Sepak Bola Sumut Harus Mulai Beranjak ke Level Industri

Jangan lagi pola pikirnya masih amatir

Medan, IDN Times- Sepak bola Sumatra Utara sudah seharusnya masuk ke level industri. Pengelolaan secara amatir harus sudah mulai ditinggalkan agar tak tertinggal dari daerah-daerah lain.

Hal itu dikatakan Mantan Presiden Kwarta, Adrian Achmad Gho saat ditanya komentarnya soal perkembangan sepak bola Sumut.

"Ini sebenarnya hanya soal profesionalitas. Banyak yang mengurus sepakbola tapi mengikuti role mode amatir. Padahal sekarang sepak bola sudah seperti industri, bukan lagi hiburan rakyat semata dan kita menjadi barometer sepakbola nasional," kata pria yang akrab disapa Engsin ini.

1. Jalankan manajemen ke arah industri sepak bola

Sepak Bola Sumut Harus Mulai Beranjak ke Level IndustriSkuat PS Kwarta U-15 (IDN Times/Doni Hermawan)

Tak dipungkiri Engsin, Sumut masih jauh tertinggal infrastrukturnya dari daerah lain. Terutama stadion sepak bola. "Tapi mungkin pengaruh besar dari infrastruktur kita yang tertinggal serta pemahaman manajerial sepakbola menjadi faktor," bebernya.

Engsin pernah memimpin PS Kwarta yang lolos Divisi Utama (kini Liga 2) 2014 dengan kepengelolaan klub-klub modern. Kwarta mengandalkan sponsorship, termasuk soal konsep tiket terusan. Sayangnya Kwarta memang tidak punya fan base kuat seperti PSMS dan hanya bertahan semusim di Divisi Utama.

Namun Kwarta tetap tak berhenti di level pembinaan. Saat ini punya akademi yang kerap meloloskan pemain ke timnas. Teranyar ada Ihsan Kusuma Siregar di timnas U-16 dan Arkhan Fikri di timnas U-19.

"Cukup memahami profesionalitas dan jalankan manajemen layaknya industri untuk klub-klub sepakbola dan jangan lupa harus juga menyentuh grassroot (SSB dan Akademi)," kata pengusaha di bidang kopi ini.

Baca Juga: Kwarta U-13 Lolos ke Final Piala Soeratin Deli Serdang

2. Konsep sepak bola industri juga harus mulai dipikirkan dari level terbawah, jangan fokus kejar prestasi dulu

Sepak Bola Sumut Harus Mulai Beranjak ke Level IndustriPemain Kwarta U-13 saat bertarung Piala Soeratin tingkat Askab Deli Serdang, Jumat (14/1/2022) (IDN Times/Doni Hermawan)

Selain itu menurutnya level pembinaan grasroot juga jangan dulu bicara soal prestasi. Tapi bagaimana anak-anak mendapatkan dasar bermain sepak bola yang baik.

" SSB dan Akademi diwajibkan kembali ke fitrahnya sebagai sekolah bagi anak-anak yangg bercita-cita menjadi pesepakbola. Bukan mencari prestasi SSB dan akademi, tetapi lebih ke personal anak-anaknya," tambahnya.

"Kemudian para pelatih-pelatih sepakbola ini dikasih pencerahan tentang yang diatas, apa itu SSB dan Akademi. Diberikan pemahaman bagaimana membina di level grassroot dan juga tim prestasi," ujarnya.

Menurut Engsin, konsep sepak bola industri harus sudah dipikirkan sejak level terbawah. Sehingga setiap SSB dan akademi bisa mendapatkan sponsor agar lebih mandiri dalam kepengelolaan.

"Ya, semua elemen mulai dari level pembinaan dan prestasi memang sudah saatnya mendapat pencerahan tentang sepakbola (industri). Jadi mereka (klub atau SSB) bisa belajar mandiri mencari sponsor atau ide-ide lain yang mendapatkan bantuan dari pihak luar misalnya. Ya misalnya bagaimana mengemas turnamen yang menarik misalnya. Karena sponsor itu mau kalau mendapatkan feedback yang positif buat mereka," ucapnya.

3. Pengelolaan kompetisi juga harus profesional sehingga klub tidak terbebani

Sepak Bola Sumut Harus Mulai Beranjak ke Level IndustriKwarta saat menghadapi Payabakung United pada laga perdana Liga 3 di Stadion Mini Pancing, Kamis (11/11/2021) (IDN Times/Doni Hermawan)

Selain itu soal kompetisi tentunya juga harus dikelola secara profesional. Seperti musim lalu banyak keluhan klub soal biaya yang besar mengikuti Liga 3. Padahal kompetisi di Jawa saja sudah mendapat asupan dari sponsor.

"Tentu ini menjadi hal yang sangat penting. Karena di sinilah arena dari masing-masing klub atau SSB tersebut. Jangan ada lagi event resmi yang hanya bermain 3-4 kali saja sudah selesai. Padahal menunggunya berbulan-bulan."

"Kita bisa lihat beberapa turnamen atau liga di Pulau Jawa yang berhasil mendapatkan sponsor. Ya itu kerja dari manajerial operator Liga atau manajemen mereka. Dan kita Sumut harus sudah mulai mendapat pencerahan soal itu dan mencobanya," pungkasnya.

Baca Juga: Balon Ketum Asprov PSSI Sumut, Sinyal Duet Benny Tomasoa dan Mulyadi

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya