Aksi korep SMeCK Hooligan (IDN Times/Doni Hermawan)
Lawren menjelaskan selalu mengingatkan anggota SMeCK Hooligan selalu tetap menjaga sikap untuk kondusif. Baik di jalan hingga stadion.
“Sebelum pertandingan biasanya kita selalu menggelar rapat dengan basis-basis yang ada. Di situ kita manajemen untuk koreo di tribun. Dari situ kita juga mengingatkan untuk jangan sampai ribut di jalan pergi maupun pulang dari stadion. Begitu juga di stadionnya. Dan itu bisa diterapkan kepada seluruh anggota. Karena yang dibutuhkan itu suara, jadi saya bilang kalau memang kalian cinta PSMS kasihkan luangkan semua suaramu yang ada di hatimu,” ungkapnya.
Termasuk juga menjaga kondusifitas dengan kelompok suporter PSMS lainnya. Diakui Lawren bukan hal yang mudah menjaga emosi saat tim kalah. Saat ini SMeCK Hooligan berusaha lebih dewasa untuk menyikapi kekalahan. Kritik-kritik biasa mereka sampaikan lewat spanduk ataupun bicara langsung ke manajemen.
"Namun, kalau kalah juga sempat ribut karena tidak terima dengan hasil kekalahan tapi lama-lama berpikir gak ada gunanya. Sehingga, harus disampaikan kepada anggota agar bisa diterima untuk tidak meluapkan emosional saat pertandingan tersebut PSMS Medan kalah. Meskipun sebenarnya banyak yang masih temperamen. Tetap kita sampaikan dan kasih pandangan kalau kalah,” tuturnya.
Menurut Lawren, pernah juga kejadian saat kekalahan tersebut salah seorang suporter jatuh dari atas. Sebagian badannya patah hingga mencederai diri sendiri. Atas peristiwa ini dapat menjadi contoh buruk karena tak dapat mengontrol emosional.
Pemicu kemarahan atau emosional para suporter menurut Lawren banyak faktor. "Misalnya ada permasalahan yang terjadi di manajemen. Atau kontrak pemain gak jelas, gaji pemain telat. Ini sering terjadi dulu. Kita surati ke manajemen, kalau tidak ditanggapi turun ke jalan," beber Lawren.
SMeCK Hooligan memang beberapa kali melakukan aksi turun ke jalan yang dituju untuk pengurus atau pihak manejemen. Terakhir 2018, menggelar demonstrasi ke Wali Kota Medan untuk menyampaikan suara mereka.
Namun, dirinya memastikan bahwa, SMeCK Hooligan masih menjaga solidaritas dan kondusif di stadion. “Mudah-mudahan sampai detik ini SMeCK Hooligan tetap kondusif kok,” bebernya.
Lawren mengatakan kalau suporter rusuh, biasa kembali kepada pimpinan aksinya. “Kayak (seperti) wasit gak benar, kita maki. Kalau di atas gak komando gak mungkin di bawah ikut. Kita juga memiliki panglima aksi juga,” jelasnya.
Sementara itu, Lawren juga mengatakan bahwa suporter klub sepakbola luar negeri bisa menjadi acuan karena berjiwa besar saat pertandingan menang kalahnya tetap mengontrol emosi. "Kalau dari luar negeri banyak yang perlu dicontoh. Jarak tribun dan lapangan dekat sekali. Seperti di Inggris. Mereka kalah santai saja. Berjiwa besar. Kita selalu tekankan ke anak-anak SMeCKer jiwa besar. Kalaupun kalah, kita diam bukan kita pikirkan. Tetap evaluasi. Besok kita ajak kumpul ke kantor setelah kalah. Bicara situasi, kita godok. Anak-anak pasti kecewa. Kita rapat dan kita tentukan langkah serta minta masukan dari anggota yang positif dan masuk logika," tambahnya.