1.000 hingga Rp.2.000 per tiket dari basis,” ujarnya.

3. Tak hanya bicara sepak bola, tapi juga sosial

Eksistensi 19 Tahun SMeCK Hooligan Mengawal PSMSAksi SMeCK Hooligan saat mendukung PSMS berlaga di Liga 2 (IDN Times/Doni Hermawan)

Bicara SMeCK menurut Lawren tidak hanya soal sepak bola. Tapi juga kegiatan sosial. "Sejak dulu kita sering melakukan bakti sosial. Saat kejadian Tsunami di Banda Aceh tahun 2004 kita sudah beri bantuan, termasuk gempa Padang, bencana di Sidimpuan dan lainnya kita kumpulkan donasi dan beri bantuan," kata Lawren.

SMeCk juga rajin melakukan kegiatan keagamaan. "Mulai dari perayaan Maulid, Isra mijrak, sahur bersama, Idul Fitri, Natal dan lainnya. Jadi gak hanya soal bola. Selain itu juga ada agenda tahunan kita melakukan Malam Keakraban (Makrab) seluruh Basis dari seluruh anggota. Tapi yang bisa dan kita tekankan biasa malam keakraban itu paling tidak 5 orang setiap Basis ada. Tujuannya, kita memberi pandangan bahwa inilah kita secara kekeluargaan,” jelas Lawren.

SMeCK juga memiliki struktur yang jelas mulai dari pembina, penasihat, ketua umum, wakil ketua umum, sekretaris, bidang-bidang, tim kreatif, bidang. 

Lawren menambahkan bahwa, sebagian anggotanya ada ikut masuk karena ikut-kutan. Tapi ada juga yang karena panggilan jiwa. Bahkan sampai membuat tato SMeCK atau PSMS.

“Terkadang dia nonton atau tidak, yang nampak itu memang sampai kita lihat dia setiap pertandingan itu hadir. Ada juga sekitar 18 orang buat tato logo PSMS dan logo SMeCK tanpa sepengetahuan saya buatnya,” jelas Lawren.

Bagi Lawren dan para suporter, PSMS adalah cinta mereka sejak lama. Tak jarang anak kecil hingga perempuan masuk keanggotaan SMeCk. Lawren sendiri sudah cinta PSMS sejak usia 9 tahun.

“Tahun 92, sekitar 30 tahun yang lalu sudah dibawa bapakku aku menyaksikan Marah Halim Cup, makanya kita gak mau PSMS ini terpuruk. Harus tetap kita kawal dan dukung. Jadi kita sampaikan juga ke anak-anak itu semua, kalau kau cinta PSMS kita perlu buktinya,” pungkasnya.

Baca Juga: Tragedi Kanjuruhan, Suporter PSMS Minta PSSI Bertanggung Jawab

4. Sejak sebelum pertandingan selalu ditekankan kepada anggota untuk tidak ricuh di jalan hingga di stadion, termasuk saat PSMS kalah

Eksistensi 19 Tahun SMeCK Hooligan Mengawal PSMSAksi korea SMeCK Hooligan (IDN Times/Doni Hermawan)

Lawren menjelaskan selalu mengingatkan anggota SMeCK Hooligan selalu tetap menjaga sikap untuk kondusif. Baik di jalan hingga stadion.

“Sebelum pertandingan biasanya kita selalu menggelar rapat dengan basis-basis yang ada. Di situ kita manajemen untuk koreo di tribun. Dari situ kita juga mengingatkan untuk jangan sampai ribut di jalan pergi maupun pulang dari stadion. Begitu juga di stadionnya. Dan itu bisa diterapkan kepada seluruh anggota. Karena yang dibutuhkan itu suara, jadi saya bilang kalau memang kalian cinta PSMS kasihkan luangkan semua suaramu yang ada di hatimu,” ungkapnya.

Termasuk juga menjaga kondusifitas dengan kelompok suporter PSMS lainnya. Diakui Lawren bukan hal yang mudah menjaga emosi saat tim kalah. Saat ini SMeCK Hooligan berusaha lebih dewasa untuk menyikapi kekalahan. Kritik-kritik biasa mereka sampaikan lewat spanduk ataupun bicara langsung ke manajemen.

"Namun, kalau kalah juga sempat ribut karena tidak terima dengan hasil kekalahan tapi lama-lama berpikir gak ada gunanya. Sehingga, harus disampaikan kepada anggota agar bisa diterima untuk tidak meluapkan emosional saat pertandingan tersebut PSMS Medan kalah. Meskipun sebenarnya banyak yang masih temperamen. Tetap kita sampaikan dan kasih pandangan kalau kalah,” tuturnya.

Menurut Lawren, pernah juga kejadian saat kekalahan tersebut salah seorang suporter jatuh dari atas. Sebagian badannya patah hingga mencederai diri sendiri. Atas peristiwa ini dapat menjadi contoh buruk karena tak dapat mengontrol emosional.

Pemicu kemarahan atau emosional para suporter menurut Lawren banyak faktor. "Misalnya ada permasalahan yang terjadi di manajemen. Atau kontrak pemain gak jelas, gaji pemain telat. Ini sering terjadi dulu. Kita surati ke manajemen, kalau tidak ditanggapi turun ke jalan," beber Lawren.

SMeCK Hooligan memang beberapa kali melakukan aksi turun ke jalan yang dituju untuk pengurus atau pihak manejemen. Terakhir 2018, menggelar demonstrasi ke Wali Kota Medan untuk menyampaikan suara mereka.

Namun, dirinya memastikan bahwa, SMeCK Hooligan masih menjaga solidaritas dan kondusif di stadion. “Mudah-mudahan sampai detik ini SMeCK Hooligan tetap kondusif kok,” bebernya.

Lawren mengatakan kalau suporter rusuh, biasa kembali kepada pimpinan aksinya. “Kayak (seperti) wasit gak benar, kita maki. Kalau di atas gak komando gak mungkin di bawah ikut. Kita juga memiliki panglima aksi juga,” jelasnya.

Sementara itu, Lawren juga mengatakan bahwa suporter klub sepakbola luar negeri bisa menjadi acuan karena berjiwa besar saat pertandingan menang kalahnya tetap mengontrol emosi. "Kalau dari luar negeri banyak yang perlu dicontoh. Jarak tribun dan lapangan dekat sekali. Seperti di Inggris. Mereka kalah santai saja. Berjiwa besar. Kita selalu tekankan ke anak-anak SMeCKer jiwa besar. Kalaupun kalah, kita diam bukan kita pikirkan. Tetap evaluasi. Besok kita ajak kumpul ke kantor setelah kalah. Bicara situasi, kita godok. Anak-anak pasti kecewa. Kita rapat dan kita tentukan langkah serta minta masukan dari anggota yang positif dan masuk logika," tambahnya.

5. Pengamanan stadion harus lebih baik, suporter harus punya jiwa besar

Eksistensi 19 Tahun SMeCK Hooligan Mengawal PSMSAksi supoter SMeCk Hooligan di Stadion Teladan (IDN Times/Doni Hermawan)

Di sisi lain, Lawren bersuara soal pengamanan stadion di Indonesia masih belum kondusif. Menurutnya kerap terjadi chaos karena pihak keamanan juga terlalu reaktif. 

"Pengamanan di stadion Indonesia ini kita gak ngerti. Kita punya pengamanan sendiri. Stewart kami ada 18 orang. Kalau salah anggota kami, kita minta tim pengamanan untuk tunjuk saja. Biar kami yang tindak. Jangan dihantam, itu kan ramai. Dihantamnya satu itu bisa memicu keributan. Jangan pakai rotan dan senjata dikira kita binatang. Dulu sudah saya sampaikan ke pihak keamanan. Kami suporter dengan senjata. Chaos pernah, tapi kita gak mau lagi seperti itu. Contohnya di Kanjuruhan, kasihan mereka kehilangan nyawa. Pamit pergi nonton bola, pulang dari mayat. Kita gak mau lagi ada seperti," kata Lawren.

Ke depannya dia meminta aparat untuk tidak membawa senjata ke stadion. Baik gas air mata maupun senjata api. 

"Ke depan kami juga akan bicara ke panpel PSMS dan minta jangan sampai ada lagi aparat yang bawa gas air mata ke dalam karena jelas melanggar aturan FIFA. Kami juga suporter akan berusaha untuk berjiwa besar menyikapi tim kami jika kalah. Yang terpenting jangan sampai ada lagi nyawa melayang karena sepak bola," pungkasnya.

Baca Juga: PSMS: Tragedi Kanjuruhan Jadi Pelajaran untuk PSSI dan Klub

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya