Sejarah Jembatan Trikora Batangtoru, Dihancurkan Demi Halau Belanda

Pernah dibuat dari rotan hingga konstruksi baja

Jembatan Trikora di Batangtoru merupakan penghubung antara kelurahan wek I Batangtoru dengan desa Siborang yang dipisahkan oleh sungai Batangtoru. Jembatan ini memiliki peran yang sangat penting karena berada di jalan lintas dari Padang Sidempuan menuju Batangtoru hingga ke Tapanuli Tengah.

Ternyata pada pada zaman doeloe, jembatan dinamai sebagai jembatan Perjuangan, sebab pernah diledakkan oleh pejuang Tapsel untuk menghalangi pasukan Belanda dari arah Sibolga menuju Padang Sidempuan.

Berikut sejarah Jembatan Trikora Batangtoru yang dirangkum IDN Times dari berbagai sumber. Yuk simak:

1. Awal mula jembatan terbuat dari rotan

Sejarah Jembatan Trikora Batangtoru, Dihancurkan Demi Halau BelandaJembatan gantung Batangtoru sekitar tahun 1840-1845 maish terbuat dari rotan (Dok Lukisan Franz Wilhelm Junghuhn)

Dulu suatu sungai Batangtoru jika meluap tidak mudah diseberangi. Demikian juga ketika kondisi sungai normal, arusnya tetap sangat deras. Salah satu upaya yang dilakukan oleh penduduk adalah dengan membuat jembatan suspensi yang terbuat dari rotan di atas Sungai Batang Toru.

Jembatan gantung ini hanya dapat dilalui oleh pejalan kaki saja. Dengan adanya jembatan gantung ini bagi penduduk akan memudahkan mereka menyeberang dari dan ke Kota Batang Toru. Hasil karya penduduk Batang Toru yang juga disebut rambin ini diabadikan oleh  Franz Wilhelm Junghuhn.

Seorang Belanda bernama Mr. Buys di dalam laporan perjalanannya tahun 1886 yang dimuat di dalam Jaarg Vol. 50 menyebutkan bahwa jembatan suspensi rotan ini telah diganti dengan jembatan yang lebih kencang yang terbuat dari kabel kawat telegraf yang pembangunannya selesai pada tahun 1882.

Jembatan kabel ini dapat dilalui oleh kereta kuda yang dengan sendirinya dapat meningkatkan arus orang dan barang dari Padang Sidempuan (ibukota Residen Tapanuli) ke Sibolga (pelabuhan laut).

2. Jembatan beratap seperti di Eropa dan Amerika pada abad ke-19

Sejarah Jembatan Trikora Batangtoru, Dihancurkan Demi Halau BelandaJembatan Trikora Batangtoru tahun 1915 sudah dibuat beratap (Dok commons.wikimedia.org)

Jika ekspedisi Junghuhn masuk dari teluk Tapanuli di Sibolga menuju Tapanuli Selatan, maka Belanda pertama kali masuk ke Tapanuli Selatan justru datang dari arah Natal tahun 1833.  

Pada waktu itu di Tapanuli masih suasana Perang Paderi (1825-1838). Pihak Belanda lalu mendirikan benteng Fort Elout di Panyabungan untuk menyatakan keberadaannya di Tanah Batak sekaligus basis untuk mengepung perlawanan Imam Bonjol di daerah Pasaman.

Setahun kemudian, Belanda memulai pemerintahan sipil di Tapanuli yang dipimpin Asistent Resident berkedudukan di Natal. Waktu itu wilayah Tapanuli masih bagian dari keresidenan yang berkedudukan di Air Bangis. 

Sebelum Belanda masuk ke Tapanuli Selatan kawasan selatan Tanah Batak ini terdiri dari berbagai luhat--dimana setiap luhat mempunyai pemerintah sendiri dan berdiri secara otonom dan belum pernah berada dibawah pengaruh siapapun.

Luhat-luhat yang dimaksud adalah Sipirok, Angkola, Marancar, Padang Bolak, Barumun, Mandailing, Batang Natal, Natal, Sipiongot dan Pakantan. Kemudian pada tahun 1884 Tapanuli ditingkatkan menjadi keresidenan dan mengangkat seorang Resident di Padang Sidempuan.

Pada tahap selanjutnya ibukota Tapanuli dipindahkan dari Padang Sidempuan ke Sibolga tahun 1906 sehubungan dengan kebijakan pemerintahan Belanda membagi wilayah Tapanuli menjadi tiga afdeeling, yaitu: Padang Sidempuan, Sibolga dan Tarutung. Setiap afdeeling dipecah menjadi onderafdeling.

Jembatan yang dulu terbuat dari rotan/kabel kawat telegraf kemudian dibangun jembatan besi yang lebih permanen. Dalam perkembangannya jembatan ini kemudian ditingkatkan mutunya dengan jembatan yang lebih kuat yang pengerjaannya dilakukan pada tahun 1915. Jembatan baru ini dibuat beratap. Jembatan beratap semacam ini di Eropa dan Amerika biasanya dibangun pada abad ke-19.

3. Pernah dirusak untuk menghalau Belanda masuk ke Sidimpuan

Sejarah Jembatan Trikora Batangtoru, Dihancurkan Demi Halau BelandaPada masa agresi militer Belanda 1948 jembatan Trikora pernah dirusak pejuang Indonesia untuk menghalangi pasukan Belanda dari arah Sibolga menuju Padang Sidempuan. (Dok. Instagram @jurnaltabagsel)

Jembatan Batang Toru kemudian diperbaiki dengan konstruksi baja sebagaimana dapat dilihat dalam foto yang direkam antara 1936-1939.

Pada masa ageresi militer Belanda 1948 jembatan ini pernah dirusak ketika masa agresi Belanda. Ini merupakan salah satu taktik dari para pejuang Indonesia untuk menghalau laju pasukan Belanda menuju Padangsidimpuan yang saat itu merupakan basis perjuangan di wilayah Tapanuli Selatan.

Dengan banyaknya gambaran momen ini yang bisa diakses di laman situs Belanda membuktikan bahwa momen ini merupakan salah satu bentuk perlawanan hebat, bentuk perlawanan yang besar dan bersemangat, dengan jiwa bergelora untuk merdeka, para pejuang Tapanuli menghalau dengan nyawa melawan berkuasanya lagi Belanda di Indonesia.

Pada masa kini, jembatan Batang Toru tetap menjadi penghubung yang strategis antara Batang Toru dengan Padang Sidempuan.

Baca Juga: Ojol yang Viral di Pesawat Ternyata Anggota DPRD Medan Erwin Siahaan

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya