Mengenal Abal-abal, Peti Jenazah Suku Batak yang Semakin Langka

Abal-abal adalah peti jenazah tradisional Suku Batak. Peti ini khas dengan ukiran Gorga. Dahulu kala suku Batak ketika mereka merasakan kematiannya akan dekat, mereka memersiapkan peti terbaik untuk peristirahatan terakhirnya.
Tak heran keluarga dan temannya bahkan dirinya sendiri mempersiapkannya. Abal-abal termasuk dalam kebudayaan Suku Batak yang harus dilestarikan. Berikut beberapa hal yang perlu kamu tahu soal Abal-abal.
1. Bentuknya menyerupai perahu
Abal-abal sering disebut juga Parmualmualon yang dibikin dua sisi. Ukiran Gorga terdapat di atas atau di bagian kepala dengan campuran warna hitam, merah dan putih. Warna warna tersebut memiliki makna yang dalam untuk orang Batak. Bentuknya menyerupai perahu yang dipercaya orang Batak dahulu, perahu itu yang akan membawa arwah ke Surga.
2. Terbuat dari pohon jabi-jabi dan lainnya
Abal-Abal, peti mati orang Batak terbuat dari pohon jabi-jabi, pohon nangka, dan pohon enau. Pembuatan peti ini tidak bisa sembarangan, semua dikerjakan dengan ritual. Uniknya pembuatannya tidak menggunakan paku, hanya menggunakan pengikat dari rotan.
Baca Juga: Arwin P Manurung, Produser Hip-hop Batak dan Idealisme dalam Bermusik
3. Dahulu hanya raja dan golongan orang kaya yang diperbolehkan menggunakannya
Dahulu hanya raja, Gabe, dan golongan orang kaya yang diperbolehkan menggunakan Parmualmualon ini. Memberikan Sulangsulang so Haroapon pada saat rencana Marabalabal, pada acara Pasahathon yang diutarakan kepada seluruh keluarga.
Peti ini telah disiapkan untuk orang yang sudah tua dan kaya, punya Cuci, Cicit, Nini, Nonon. Dan dipesan jauh hari sebelum orang ini meninggal dunia.
Seorang yang mempunyai parmualmualon dikasih tahu ke Raja melalui adat hubungan kekerabatan Batak. Dalihan Na Tolu, dalam acara adat dengan memberikan Sulangsulang Hariapon ke orang dewasa tersebut dari keturunannya. Tak semuanya mampu membuat seperti itu dari orang orang Batak. Pembuatan yang lama dan sangat sulit, harganya dibilang tidak murah karena proses pengerjaannya.
4. Mulai langka kini keberadaannya
Abal-abal mulai langka dan susah ditemukan. Terutama Abal-abal Hau Sada yang dibuat dari satu kayu utuh. Di Museum Negeri Sumut disimpan.
Hau Sada hanya pernah muncul sekali dalam kurun waktu 50 tahun terakhir. Tepatnya saat pengusaha asal Sumut Sutan Raja Derianus Lungguk (DL) Sitorus meninggal dunia, 3 Agustus 2017. Harus merogoh kocek yang besar untuk memesan Hau Sada, dan DL Sitorus sudah mempersiapkannya.
Kini kebanyakan para perajin hanya membuat abal-abal biasa. Dibuat dari kayu sembarang, berbentuk rumah adat Batak. Lebih tinggi di bagian kepala. Ditambah beberapa ukiran, sesuai permintaan keluarga.
Baca Juga: 4 Fakta Menarik Ulos, Wastra Khas Suku Batak yang Mendunia