Menyelami Bisnis Apparel Lokal, Berebut Gandeng Klub hingga Timnas

Apparel lokal hadir dari berbagai daerah di Indonesia

Intinya Sih...

  • Jersey timnas Indonesia menjadi perhatian publik setelah kontroversi penggantian apparel baru Erspo untuk timnas yang dianggap kurang istimewa dan mahal.
  • Apparel lokal semakin tumbuh dan berkembang dengan klub-klub di daerah baik Liga 1, Liga 2 hingga Liga 3 menggandeng apparel lokal untuk outfit pemainnya bertanding.
  • Klub-klub juga mulai membuat jerseynya sendiri tanpa menggandeng apparel. Beberapa klub memutuskan menggunakan apparel lokal karena kualitas dan desain yang unik serta harga yang lebih terjangkau.

Jersey bagi klub dan tim nasional sepak bola bukan sekadar seragam untuk bertanding. Tapi juga identitas dan citra. Ibarat berperang, dia adalah zirah-nya. Tak heran setiap tahunnya fans selalu menanti seperti apa wajah jersey yang dikenakan klub idola atau timnas negaranya.

Mereka akan dengan senang hati membeli jersey klub atau timnas favorit. Apalagi jika memang desainnya unik dan menarik. Meskipun untuk yang versi original, harganya mencapai jutaan rupiah.

Jersey mengalami perkembangan setiap zamannya. Sematan teknologi canggih membuat jersey tak hanya harus terlihat keren tapi juga nyaman bagi pemain. Fans-fans juga semakin kritis menanggapi perubahan jersey tim-tim favoritnya.

Maka, sebuah hal yang wajar ketika pembahasan jersey tim nasional Indonesia memancing perhatian khalayak ramai. Apalagi di era media sosial sekarang ini. Kontroversi hadir setelah penunjukan apparel baru untuk timnas bernama Erspo menggantikan Mills yang sudah bekerja sama selama 4 tahun terakhir.

Tak sedikit komentar miring yang muncul dari masyarakat pecinta sepak bola Indonesia, terutama di media sosial sejak jersey baru pasukan Garuda ini dimunculkan ke publik. Ditambah lagi pengamat sepak bola Justinus Laksana atau yang akrab disapa coach Justin seakan mewakili pendapat mereka. Justin menyebut jersey ini biasa aja dan tak layak dihargai sebegitu mahal hingga Rp1,3 juta.

Di saat publik masih sulit menerima desain yang dianggap tak istimewa itu, desainer mereka, Ernanda Putra 'mengajak ribut' pandit sepak bola yang suka menjuluki netizen fans kardus itu. Hal itu berdampak ke Erspo hingga akhirnya memunculkan gerakan boikot jersey Erspo. Kemudian publik mencari-cari pemilihan Erspo yang sempat dikira akronim dari Erigosport. Ternyata ini adalah dua entitas berbeda.

Erspo dimiliki oleh Sadad yang lebih dulu mendirikan Erigo, sponsor yang pada Oktober 2023 diumumkan timnas sebagai official partner. Bedanya, di Erspo, ia menggandeng Ranggaz Laksmana, pria yang dijuluki Pangeran Jaksel. Dia dianggap orang dekat Erick Thohir dan berbisnis dengan anaknya, Mahendra Agakhan Thohir.

Kontroversi yang memancing perhatian publik tadi mereda seiring dengan respon Erspo duduk bareng coach Justin. Terlahir sebuah kesepakatan jersey timnas akan didesain ulang.

Bicara soal jersey dan apparel, belakangan bisnis ini semakin tumbuh dan berkembang. Klub-klub di daerah baik Liga 1, Liga 2 hingga Liga 3 kini dengan bangga menggandeng apparel lokal untuk memersiapkan outfit pemainnya bertanding. IDN Times mengajak menyelami bagaimana perkembangan bisnis apparel lokal di sejumlah daerah seluruh Indonesia.

Apparel lokal pionirnya dari Pulau Jawa

Menyelami Bisnis Apparel Lokal, Berebut Gandeng Klub hingga TimnasBek Persib Bandung, Kakang Rudianto. (Instagram/@kakangrudianto33).

Bicara jersey lokal tentu Pulau Jawa menjadi pusatnya. Ada banyak apparel-apparel lokal yang muncul. Jika dulu Liga Indonesia banyak memakai apparel luar seperti Mikasa, Reebok, Mitre, hingga Nike, dan Adidas, maka kemunculan apparel lokal tanah air pertama kali diinisiasi Specs.

Specs hadir sejak 1980 di Jakarta. Awalnya mereka fokus pada sepatu sepak bola hingga futsal. Baru kemudian menyediakan jersey. Persikota Tangerang pada 2004 menjadi kali pertama Specs menjadi sponsor apparel klub Indonesia.

Baru kemudian muncul apparel-apparel lokal yang berhasil menembus klub liga Indonesia sebelum Mills mencuat pada 2018.

Salah satunya Riors. Brand asal Tangerang ini adalah apparel PSIS Semarang sejak 5 tahun terakhir. Bahkan Riors juga tak hanya menggandeng klub Liga 1,namun juga klub peserta Liga Champions Asia, yakni Kaya FC Iloilo asal Filipina.

Berawal dari sablon name set, RIORS kemudian menjelma menjadi produk apparel lokal yang disegani. Owner Riors, Yudhi Setiawi

"Saya lihat orang di Indonesia itu kerja di pabrik jadi buruh ribuan (orang), tapi kita malah hanya jadi tempat produksi dari merek mereka (internasional). Tapi tidak punya brand. Sampai detik ini kami berusaha dan segmen pasarnya pun masih seperti itu," kata Yudhi.

"Sebelum saya pegang klub, saya pegang (pembuatan) font timnas Indonesia di eranya (pelatih kepala) Alfred Ridle tahun 2016, kita salah satu brand lokal pertama kali membuka pintu untuk brand lokal lain masuk. Visi Riors tuh kaya gitu, yang lain belum bisa masuk, kami merangsek duluan.Sekarang yang saya lihat adalah brand-brand lokal lain melihat jejak digitalnya RIORS. Banyak brand apparel lokal mengikuti gayanya kita," kata Yudhi.

Selain itu muncul pula DJ Sport. Ini merupakan apparel lokal asal Surakarta dan hadir sejak 2015. DJ Sport merupakan akronim dari nama ownernya Dimas Justisia.

DJ Sport membangunnya mulai dari karyawan hanya 4 orang hingga puluhan orang. Persela Lamongan menjadi klub pertama yang digandeng DJ Sport pada 2016. Kemudian berlanjut PSMS pada 2017, Persis Solo 2019, klub futsal Blacksteel AFF 2019 hingga timnas futsal Indonesia 2019.

Ada lagi Sportama, apparel lokal asal Bandung yang dalam beberapa tahun terakhir bisa menembus kerja sama dengan Persib Bandung.

Kerjasama dengan merek lokal, lanjutnya, dapat menciptakan hubungan yang erat antara Persib sebagai klub dan perusahaan lokal, yang dapat saling menguntungkan dalam hal promosi, pemasaran, dan peningkatan citra mereka.

"Dengan menggunakan merek lokal, Persib sebagai klub dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan industri lokal, termasuk UMKM dalam industri tekstil dan pakaian olahraga," kata Teddy kepada IDN Times, Kamis (4/4/2024).

Selain brand-brand di atas kemudian ikut meramaikan Reds! asal Bantul, Yogyakarta yang mensponsori Persiba Bantul, Persig Gunung Kidul, hingga Persekam Metro FC serta Noto Sportwear yang mencuri perhatian saat merilis jersey Persedikab Kediri 2023/2024 yang memiliki desain unik dan ekstentrik.

 

Apparel lokal dari luar Jawa mulai unjuk gigi

Menyelami Bisnis Apparel Lokal, Berebut Gandeng Klub hingga TimnasPemain PSDS Imus Wiranda dihukum sanksi 6 bulan (IDN Times/Doni Hermawan)

Namun market apparel lokal kini mulai mendapat saingan dari luar Jawa. Dalam beberapa tahun terakhir, apparel luar Jawa pun mulai menunjukkan taringnya.

Di Medan, mencuat nama Zeals Sport dan Northon. Zeals adalah sponsor PSDS sejak 6 tahun terakhir. Sementara Northon mencuri perhatian dengan mensponsori PSMS Medan di Liga 2 2023/2024 lalu. 

Zeals hadir sejak Desember 2016 di Medan. Dari awalnya hanya puluhan potong dan dari produk untuk jersey kampus sendiri dari sang owner Fandy Achmad Lumbantoruan hingga akhirnya menjadi sponsorship klub legendaris dari Sumut PSDS Deli Serdang. Sejak 2018, Zeal Sport sudah bekerja sama dengan PSDS.

"Kami sudah produksi 5 kali produksi PSDS. Liga 3 dua kali, Liga 2 dua kali," kata Fandy kepada IDN Times.

Zeals yang awalnya melemparkan pesanan ke konveksi pihak luar mulai berpikir membangun sendiri. Hingga pada 2017, Zeals resmi punya konveksi sendiri dan terus berkembang dan dikenal di Medan.

Dari Lampung, ada Elten Apparel, sebuah vendor jersey asal Kota Metro, Provinsi Lampung sukses mengepakkan sayap mensponsori salah satu klub berlaga di Liga Futsal Profesional Indonesia.Pada musim 2023/24, Elten Apparel merupakan sponsor resmi tim asal Medan, Kinantan FC, setelah di musim sebelumnya sukses menjadi bagian sponsor dari klub turut berlaga di Liga Futsal Profesional Indonesia berasal dari Kota Metro, Giga FC.

"Musim kemarin kita kerja sama dengan Giga FC. Pada musim ini, kita bekerjasama dengan tim pro dari Kota Medan, Kinantan Futsal Club," ujar I Putu Ardiyansyah, Owner Elten Apparel kepada IDN Times, Jumat (5/4/2024).

Berawal dari toko olahraga, Elten Apparel akhirnya resmi didirikan pada 2017 dikarenakan kebutuhan terhadap jersey custom, yang waktu itu terbilang sulit dijumpai di kota setempat.Alhasil pada 2016, dirinya memutuskan untuk bertolak ke Kota Bandung mempelajari sekaligus menjumpai rekan sejawat yang kebetulan sudah berkecimpung terlebih dahulu di bidang jersey custom."Memang awal kebentuknya Elten Apparel ini sebagai jawaban dari kebutuhan teman-teman pencinta sepak bola dan futsal di Lampung, yang dulunya mereka harus bikin jersey di luar daerah," ucapnya.

Keputusan mensponsori Kinantan FC pada musim ini disebut sebagai langkah ekspansi Elten Apparel ke kancah nasional. "Target kita ingin ada juga di Liga 2 sepak bola, karena kita tahu di Medan juga ada PSMS yang saat ini bermain di Liga 2," tambahnya.

Bahkan tak hanya Jawa dan Sumatra, produk apparel lokal juga hadir dari Nusa Tenggara Barat. Emje Apparel Lombok, produsen jersey lokal di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), sukses meraih pasar domestik dan internasional.

Didirikan pada tahun 2020, Emje Apparel Lombok telah menerima pesanan berbagai jenis jersey olahraga, termasuk untuk sepakbola, futsal, basket, dan bulu tangkis. Bedanya mereka tak berstatus sponsorship penuh. Namun memberi potongan harga untuk klub yang mengajak kerja sama.

"Pada SEA Games 2021, Timnas Sepakbola Timor Leste memesan jersey dari Emje Apparel. Kami membuat desain sesuai permintaan mereka, dan logo Emje dipasang di jersey Timnas Timor Leste," ungkap Adi, seorang karyawan Emje Apparel Lombok.

Ada pila Trivela, yang didirikan pada tahun 2018 di Kalbar oleh Ikhsan Ginanjar, seorang pengusaha keturunan Sunda, kini memiliki basis produksi di Bandung, Jawa Barat .Ikhsan menyatakan bahwa tidak ada strategi khusus yang digunakan dalam menjalin kerja sama dengan klub-klub ternama.

Baginya, yang penting adalah menghasilkan jersey berkualitas tinggi dengan desain dan motif menarik.“Setiap tahun, saya terus menjalin kerja sama dengan berbagai liga. Kami menyediakan perlengkapan pertandingan, termasuk jersey latihan pemain dan tim official, serta jersey pertandingan,” ungkap Ikhsan.

3. Ada juga yang memilih apparel yang sudah teruji dan populer

Menyelami Bisnis Apparel Lokal, Berebut Gandeng Klub hingga TimnasPemain Nusantara United FC mengenakan jersey buatan Mills di kompetisi Liga 2. (dok. Nusantara United FC)

Namun ada juga klub yang memilih apparel lokal yang sudah lebih dulu populer dan namanya me-nasional dibanding apparel baru. Seperti Specs dan Mills. Bali United contohnya. Mereka musim ini menggandeng Specs. Padahal sejak 2015 mereka memproduksi jerseynya sendiri. Namun sejak 2 tahun terakhir, Bali United justru memilih kerja sama dengan apparel. Memilih Specs yang kualitasnya sudah teruji dan populer menjadi pilihan.

"Saat menjalin kerja sama dengan apparel, tentu ada diskusi panjang. Nego harga segala macam, jadi itu tambahan pemasukan sponsorship ke klub," ujar Vice President of Sales & Marketing Bali United FC, Deasy Nathalia, Jumat (5/4/2024).

Pilihan kemudian jatuh pada Specs, dengan segala pertimbangannya. Jersey resmi Bali United pun bisa dipasarkan langsung di Bali United store yang berlokasi di Stadion Kapten I Wayan Dipta.

Sedangkan Klub Liga 2 Nusantara United menggandeng PT. Mitra Kreasi Garmen yang punya merek Mills. Perusahaan yang mencuat sejak 2020 karena mensponsori timnas Indonesia. Manajemen hingga saat ini masih fokus membangun brand awareness Nusantara United FC itu sendiri.

Senior Marketing Nusantara United, Arbimo Solehudin mengatakan, Nusantara United merupakan klub sepak bola yang baru berdiri dan mengikuti kompetisi Liga 2 Indonesia selama dua tahun terakhir.

"Tentunya kami perlu branding yang kuat untuk dapat dikenal oleh seluruh pecinta sepak bola Indonesia. Sehingga, dengan alasan itu kami menggandeng Mills sebagai merek yang sudah punya nilai jual," kata Arbimo.

Lain lagi klub Sumut, Sada Sumut. Berbeda dengan dua rivalnya PSDS dan PSMS yang memakai jasa apparel lokal. Klub yang didirikan Arya Sinulingga ini menggandeng Bocorocco. Ini adalah perusahaan sepatu berlisensi Italia yang sudah berdiri di sejumlah negara Belanda, Jerman, Dubai, hingga Timur Tengah.

Pada 2012, Bocorocco masuk ke Indonesia diinisiasi pengusaha sepatu Ridwan Saidbun hingga mendapatkan lisensi se-Asia Pasifik. Hingga kini diteruskan ke anaknya Inggrid Saidbun untuk mengelolanya. Merek ini juga sempat diumumkan sebagai footwear resmi timnas pada Oktober 2023 lalu. 

Meski perusahaan ternama, bedanya Bocorocco baru kali ini membuat jersey untuk klub dengan sub merek Bocorocco Active. Awalnya jersey Sada Sumut dibanderol hingga Rp699 ribu. Namun setelah degradasi sudah didiskon dengan potongan harga yang cukup besar.

Baca Juga: Memecahkan Puzzle Erigo dan Erspo di Jersey Timnas Indonesia

Ada juga klub produksi jersey dan buat apparel sendiri

Menyelami Bisnis Apparel Lokal, Berebut Gandeng Klub hingga TimnasJersey PSM Makassar produksi brand lokal Rewako/Istimewa

Menariknya, klub-klub juga berpikir membentuk memproduksi jerseynya sendiri tanpa menggandeng apparel. Alih-alih mengandeng apparel lain, mereka justru membangun apparelnya sendiri.

Persebaya salah satu pionirnya untuk hal ini. Sejak kembali ke Liga 2 pada 2017, Persebaya tak membuka ruang untuk apparel. Persebaya bertekad memakai jersey lokal buatan sendiri dengan brand milik Azrul yakni AZA untuk mengarungi Liga 2 2017 saat itu.

Waktu itu, Azrul sempat membeberkan bahwa ada banyak brand ternama ingin menjadi apparel resmi Persebaya. Namun setelah mempelajari berbagai penawaran, melihat situasi di tim lain sekaligus mengingat pengalaman dirinya di bidang olahraga, akhirnya memutuskan untuk mengembangkan sendiri jersey Persebaya.

Sebelumnya Azrul memang sudah berpengalaman dengan AZA tapi di basket. Sejumlah eksperimen untuk jersey Persebaya dilakukan.Hasilnya, jersey tersebut diklaim menggunakan teknologi tinggi. Motif “croco” atau kulit buaya sudah terbentuk sejak proses pembuatan kain. Bukan hasil print atau sublimasi. Berikutnya Persebaya terus memproduksi jerseynya sendiri dan melakukan berbagai inovasi setiap musimnya.

Sementara rivalnya di Jatim, Arema FC sudah sejak 2019 tidak lagi menggunakan merek apparel luar Malang. Mereka telah memproduksi apparel sendiri yang diberikan nama Singo Edan Apparel atau disingkat SEA.

"Kami menerbitkan apparel sendiri agar leluasa mengelola bisnis Arema FC. Jersey ini tersedia di Official Store Arema FC," terang Manajer Official Store Arema, Tjiptadi Purnomo saat dikonfirmasi pada Selasa (2/4/2024). Jersey yang diproduksi SEA selalu memberikan desain yang membawa unsur Malang Raya. Misalnya memasukkan unsur relief-relief Candi Badut.

Kontestan Liga 1 lainnya PSM Makassar juga percaya diri mengusung apparel mandiri. Rewako adalah nama merek yang digunakan PSM Makassar untuk jersey tanding dan latihan.

Menurut Officer PSM Makassar, Danang, memproduksi apparel secara mandiri berarti mereka bisa menentukan sendiri desainnya. Hal ini kerap tidak sesuai apabila bekerja sama dengan brand pihak ketiga.

"Sebelumnya kerja sama dengan beberapa brand. Di situ kan memang ada keterbatasan desain yang kita inginkan," kata Danang saat diwawancarai IDN Times, Sabtu (6/4/2024).

PSM Makassar akhirnya membuat jersey sendiri dengan memasukkan filosofi lokal Bugis-Makassar. Unsur-unsur filosofi ini terlihat pada bagian jersey.Jersey PSM Makassar musim 2023-2024 mengusung konsep 'PSM Adalah Rumah, Ayo Pejuang'.

Proses kerja sama dengan klub dari tender hingga penunjukan langsung

Menyelami Bisnis Apparel Lokal, Berebut Gandeng Klub hingga TimnasInstagram.com/erspo.official

Lalu bagaimana sebenarnya proses penunjukan apparel tersebut? Ada yang lewat tender, ada juga yang menunjuk langsung. Tapi proses tender itu sebenarnya jarang terjadi di klub-klub Indonesia. Timnas baru pada saat kerja sama dengan Erspo mengungkap ada proses tender langsung.

PSSI untuk pertama kalinya menggelar tender secara terbuka dan hal tersebut diakui oleh Mills, selaku pesaing Erspo. Mills yang sudah kerja sama 4 tahun dengan PSSI kini harus kalah dari Erspo.

"Kalau proses tender sesuai dengan tahapan yang dibagikan sama PSSI. Awalnya, kami daftar sesuai kategori sponsorship yang diinginkan. Kirim email ke alamat yang tertera di post. Lalu, setelah itu dikirim formulir untuk diisi. Di situ sudah termasuk penawaran yang mau kami kasih di paket sponsorshipnya. Setelah semua berkas lengkap, kami diagendakan untuk presentasi ke PSSI. Setelah presentasi, kami tunggu hasilnya," kata Marketing Communications Mills, Abimanyu Bimantoro.

Sementara di level klub, proses tender mungkin saja ada tapi digelar tak formal. Biasanya penunjukan langsung karena ada brand yang menawarkan diri ke klub dan menawarkan sejumlah paket.

"Kalau kami dengan PSDS tidak ada proses tender karena memang awalnya PSDS yang nanya soal ingin mengorder jersey. Namun akhirnya kami memutuskan jadi sponsor apparel karena memang klub PSDS itu kan besar walaupun saat itu di Liga 3. Kerja sama itu bertahan hingga 5 tahun. Persyaratannya gak ada sih, yang penting mereka minta kita menyediakan seluruh kebutuhan mereka setiap latihan dan tanding," kata Owner Zeals Sport, Fandy Ahmad Lumbantoruan.

Pembagian profit hingga desain menarik jadi daya pemikat kerja sama

Menyelami Bisnis Apparel Lokal, Berebut Gandeng Klub hingga TimnasPemain PSIS Semarang, Gali Freitas mengenakan jersey terbaru The Pryto untuk mengarungi BRI Liga 1 2023/2024. (dok. PSIS)

Tentu saja apparel yang datang mengetuk pintu klub maupun timnas harus membawa penawaran menggiurkan. Salah satunya soal keuntungan yang didapatkan.

Sumber IDN Times menyebutkan, untuk kasus jersey timnas, Erspo unggul karena menawarkan hal yang tak bisa diberikan Mills serta Nike, yakni pemberian cash sebesar Rp5 miliar ditambah royalti produk sebesar tujuh persen. Jika ditotal, nilai sponsor Erspo mencapai Rp16,5 miliar.

Profit sharing untuk pemasukan klub setiap jersey yang terjual juga menjadi bagian dari kesepakatan. Seperti kerja sama PSDS dengan Zeals Sport di Sumut. "Setiap penjualan jersey kita manajemen PSDS mendapat 25 persen dari harga yang dibanderol. Sementara untuk jersey versi fans kita berikan ke manajemen untuk mengelolanya," kata Owner Zeals, Fandy.

Selain itu daya tarik lainnya adalah desain. Saat apparel menawarkan jersey yang menarik perhatian klub bisa menjadi daya pemikat bekerja sama.

Jersey Bali United buatan Specs erat kaitannya dengan akar budaya Bali."Jersey Bali United mengakar pada identitas budaya Bali. Identitas budaya Bali yang dimaksud adalah kombinasi jersey yang kali ini berisikan motif kain rangrang dan kain poleng di jersey Bali United," kata Direktur Marketing Bali United, Putri Sudali.

Setiap desain jersey dan motif selalu disesuaikan dengan keinginan klub. Sebelumnya, Trivela akan mengusulkan konsep kepada klub, yang kemudian akan disetujui sebelum diproduksi.

“Klub memiliki keinginan untuk mencerminkan identitas Kalimantan Barat, seperti unsur Tionghoa atau Dayak Melayu (Tidayu). Oleh karena itu, konsep desain tidak hanya berasal dari pihak kami, tetapi juga harus disetujui oleh klub,” kata Ikhsan dari Trivela.

Begitu juga Riors yang secara khusus selalu mendesain jersey PSIS sesuai identitas klub sepak bola itu berasal. Seperti ‘’The Pryto’’ menampilkan perpaduan motif grafis dari berbagai lokasi dan situs kebudayaan di Kota Semarang dengan warna dasar abu dan sentuhan manis perpaduan warna navy dan pink.

Selain desain, jersey ini juga mengutamakan kenyamanan karena menggunakkan fitur teknologi terbaik Riors, yaitu Dryknit yang merupakan hasil riset tim RnD Riors dengan memiliki fitur UV Protection dan Anti Bacterial. Sehingga, membuat jersey tidak mudah lembab dan tetap nyaman saat dipakai dan tentunya dengan fitting slim-fit yang khususnya dibuat mengikuti body-mapping para pemain agar dapat beraksi maksimal saat di lapangan.

"Sudah enam tahun kami bekerja sama dengan apparel lokal Riors. Pertimbangannya karena Riors sangat berkembang dan makin modern. Selain itu, kami juga bangga jersey PSIS yang diproduksi Riors sudah diekspor ke Eropa seperti Belanda dan Inggris,’’ kata CEO PSIS Semarang, Yoyok Sukawi saat ditanya alasan pihaknya masih menggandeng Riors.

Kekuatan desain menjadi istimewa hingga bisa membuatnya menembus pasar internasional. Seperti jersey away PSDS musim 2023/2024 bahkan diminati hingga ke pasar internasional. Jersey berwarna biru itu mengangkat desain Melayu punya, motif pucuk rebung. Terbukti 150 jersey mereka dibeli classicfootballshirt, situs penjualan jersey populer dari Inggris. Pembelinya dari berbagai negara.

Harga, pemasaran jersey serta pertimbangan fans membeli

Menyelami Bisnis Apparel Lokal, Berebut Gandeng Klub hingga TimnasIlustrasi Jersey yang dibuat Emje Apparel Lombok. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Apparel tentu juga harus memikirkan bagaimana produknya agar laku di pasaran. Salah satunya persoalan harga yang tak boleh sembarangan. Ada harga ada kualitas. Begitu anekdot yang biasa dipakai.

Harga jersey Erspo jadi kurang setimpal menurut Coach Justin karena kualitas dan desainnya yang tak istimewa. Harga jersey player issue-nya dihargai Rp1,3 juta.

Fandy dari Zeal Sport mengatakan, apparel harus melakukan survey dulu ke pasar untuk melihat seperti apa animo fans terhadap klub tersebut. Apakah punya suporter dengan jumlah yang banyak dan loyal atau tidak. Makanya jersey termahal yang dipatoknya seharga Rp280 ribu saja harga normalnya dan Rp180 ribu untuk replika. Bandingkan dengan jersey-jersey klub lain mencapai Rp500 ribuan ke atas.

"Kalau membandingkan dengan PSMS, fanatisme suporternya berbeda. Melihat data dari situ kalau terlalu tinggi, gak kemakan. Melihat trennya di beberapa tahun saat bekerja sama dengan PSDS, kalau harga tinggi yang jual kolektor dari luar Sumut. Kalau orang-orang dari Sumut, harganya di atas Rp200 ribu itu pertimbangannya banyak. Jadi kita putuskan begitu harganya," ungkap Fandy.

Sementara Dani salah seorang fans PSMS yang biasanya setiap musim membeli jersey tim favoritnya mengatakan, biasanya harga akan menentukan keputusannya membeli. "Kalau saya sih harga dan nengok kualitas jerseynya. Bagus gak kainnya. Menyerap keringat, atau desainnya unik dan bagus gak. Kalau memang keren, harga mahal menurut saya gak masalah," kata Dani.

Sedangkan kolektor jersey Persib Nays Muntahard sangat mengapresiasi penggunaan apparel lokal pada klub Liga Indonesia. Sejak lama dia sudah mengkoleksi jersey Persib baik itu yang bekerjasama dengan apparel lokal maupun luar negeri.

Dari pengalamannya memiliki setiap jersey memang ada perbedaan antara produk luar dan dalam negeri. Salah satu kekurangan apparel lokal adalah konsistensi dalam membuat jersey yang nyaman untuk masyarakat yang membeli.

"Jadi kadang dalam jahitan itu pakemnya masih tidak sama. Mungkin karena apparel lokal ini belum besar jadi beda sama luar negeri atau apparel yang punya pabrikan besar, mereka sudah ada pakem untuk membuat pakaian seperti apa. Jadi di tingkat kerapihannya lah," ujar Nays.

Lantas, sejauh apa kerja sama dengan apparel lokal bisa saling menguntungkan baik untuk klub maupun apparelnya? Atau lebih untung membuat apparel sendiri?

COO PSMS Andry Mahyar Matondang mengatakan, kerja sama dengan apparel harus menguntungkan kedua belah pihak. Jika tidak maka kerja sama itu tak efektif.

"Pasti ada pembagian profit setiap jersey yang terjual dan hak lainnya," kata Andry.

Namun dia tak merinci soal penjualan jersey PSMS musim lalu saat menggandeng apparel Northon. "Kerja samanya semusim, musim depan mungkin belum ditentukan. Kalau ada yang lebih bagus kenapa tidak dan pastinya menguntungkan," tambahnya.

Sementara manajemen klub Liga 2 Nusantara United mengatakan biasanya, klub dan apparel sama-sama punya hak dan kewajiban yang harus dipenuhi. Misalnya kerja sama mereka dengan Mills dengan memberikan keuntungan seperti pemasangan A-Board di setiap pertandingan kandang. Kemudian, juga memasang logo Mills backdrop press conference, mixed zone interview, dan media sosial resmi @nusantarunitedfc sebagai ajang promosi.

"Terkait dengan konten kami berikan kepada seluruh sponsor agar sama-sama saling memberikan kontribusi yang baik sehingga kerja sama ini senantiasa terjalin dengan baik dan mendatangkan manfaat bagi kedua belah pihak,’’ tandasnya.

Media Officer PSM Makassar, Danang mengatakan sebenarnya keputusan PSM menjual jersey dengan apparel mandiri menguntungkan. Meski untuk menutupi pengeluaran klub belum cukup. Pasalnya klub harus mengeluarkan miliaran rupiah untuk mengarungi kompetisi.

Hanya saja strategi pemasarannya harus tepat. Sejauh ini distribusi jersey PSM masih terbatas di Makassar dan sekitarnya.Offical store Rewako hanya bisa dijumpai di Mall Nipah.

Namun pihak manajemen segera melebarkan sayap di Balikpapan karena melihat banyak masyarakat Bugis dan Makassar di sana.Penjualan online ternyata masih kalah dengan penjualan offline. Akan tetapi, penjualan akan meningkat saat menjelang pertandingan.

"Memang selama ini kalau dilihat di store itu apalagi kalau lagi match, beberapa kali kita kewalahan produksi sehingga harus produksi lagi," kata Danang.

Sekali produksi bisa menghasilkan 20 ribu jersey. Biaya produksi yang tidak sedikit, tentunya diimbangi dengan harga jersey. PSM punya jersey termahal Rp749 ribu, jersey replika yang dibanderol Rp389 ribu dan jersey fans yang diproduksi massal seharga Rp189 ribu.

Sebaliknya juga untuk apparel, kerja sama harus bisa mendongkrak penjualan produk. "Bukan malah bangga bisa sponsorin klub, kalau bisa sponsorin klub tapi tak mengangkat produk ya buat apa. Bekerja sama dengan klub itu adalah upaya strategi marketing untuk menampilkan produk, agar orang mengenal brand, yakin dengan produknya hingga mereka membeli produknya," kata Owner Riors Yudhi.

Begitupun setiap apparel punya tanggung jawab moral yang besar untuk pembuatan jersey. Masukan dari banyak pihak harus jadi bahan memerbaiki kualitas.

Seperti AZA di Persebaya yang selalu menampilkan desain ikonik. Pengamat Persebaya Dhion Prasetya menyebut di level jersey player issue, sejauh ini AZA unggul di kualitas dan desain. Risetnya jalan dan tidak anti terhadap kritikan.

"Saya masih ingat ketika awal-awal secara resmi AZA menjadi official jersey Persebaya di tahun 2018, kritikan juga melayang dari konsumen. Alih-alih anti terhadap kritik, kritikan ini diperhatikan juga untuk perbaikan di musim-musim selanjutnya," ucap Dhion.

Tulisan ini merupakan kolaborasi hyperlocal yang ditulis Doni Hermawan, Anggun Puspitoningrum, Wayan Antara, Sandy Firdaus, Ardiansyah Fajar,Rizal Adhi Pratama, Muhammad Nasir, Tama Wiguna,Tri Purnawati, Ashrawi Muin, Muhammad Iqbal, Debbie Sutrisno

Baca Juga: Memecahkan Puzzle Erigo dan Erspo di Jersey Timnas Indonesia

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya