9 Fakta Orangutan, Terancam Punah dan Masih Terus Diburu
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Salah satu satwa yang termasuk dalam daftar untuk dilindungi adalah orangutan. Saat ini keberadaannya terus berkurang. Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) memasukkan orangutan ke dalam daftar merah spesies terancam punah (Critically Endangered).
Berikut beberapa fakta soal orangtuan yang wajib kamu ketahui agar kita menjaga kelestarian satwa arboreal itu.
1. Ada tiga spesies yang sudah ditemukan di Indonesia
Di Indonesia, ada tiga jenis orangutan yang menghuni sejumlah habitat. Antara lain orangutan Borneo (Pongo pygmaeus), orangutan Sumatra (Pongo abelii) dan orangutan Tapanuli (Pongo tapanuliensis) sebagai spesies yang baru ditemukan pada akhir 2016 di ekosistem Batangtoru.
2. Orangutan menjadi menjadi penjaga hutan tetap lestari
Orangutan adalah satwa arboreal. 90 persen waktunya, hanya dihabiskan berada di atas pohon. Orangutan mengonsumsi buah-buahan, daun-daunan, bunga hingga serangga kecil. Meski pun ada penelitian yang menyebutkan, orangutan juga memakan daging.
Dari pola dan jenis makanannya, orangutan dijuluki sebagai penjaga hutan. Di sengaja atau tidak, dari buah – buahan yang diamakannya, bijinya akan dibuang dan menjadi bibit yang akan tumbuh. Atau bahkan, biji-bijian itu akan bertahan di dalam kotoran.
Bayangkan jika orangutan punah. Potensi pertumbuhan tanaman baru juga akan terganggu.
Baca Juga: 4 Orangutan dari Sumut ‘Bersekolah’ di Jantho Aceh
3. Punya DNA yang sangat mirip manusia
Orangutan selalu disebut sebagai kerabat paling dekat dari manusia. Ini juga diperkuat dengan penelitian yang menyebut deoxyribonucleic acid (DNA) orangutan identik dengan manusia.
Washington University's Genome Center dalam penelitiannya menyebut jika ada 97 persen keidentikan antara genom manusia dan orangutan.
4. Tinggal di dalam hutan hujan, deforestasi menjadi ancaman
Seluruh spesies orangutan tinggal di dalam hutan hujan. Habitatnya tentu dipenuhi dengan pepohonan yang menghasilkan buah.
Tubuh orangutan diciptakan menyesuaikan dengan habitatnya. Panjang lengannya dengan jari-jari yang panjang dan mirip dengan manusia membuatnya mampu bermanuver dengan lincah di pohon.
Kondisi ini membuat deforestasi menjadi salah satu ancaman terhadap keberlangsungan hidup orangutan. Baik yang secara ilegal ataupun konversi lahan hutan menjadi perkebunan. Jika kawasan hutan terus berkurang, akan berbanding lurus dengan sebaran populasi yang juga berkurang.
Baca Juga: 7 Fakta Orangutan Tapanuli, Spesies Baru Orangutan yang Terancam Punah
5. Orangutan terus menjadi satwa buruan untuk diperdagangkan
Selain deforestasi, orangutan juga terus terancam dengan perburuan dan perdagangan ilegal. Kasusnya cukup tinggi dalam beberapa tahun terakhir. Selain satwa kunci lain seperti gajah dan harimau.
Orangutan diburu dari habitatnya. Kemudian diperdagangkan dalam pasar gelap. Harga yang tinggi membuat tingkat perburuan juga tinggi. Rata-rata pelaku perburuan dan perdagangan orangutan, menjadikan kebutuhan ekonomi sebagai motif. Meski penegakan hukum sudah dilakukan, sepertinya tidak memberikan efek jera para pelaku. Mereka juga terus berinovasi dalam melakukan perbuatan terlarang itu.
6. Orangutan satwa yang kreatif
Orangutan bis juga disebut dengan satwa yang kreatif. Ini ditinjukkan dengan pola kehidupannya yang unik. Fakta yang terlihat, orangutan punya kemampuan membuat sarang yang kokoh di atas pohon. Orangutan membuat sarangnya dari kumpulan ranting pohon.
Saat hujan, orangutan mampu membuat alat berteduh. Dia mengumpulkan ranting pohon dan membuatnya menjadi payung untuk melindungi diri dari hujan.
7. Orangutan jantan berukuran lebih besar dari betina
Faktanya, ukuran orangutan jantan lebih besar dari betinanya. Pada jantan dewasa bisa berukuran lima setengah kaki dengan berat mencapai 150 pon. Sedangkan betinanya jarang ditemukan melebihi empat kaki dan hanya memiliki bobot 80 pon.
Antara jantan dan betina juga memiliki perbedaan signifikan. Sang jantan memiliki lipatan pipi atau disebut cheek fat. Sedangkan pada betina tidak ditemukan.
8. Dikenal sebagai satwa soliter
Orangutan bukan satwa soliter. Tidak seperti gajah yang hidup di dalam kelompok atau pun gorila di Afrika.
Bahkan, kelompok orangutan hanya ditemukan indukan betina dengan anakan saja. Sedangkan pejantan cenderung hidup sendiri dan memiliki wilayah tersendiri.
9. Orangutan memiliki interval bereproduksi yang cukup lama
Orangutan memiliki masa interval reproduksi yang cukup lama. Mereka memiliki kematangan seksual pada usia 10 tahun.
Setelah melahirkan, indukan akan bersama dengan anaknya selama enam hingga delapan tahun. Barulah indukan betina akan kawin lagi dengan pejantan. Ini juga yang membuat populasi orangutan sangat rendah.
Melihat fakta yang ada, sangat diperlukan upaya konservasi untuk menjaga keberlangsungan kehidupan populasi. Setidak-tidaknya memperlambat umur kepunahannya.
Upaya konservasi menjadi tanggungjawab multi pihak. Baik dari pemerintah, organisasi non pemerintah, hingga masyarakat. Jika tidak, anak cucu kita tidak akan pernah melihat orangutan lagi.
Jaga hutan tetap lestari yah guys...
Baca Juga: 5 Kerugian Jika Gajah Punah dari Ekosistem