Mengenal Tenggiling, Pengendali Populasi Serangga yang Terancam Punah

Perdagangan ilegal masih menjadi ancaman serius

Medan, IDN Times – Tenggiling atau trenggiling, menjadi salah satu mamalia yang terancam punah. Satwa pemakan serangga ini masih menjadi korban perburuan untuk diperdagangkan. Baik sisik, daging hingga kuku, masih marak diperdagangkan secara ilegal.

Di Sumatra Utara misalnya, tim dari kepolisian menangkap sejumlah orang karena memperdagangkan 275 Kg sisik tenggiling. Diduga kuat, sisik akan dijual ke luar negeri.

Tenggiling memang belum banyak dikenal. Tidak sepopuler satwa seperti orangutan, gajah dan harimau sumatra. Namun, keberadaannya begitu penting bagi kelangsungan ekologi.

IDN Times akan mengulik soal tenggiling. Satwa pemalu yang kerap menggulung badannya jika terancam.

1. Delapan spesies tenggiling tersebar di Asia dan Afrika

Mengenal Tenggiling, Pengendali Populasi Serangga yang Terancam PunahIlustrasi sisik trenggiling. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Dilansir dari laman Restorasi Ekosistem Riau (RER), tenggiling termasuk dalam ordo Pholidota. Nama tenggiling sendiri diserap dari bahasa Melayu yang berarti berguling-guling. Nama ini erat kaitannya dengan cara bertahan tenggilinh saat mendapat ancaman. Dia akan menggulung badannya seperti bola.

Di seluruh dunia, tenggiling tersebar di Benua Asia dan Afrika. Nasib satwa nokturnal di kedua benua ini sama. Masih menjadi satwa yang diburu untuk dijual. Karena dianggap bisa menjadi obat tradisional. Totalnya ada delapan spesies tenggiling yang ada di Asia dan Afrika antara lain;

• Tenggiling Tiongkok (Manis pentadactyla)

• Tenggiling India (Manis crassicaudata)

• Tenggiling Filipina (Manis culionensis)

• Tenggiling Sunda (Manis javanica)

• Tenggiling Pohon Perut Hitam (Phataginus tetradactyla)

• Tenggiling Tanah Raksasa (Smutsia gigantean)

• Tenggiling Tanah (Smutsia temminckii)

• Tenggiling Pohon Perut Putih (Phataginus tricuspis)

Baca Juga: Sering Bikin Bingung, Ini Perbedaan Tenggiling dan Armadillo

2. Tenggiling jadi satu-satunya mamalia bersisik di dunia

Mengenal Tenggiling, Pengendali Populasi Serangga yang Terancam PunahPolres Tapanuli Utara menangkap dua orang masing-masing penjual paruh rangkong dan sisik tenggiling. (Dok: Polres Taput)

Perlu diketahui, tenggiling ternyata satu-satunya mamalia bersisik. Sisik ini mengandung keratin. Zat yang sama terkandung dalam kuku dan rambut manusia. Keratin juga merupakan protein yang terkandung dalam cula badak dan cakar beruang.

Sisik ini sangat keras. Bobotnya bisa mencapai 20 persen dari berat tubuh tenggiling.

Satu hal yang unik, tenggiling membawa anaknya di atas pangkal ekor. Ketika baru lahir, bayi tenggiling memiliki sisik yang lebih lunak dan pucat. Sisiknya akan semakin mengeras mulai dari tenggiling berumur dua hari hingga berusia dewasa.

Bayi tenggiling akan berada dalam perawatan sang induk selama tiga sampai empat bulan. Sampai nantinya dilepas untuk mencari makan sendiri.

3. Bergulung dan bisa mengeluarkan bau untuk menghindari ancaman

Mengenal Tenggiling, Pengendali Populasi Serangga yang Terancam PunahTenggiling bergulung membentuk bola untuk melindungi diri. (commons.wikimedia.org/U.S. Fish and Wildlife Service Headquarters)

Untuk mempertahankan diri, tenggiling punya cara unik. Dia akan melindungi kepala dengan kaki depan. Tenggiling akan menggulung diri sepeti bola. Persis seperti armadillo.

Mekanisme pertahanan lainnya adalah kemampuan mengeluarkan cairan kimia berbau dari kelenjar di bawah ekornya, layaknya sigung. Cara-cara ini dilakukan untuk menhindari serangan predator.

Tenggiling juga memiliki lidah yang sangat panjang. Lidahnya bisa berukuran sepertiga panjang tubuhnya.

Lidah yang panjang dimanfaatkan untuk mencari makan dan minum. Liurnya yang lengket membuat tenggiling punya kemampuan menyendok serangga dalam jumlah banyak. Lidahnya juga bisa menjangkau lubang-lubang kecil, tempat mangsanya berada.

Tenggiling dibekali kemampuan memakan serangga dalam jumlah besar. Makanan utamanya adalah semut. Tenggiling mampu mendeteksi sarang semut atau gundukan rayap dengan indra penciumannya yang tajam, meski indra penglihatannya buruk. Ini yang membuatnya memiliki fungsi pengendali serangga di dalam hutan.

Umumnya, tenggiling mengonsumsi hingga 200.000 semut dan rayap dalam sehari. Artinya, ia mampu memakan lebih dari 70 juta serangga dalam setahun.

4. Jadi mamalia terbanyak yang diperdagangkan

Mengenal Tenggiling, Pengendali Populasi Serangga yang Terancam PunahIlustrasi sisik trenggiling. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Saban kali operasi pengungkapan perdagangan ilegal bagian tubuh tenggiling dilakukan aparat penegak hukum. Namun nyatanya, seolah tidak ada efek jera bagi para pelakunya.

Tenggiling menjadi salah satu mamalia yang paling banyak diperdagangkan. Diperkirakan puluhan ribu tenggiling diselundupkan setiap tahunnya. Bahkan organisasi konservasi dunia IUCN memperkirakan satu ekor tenggiling diambil dari alam liar setiap lima menit.

Perburuan ini dipicu permintaan akan sisik dan dagingnya. Ada kepercayaan bahwa sisiknya merupakan bahan obat tradisional. Sementara dagingnya, untuk dikonsumsi.

Di Indonesia, perdagangan tenggiling adalah tindakan ilegal yang hukumnya diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 serta dalam Peraturan Menteri LHK Nomor 106 Tahun 2018.

5. Ditetapkan status terancam punah

Mengenal Tenggiling, Pengendali Populasi Serangga yang Terancam PunahKepala SPTN V TNGL Palber Turnip melepasliarkan tenggiling ke dalam kawasan, Jumat (15/7/2022). (Dok: BBTNGL)

Kondisi maraknya perburuan membuat Uni Konservasi Internasional (IUCN) memasukkan tenggiling dalam daftar merah spesies terancam. Berdasarkan penilaian pada tahun 2019, tiga tenggiling Asia yakni Tenggiling Cina, Tenggiling Sunda, dan Tenggiling Filipina masuk dalam kategori Kritis atau Critically Endangered (CR) sementara Tenggiling India berstatus Terancam atau Endangered (EN).

Di sisi lain, dua dari spesies tenggiling Afrika yakni Tenggiling-Pohon Perut Putih dan Tenggiling-Tanah Raksasa berstatus Terancam (EN), sementara dua spesies tenggiling Afrika lainnya masuk ke dalam kategori Rentan atau Vulnerable (VU).

Tenggiling juga menjadi satwa yang sudah ditetapkan hari peringatannya setiap Februari. Peringatan ini menjadi upaya konservasi tenggiling.

Baca Juga: BKSDA Aceh Evakuasi Anak Orangutan dari Kebun Warga Subulussalam

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya