Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG-20250629-WA0084.jpg
Laga amal mengenang Suharto AD di Stadion Mini Pancing, Minggu (29/6/2025) (dok.istimewa)

Intinya sih...

  • Bentuk penghormatan terhadap sosok Suharto AD

  • Haru keluarga karena banyak yang peduli

  • Karier Suharto sebagai pemain dan pelatih mentereng

Medan, IDN Times- Satu bulan sudah legenda sepak bola Sumut Suharto AD berpulang, tepatnya 24 Mei 2025 lalu. Namun upaya mengenangnya masih belum surut. Seperti yang tersaji di Stadion Mini Pancing, Minggu (29/6/2025) sore. Para insan sepak bola Sumut berkumpul untuk mengenangnya tentu dengan cara yang dicintai pelatih berkepala plontos itu; bermain sepak bola.

Laga amal digelar dengan melibatkan Alumni PPLP, Legenda PSMS Medan, Karo United All Star dan PS Bank Sumut. Para kerabat berkumpul. Mulai dari rekan setim sejak berjuang bersama saat meraih medali emas sepak bola PON 1989, senior dan para junior di PSMS hingga pemain asuhannya.

1. Bentuk penghormatan terhadap sosok Suharto AD

Laga amal mengenang Suharto AD di Stadion Mini Pancing, Minggu (29/6/2025) (dok.istimewa)

Ketua Ikatan Alumni PPLP Sumut Bambang Tarigan mengatakan pihaknya menginisiasi kegiatan ini untuk menghormati sosok Suharto AD. Menurutnya Suharto sudah banyak mengukir prestasi sebagai pemain dan pelatih.

"Kemarin dari kawan-kawan berpikiran untuk menggelar laga Amal ini, bagaimana pun coach Suharto AD ini kan legenda Sepakbola Sumut, jadi kegiatan ini sebagai bentuk hormat dan mengenang sosoknya," ujar Bambang.

Dari laga amal ini, terkumpul donasi sebesar Rp31.200.000. Uang ini diserahkan langsung ke keluarga yang turut diundang untuk menyaksikan laga amal ini.

"Coach Suharto AD sosok yang menginspirasi, saya pribadi belum lama mengenal, tapi dia sosok yang baik. Dan hari ini kita serahkan ke pihak keluarga dari hasil donasi kawan-kawan," bebernya.

2. Haru keluarga karena banyak yang peduli

Tim Karo United All Star yang turut bermain di laga amal mengenang Suharto AD (dok.istimewa)

Bentuk kegiatan ini mengundang haru keluarga. Enam anak Suharto AD turut hadir di laga itu. Mereka menerima banyak pesan dan kesan positif dari para kerabat soal sosok Ayahnya.

Rizka, salah satu putri Suharto mengucapkan terima kasih kepada penyelenggara yang telah melaksanakan laga amal tersebut. Dengan mata berkaca-kaca dia tak memungkiri laga ini membawanya kembali merindukan Ayahnya.

"Saya mewakili keluarga mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya, saya terharu, teringat bapak juga kalau melihat pertandingan sepakbola seperti ini. Terima kasih banyak," kata Rizka.

Soal uang donasi dari laga amal ini menurut Rizka akan digunakan untuk hal-hal bermanfaat. "Rencana kami akan buat syukuran untuk kirim doa ke bapak, kemudian untuk hal-hal bermanfaat buat bapak," kata perempuan yang terlahir kembar itu.

3. Karier Suharto sebagai pemain dan pelatih

Pelatih Sada Sumut Suharto AD saat launching skuat di Centre Point Mal, Jumat (1/9/2023) (IDN Times/Doni Hermawan)

Suharto adalah salah satu legenda sepak bola Sumut. Saat masih bermain ia menjadi striker andalan di PSMS dan PON Sumut. Bahkan pria kelahiran Rambung Sialang, Sergai ini yang terakhir kali membawa Sumut meraih medali emas cabang sepak bola PON lewat golnya pada tahun 1989.

Di dunia kepelatihan, Suharto kerap bolak balik dipercaya menangani PSMS di beberapa musim berbeda. Mulanya di Piala Caltex 1995 bersama PSMS. Kemudian di Liga Indonesia 1996-1997 sebagai pelatih muda yang baru pensiun dari pemain. Suharto kembali lagi ke PSMS tahun 2010/2011 menggantikan Rudi Keltjes, dan 2012/2013 menggantikan Raja Isa. Sayangnya PSMS degradasi dari ISL di tahun 2012/2013 itu.

Suharto kembali lagi dipercaya membesut PSMS di Piala Kemerdekaan 2015. Hasilnya PSMS berhasil menjadi juara. Itu menjadi prestasi terbaik Suharto di PSMS. Terakhir dia di PSMS saat menjadi asisten dari Peter Butler di Liga 1 2018. Suharto juga sempat menangani PS TNI di Liga 1.

Selanjutnya Suharto melalang buana di kompetisi Liga 3. Dia membesut Bhinneka FC di babak regional Sumatra Liga 3 2019. Tapi Bhinneka gagal ketika itu.

Kemudian Suharto sempat dipercaya menangani PON Sumut 2020. Namun sebulan sebelum keberangkatan dia didepak. Di Liga 3 tahun 2021-2022 ini, Suharto awalnya menangani tim pendatang baru, Batubara Bisa FC. Sayangnya gagal di babak penyisihan grup. 

Suharto kemudian dipercaya menangani Karo United yang melakukan pergantian pelatih jelang babak 64 Besar nasional. Hasilnya Karo United dibawanya juara Liga 3 nasional tahun 2022.

Di Liga 2 2022/2023, Suharto membawa Sada Sumut di peringkat 2 klasemen grup Barat. Namun saat itu kompetisi hanya berjalan separuh musim karena tragedi Kanjuruhan.

Kemudian di musim 2023/2024, Karo United berganti nama menjadi Sada Sumut dan Suharto masih dipercaya sebagai pelatih kepala.

Sayangnya selama separuh musim, Sada Sumut berada di peringkat 5 klasemen. Suharto kemudian berpisah dengan Sada Sumut FC. Suharto kemudian harus berjuang melawan penyakitnya sejak awal 2024 lalu. Dia menderita diabetes hingga stroke. Sampai akhirnya 24 Mei, Suharto menghadap sang Ilahi. Suharto dimakamkan dengan upacara milier 25 Mei 2025.

Editorial Team