Raih Medali di Thailand, Mahasiswa USU Buat Aplikasi Deteksi Malaria

Bantu pemerintah kembangkan bidang kesehatan dan teknologi

Medan, IDN Times - Mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU) berhasil kibarkan bendera merah putih di Thailand. Kelompok mahasiswa dari Fakultas Kedokteran ini berhasil meraih Bronze Medal di ajang Thailand Inventors Day yang diselenggarakan bulan Februari ini.

Ajang yang mengharuskan peserta dari masing-masing negara menciptakan sebuah inovasinya ini, memantik mahasiswa USU untuk membuat sebuah terobosan. Mereka membawa temuannya berupa prototype aplikasi mobile yang diberi nama MAID (Malaria Infection Detection). 

1. Ciptakan aplikasi deteksi malaria yang membantu kerja petugas kesehatan

Raih Medali di Thailand, Mahasiswa USU Buat Aplikasi Deteksi MalariaAplikasi MAID hasil inovasi mahasiswa kedokteran USU (dok.istimewa)

Sama seperti namanya, inovasi yang mereka ciptakan berguna untuk mendeteksi infeksi malaria. Bayu Harly Putra selaku perwakilan kelompok, kepada IDN Times menjelaskan temuan ilmiah mereka yang disandingkan dengan teknologi Artificial Intelligence (AI) itu.

"Inovasi kami akan berguna bagi petugas kesehatan dan masyarakat. Khusus untuk petugas kesehatan, kami mengoptimalkan melalui website. Di mana kami membuat fitur untuk mendeteksi atau diagnosis malaria. Inovasi kami mengecek sampel darah. Dengan bantuan mikroskop, aplikasi yang kami ciptakan bisa mendeteksi trombositnya, eritrosit, dan leukosit," jelasnya.

Yang selama ini untuk mendeteksi darah masih manual alias satu-persatu dihitung, namun dengan adanya temuan dari mahasiswa kedokteran USU akan semakin mudah. Di aplikasi MAID tersebut mereka memakai AI berupa semantic segmentation yang berguna untuk image detection. 

"Jadi nanti secara otomatis ketika mikroskopnya diconectkan ke laptop atau komputer yang ada aplikasi ini, maka aplikasi ini akan dengan sendirinya mengklasifikasikan mana trombositnya, mana eritrosit, dan leukositnya. Nanti juga dihitung sendiri semuanya secara otomatis. Misalnya ada mikroskop yang tidak bisa connect, sampel darah bisa difoto satu-satu dari microskopnya setelah itu diunggah ke aplikasi MAID," tambahnya.

 

Baca Juga: Mengenal Prof Ningrum, Guru Besar USU yang Ingatkan Jokowi Soal Etika

2. Aplikasi MAID bisa digunakan masyarakat awam mendeteksi daerah endemis dan gejala malaria

Raih Medali di Thailand, Mahasiswa USU Buat Aplikasi Deteksi MalariaMahasiswa USU buat fitur di aplikasi MAID yang dapat menjangkau masyarakat awam (dok.istimewa)

Bayu yang merupakan mahasiswa kedokteran USU angkatan 2020 bersama teman-temannya tak lupa mewujudkan misi lingkungan yang sehat sekaligus paham gejala malaria. Maka dari itu timnya tak hanya dapat membantu petugas kesehatan saja, tapi inovasi yang mereka rancang juga dapat memandu masyarakat awam.

"Untuk mode masyarakat umumnya, ada mode buat screening awal. Salah satunya kami memaksimalkan adanya deteksi. Malaria ini ada daerah endemisnya, ketika pengguna masuk di daerah endemis, nanti di aplikasi kami akan memunculkan notifikasi," sebut Bayu.

Dirinya menjelaskan bahwa lewat notifikasi itu, pengguna bakal diarahkan untuk screening awal. Jika memang sudah terpapar malaria, aplikasi yang mereka ciptakan dapat membantu masyarakat mengidentifikasinya secara rinci. Di mana penyakit malaria sendiri ada masa parasitnya. Jadi malaria tidak langsung menimbulkan efek samping, namun akan ada gejala sekitar tujuh hari setelahnya.

"Inovasi dari kami ini akan mengarahkan untuk screening awal, seperti pertanyaan soal gejala-gejalanya bagaimana dan beberapa pertanyaan lain yang harus dijawab. Nanti pengguna bisa melihat hasil diagnosisnya sendiri. Apakah hasilnya masuk risiko rendah atau tinggi. Kalau risiko tinggi, aplikasi secara otomatis memerintah pasien/pengguna cari pusat kesehatan terdekat. Aplikasi ini selain mendeteksi malaria juga dapat berfungsi sebagai panduan yang mengoneksikan pasien dengan rumah sakit," papar Bayu.

Setelah masyarakat yang terpapar malaria mendapatkan obat dari dokter, obat-obatan itu bisa langsung diinput satu-satu. Seperti apa saja jenis obatnya, dari dokter diperintahkan berapa kali sehari diminum, dan lain-lain. Setelah diinput dari aplikasi, secara otomatis nanti pasien akan diingatkan melalui semacam alarm dan notifikasi bahwa di jam-jam tertentu mereka harus minum obatnya. 

"Masyarakat atau pasien bakal kami pandu. Tak hanya mendeteksi daerah endemis malaria, notifikasi dari MAID juga berisi edukasi dan artikel-artikel Ilmiah seputar malaria. Aplikasi sudah kami rancang dan tinggal tunggu tanggal launchingnya," tuturnya.

3. Membantu misi pemerintah Indonesia memberantas malaria di tahun 2030

Raih Medali di Thailand, Mahasiswa USU Buat Aplikasi Deteksi MalariaMahasiswa kedokteran USU raih medali bronze di kompetisi internasional yang diselenggarakan di Thailand Februari 2024 (dok.istimewa)

Bayu menjelaskan untuk bisa mengikuti ajang Thailand Inventors Day, mereka diseleksi dulu dari masing-masing negara. Di Indonesia nama program yang menaungi ini adalah INNOPA (Indonesian Invention and Innovation Promotion Association). 

"Jadi kami kemarin ngasih abstrak dari apa yang ingin kami buat, daftarnya online. Abstrak yang kami buat disertai penjelasan tambahan tentang inovasinya, setelah di-submit baru mendapat email balasan apakah bisa melanjutkan atau tidak. Jadi proses seleksi harus diuji dulu di masing-masing negara baru bisa berangkat ke Thailand," kata Bayu.

Persiapan untuk merancang aplikasi disebutnya telah mereka pikirkan jauh hari, bahkan sejak September tahun lalu. Hal tersebut berangkat dari keresahan melihat betapa abainya masyarakat menjaga kebersihan lingkungan yang menjadi cikal-bakal penyakit malaria.

"Malaria ini ada daerah-daerah endemisnya. Kalau pun kita berada di daerah yang bukan endemis malaria, kita harus tetap menjaga kebersihan, jangan biarkan ada barang-barang yang bertumpuk atau air-air yang tergenang. Lingkungan ini harus kita jaga kebersihannya, minimal kebersihan itu timbulnya dari diri kita sendiri yang menciptakan," jelasnya.

Indonesia sendiri memiliki target yang digagas oleh pemerintah. Di mana target dari pemerintah Indonesia salah satunya memberantas malaria di tahun 2030. Bayu mengatakan bahwa dari sekarang aplikasi yang timnya rancang diharapkan bisa membantu tujuan bangsa yang ingin mengeliminasi penyakit malaria.

"Saya dan teman-teman bertemu ibu-ibu yang datang ke stand kami di Thailand, suaminya ini kerja di Papua. Seperti kita tahu bahwa Papua kan endemis malaria, dia ini berharap aplikasi yang kami buat segera ada. Karena orang-orang yang kerja di daerah endemis bakal rentan terkena malaria dan aplikasi ini bisa membantu mereka membuat pencegahan diri," katanya.

"Selain itu mereka juga bisa tahu tentang penyakit malaria tanpa harus susah payah berkunjung ke dokter. Melalui aplikasi ini kami harap bisa membantu orang-orang yang tinggal di kawasan endemis malaria," pungkasnya.

Baca Juga: Tahun ini USU Akan Terima 7.505 Calon Mahasiswa Baru Program Sarjana

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya