instagram.com/egymaulanavikri
Setelah belajar bermain sepak bola di SSB Tasbi dari 2005 hingga 2012, Egy Maulana Vikri kemudian masuk Sekolah Khusus Olahraga (SKO) Ragunan pada 2013.
Kala itu, keluarga Egy sempat kesulitan untuk membiayai Egy berangkat mengikuti Diklat di Ragunan. Namun akhirnya Pak Bagja atau Subagja Suihan yang merupakan kerabat keluarga Egy bersedia membantu keberangkatan dan menemani Egy ke Jakarta.
Di Ragunan, Egy akhirnya bertemu lagi dengan Indra Sjafri. Selama di Ragunan lah Egy mendapat pelatihan sepakbola yang lebih baik lagi.
Meskipun di awal-awal masuk Ragunan, Egy sempat gak kerasan dan meminta pulang. Namun berkat dukungan keluarganya, Egy akhirnya bertahan hingga tamat SMA di Ragunan.
Namun perjuangan Egy jelas tak sia-sia. Ia masuk skuat Timnas U-16. Pada tahun 2016, Egy mampu membawa Indonesia yang diwakili oleh ASIOP Apacinti juara Gothia Cup, di Swedia. Bahkan, ia sukses menyabet gelar Pemain Terbaik.
Kemudian pada 2016, Egy sukses membawa Persab Brebes menjadi juara Piala Soeratin. Pada kompetisi usia muda tersebut, Egy dinobatkan sebagai Pemain Terbaik dan meraih gelar pencetak gol terbanyak.
Pada 2017, Egy Maulana Vikri memperkuat timnas U-19 Indonesia berlaga di Turnamen Toulon. Pada turnamen itu, Egy menerima penghargaan bergengsi Jouer Revelation Trophee yang juga pernah diraih oleh Cristiano Ronaldo dan Zinedine Zidane.
Pada tahun yang sama, Egy menjadi top scorer Piala AFF U-19 dengan koleksi delapan gol bagi timnas U-19 Indonesia. Sejak saat itu, Egy bertekad untuk bermain di Eropa. Menurutnya sepakbola di Eropa lebih menjanjikan dibanding Indonesia dan negara ASEAN.