Pernah Dibakar, Masjid Awal Jadi Saksi Penyebaran Islam di Simalungun

Masjid Awal pemersatu warga muslim dan nonmuslim

Simalungun, IDN Times - Dari beberapa temuan sejarah, dapat diketahui bahwa Islam masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan. Indonesia merupakan negara kepulauan yang luas, sehingga lokasinya sangat strategis untuk dijadikan sebagai pusat perdagangan.  Di sepanjang pesisir timur Sumatera juga banyak ditemukan bandar-bandar perdagangan yang ramai.

Meningkatnya aktivitas perdagangan ini, juga berpengaruh terhadap interaksi dengan masyakarat yang berada di pedalaman. Salah satu wilayah yang terdampak aktivitas ini ialah Kerajaan Siantar (Simalungun). Islam mulai masuk ke wilayah ini dibawa oleh para pedagang Melayu yang datang dari wilayah pesisir, seperti Batu Bara, Asahan, Padang,
dan Serdang 

Dari sejarah yang berkembang, orang pertama di Simalungun yang memeluk agama Islam ialah bangsawan Kerajaan Siantar bernama Tuan Swam Damanik. Beralihnya ia memeluk Islam, kemudian diikuti oleh penduduk Kerajaan Siantar lainnya, dan kemudian disusul oleh masuk Islamnya Raja Siantar bernama Sang Naualuh Damanik.

Sebelumnya, mereka semua memeluk agama lokal Simalungun, yang lebih familiar dengan nama Habonaron Do Bona. Persitiwa masuknya raja, pembesar, dan rakyat Kerajaan Siantar ke agama Islam, terjadi sekitar tahun 1901. Hal ini kemudian menyebabkan Islam mendapat pengikut yang cukup besar, apalagi pasca sang raja memeluk Islam.

Saksi bisu penyebaran islam di Simalungun adalah Masjid Awal, Pamatang Raya. Berdiri tahun 1927 di kawasan yang dominan dihuni nonmuslim, pernah dibakar penjajah Belanda, dan kini kembali berdiri kokoh. Seperti apa sejarah Masjid Awal? Yuk simak:

1. Raja Sang Naualuh mewakafkan tanah untuk membangun Masjid Raya Simalungun

Pernah Dibakar, Masjid Awal Jadi Saksi Penyebaran Islam di SimalungunPatung Raja Sang Naualuh Damanik (Dok. IDN Times)

Agustono dalam bukunya Sejarah Etnis Simalungun menyebutkan bahwa proses islamisasi di Kerajaan Siantar terjadi di hampir seluruh wilayahnya, baik di daerah Siantar maupun Tanah Jawa. Dalam proses penyebarannya, kendala utama yang dihadapi para pendakwah ialah, masih banyak masyarakat Siantar yang mempertahankan agama nenek
moyangnya.

Dalam jurnal Dinamika Penyebaran Agama Islam di Kerajaan Siantar, 1904-1913 dijelaskan, setelah Raja Sang Naualuh masuk islam, ia mewakafkan sebidang tanahnya untuk membangun masjid seluas 3.977 m2 di daerah bernama Timbang Galung kepada penghulu Hamzah Daulay pada tahun 1910. Masjid ini dibangun pada tahun 1911 oleh masyarakat muslim yang dipelopori oleh Penghulu Hamzah, Tuan Syeh H. Abdul Jabbar Nasution, dan dr. M Hamzah Harahap. Pada awal pembangunannya, bangunan masjid ini masih sangat sederhana, hanya terbuat dari tiang kayu, berdinding papan, dan atap yang terbuat dari daun nipah, dengan tidak adanya pintu dan jendela.

Masjid ini dinamakan Masjid Raya yang merupakan peninggalan Islam di Pematang Siantar. Masjid ini digunakan sebagai tempat perkumpulan umat muslim di Siantar untuk melakukan kegiatan beribadah dan bermusyawarah.

Masjid Raya merupakan masjid pertama yang ada di wilayah Kerajaan Siantar, maka pada saat itu jama’ah yang datang untuk salat berasal dari kampung-kampung yang ada di wilayah tersebut, yaitu Kampung Melayu, Marihat, Tomuan, Kampung Banten, bahkan ada yang datang dari Panei Tongah.

Berdirinya Masjid Raya ini disambut baik oleh masyarakat muslim di Kerajaan Siantar. Pada tahun 1913 diselenggarakan salat untuk pertama kalinya di masjid ini. Sebutan Masjid Raya baru dipopulerkan pada tahun 1913 walaupun masih ada di antara jamaah yang menyebutnya dengan nama Masjid Godang artinya Masjid Besar (dalam bahasa Mandailing-Tapanuli) dan ada juga yang menyebutkannya dengan sebutan Masjid Jami’.

2. Pada tahun 1927, berdiri Masjid Awal di Pamatang Raya, Simalungun

Pernah Dibakar, Masjid Awal Jadi Saksi Penyebaran Islam di SimalungunMasjid Awal Simalungun (IDN Times/Patiar Manurung)

Pada tahun 1927, di salah satu perkampungan mayoritas nonmuslim di Simalungun, berdirilah satu masjid bernama Masjid Awal. Tepatnya berada di Jalan Saribu Dolok, Kecamatan Pamatang Raya, Simalungun, Sumatera Utara.

Uliaman Saragih selaku pengurus Masjid Awal bercerita masjid ini adalah saksi bisu penyebaran agama islam di Pamatang Raya. Bahkan ini salah satu Masjid tertua di Kabupaten Simalungun, yang berada di Pamatang Raya dan masih berdiri kokoh di kawasan penduduk mayoritas nonmuslim.

Secara fisik, bangunan Masjid Awal yang berdiri sejak tahun 1927 baru direnovasi belakangan, bahkan belum tuntas. Walau dengan model cukup sederhana, berdiri diatas lahan seluas 60 kali 50 meter, tidak jarang masjid tersebut dipadati jemaah dari luar. 

Uliaman Saragih menjelaskan, Masjid Awal diyakini berperan menyebarkan ajaran agama Islam di Simalungun khususnya di Kecamatan Pamatang Raya.

Diperkirakan, bertumbuhnya jemaah Masjid Al Rahman Pamatang Raya, yang berjarak sekitar 6 Km ke Masjid Awal mulanya dari sini. Itu sebabnya masjid ini dinamai Masjid Awal karena masjid tertua.

Baca Juga: Dibantu Umat Kristen, Muslim Minoritas Berhasil Bangun Masjid Pertama

3. Pernah dibakar dan dihancurkan Belanda pada masa perang

Pernah Dibakar, Masjid Awal Jadi Saksi Penyebaran Islam di SimalungunUliaman Saragih selaku pengurus Masjid Awal Simalungun (IDN Times/Patiar Manurung)

Pengalaman buruk juga pernah mewarnai sejarah Masjid Awal. Sempat dibakar, namun didirikan lagi oleh warga dengan cara gotong royong.

"Dulu pernah dibakar dan dihancurkan Belanda pada masa perang. Namun jemaah yang terus menjaga nilai-nilai ke-Islaman tak mau menyerah begitu saja. Tidak lama dari masa sulit berlalu, inisiatif membangun kembali dilakukan. Bentuknya berupa panggung kecil. Hanya terbuat dari papan bersegi empat," ujar saat ditemui IDN Times di rumahnya yang tidak jauh dari Masjid Awal, Jalan Saribu Dolok, Kecamatan Pamatang Raya, Simalungun, Sumatera Utara beberapa waktu lalu.

Pria berkulit agak gelap ini mengutarakan, sejarah awal Islam masuk ke daerahnya tidak lepas dari orang-orang pendatang mencari kehidupan dan tidak lama kemudian ada kembali ke daerahnya masing-masing.

"Kemudian, orangtua saya lah yang berinisiatif untuk mendirikan fisik masjid. Kita bersyukur karena semua teladan untuk saling menghormati perbedaan terus dijaga" katanya.

4. Masjid Awal jadi pemersatu warga muslim dan nonmuslim

Pernah Dibakar, Masjid Awal Jadi Saksi Penyebaran Islam di SimalungunMasjid Awal Simalungun (IDN Times/Patiar Manurung)

Pembangunan kembali dan renovasi masjid yang dinamai Masjid Awal ini, menariknya mendapat dukungan dari warga sekitar, baikdari warga muslim dan warga nonmuslim. Bahkan masyarakat nonmuslim ternyata ikut berpartisipasi menyumbang dana pembangunan.

Uliaman mengatakan kerukunan antar umat beragama telah diajarkan sejak pertama kali Masjid dibangun oleh ayahnya bernama Wilson Saragih.

"Dulu  ayah saya seorang mualaf, masuk Islam setelah menikah dengan Saimah Purba yaitu ibu saya" katanya.

Nah, toleransi di antara warga terus turun temurun, dan itu dibuktikan dengan semangat gotong royong membangun Masjid Awal.

"Bantuan berupa uang yang lahir dari keikhlasan warga sekitar. Saat membangun gereja pun jemaah masjid ikut berpartisipasi. Bantuan bentuknya suka rela, tanpa terlebih dahulu ada permohonan berupa proposal. Selain dana, bantuan tenaga juga ada," ucapnya.

"Kalau di sini saling hormat menghormati. Contohnya ada kemalangan, muda mudi saling kerja sama mau mengangkat jenazah. Ada pula yang menggali kuburan. Tidak memandang agama. Di sini juga masih ada Serikat Tolong Menolong (STM) yang sifatnya saling memberi perhatian baik suka dan duka. Kalau ada orang muslim meninggal, orang nonmuslim itu langsung ikut. Begitu sebaliknya," terangnya.

5. Berharap peran pemerintah merenovasi Masjid Awal untuk pengingat sejarah

Pernah Dibakar, Masjid Awal Jadi Saksi Penyebaran Islam di SimalungunBupati Simalungun JR Saragih (Dok. IDN Times/Istimewa)

Di balik sejarah, warga sekitar khususnya jemaah muslim yang berjumlah sekitar 60 Kepala Keluarga mengharapkan peran pemerintah untuk ikut berperan melestarikan nilai kebersamaan.

Mengingat itu semua perlu dibangun fisik masjid yang baik, apalagi masjid ini bisa disebut sebagai gerbang atau gapura masuk ke kawasan Kantor Bupati dan kawasan perkantoran Pemkab Simalungun. Hadirnya peran pemerintah diharapkan bisa menjadikan Masjid Awal sebagai objek wisata religius.

"Jemaah yang datang cukup banyak dan khususnya lima tahun terakhir ini. Makanya gedung masjid sudah bisa melakukan perbaikan secara bertahap. Jika sekarang terus berkembang, kelak akan lebih besar lagi. Pemerintah diharapkan memperhatikan pengurus masjid. Lagi pula dari segi geografis, tempat kita ini gerbang menuju kantor pemerintahan. Kadang-kadang saat salat Jumat, apalagi sholat idul fitri, tidak bisa menampung jemaah. Kita kewalahan. Kedepan, kita berharap memperbaiki fisik gedung dan halaman" kata suami dari Nuriani Purba tersebut.

Mengenai keberadaan Masjid Awal, juga dibenarkan ketua Dewan Kemakmuran Masjid Pamatang Raya, Arsyad Purba.

Ia menjelaskan, peran serta masyarakat tolak ukur perkembangan jumlah umat muslim.

Jika menilik masa lalu, masyarakat Simalungun tidak ada bedanya dengan suku batak. Tidak mengenal agama, tetapi lebih percaya terhadap tradisi nenek moyang.

Baca Juga: Memesona Banget, 10 Potret Witrie Gita Istri Wakil Bupati Dairi

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya