Cerita Rakyat Batak Angkola yang Banyak Dikenal Masyarakat

Ada kisah Na Mora Pande Bosi

Cerita rakyat Batak Angkola diambil dari minimnya fakta sejarah dan peninggalan yang mulai kabur. Akibatnya, alur penyebaran nenek moyang pada daerah tersebut tidak dapat terdeteksi dengan baik.

Cerita dari masyarakat dipadukan dengan sejarah Kerajaan Batak Kuno. Yuk simak:

Baca Juga: Kisah Mistis Kursi Mr. Robert di Mess PTPN 4 Pabatu, Pindah Sendiri

1. Na Mora Pande Bosi

Cerita Rakyat Batak Angkola yang Banyak Dikenal MasyarakatIDN Times/Fadli Syahputra

Na Mora Pande Bosi adalah orang yang memilih mundur untuk menyelamatkan nyawanya. Namun, dia adalah seorang pahlawan dari negeri Bugis. 

Malaka telah jatuh ke tangan Portugis, satu-satunya cara, dia harus melewati jalur darat Labuhan Ruku sampai Negeri Baru. Daeng Mela, yang juga merupakan nama sapaannya bercerita tentang keahliannya dalam kerajinan besi kepada seorang raja bernama Hatongga. 

Daeng Mela juga pandai dalam hal konstruksi atau membuat barang-barang yang bermanfaat, seperti cangkul, bahkan tombak. Dengan keahlian itu, beliau sampai membuat kagum seisi kampung, sekaligus Raja Hatongga. 

Sang raja ternyata memiliki seorang adik bernama Lenggana. Direstuinya sang pahlawan untuk menikah dengan sang adik dan akhirnya diberi marga Lubis.  Maharnya sederhana, yakni tiga helai kain tenun yang digunakan untuk keperluan bertani. Setiap kebutuhan, dari rumah hingga tanah telah disediakan oleh raja. 

Mereka melahirkan dua anak berparas kembar yang dinamai Sutan Bugis dan Sultan Berayun. Suatu ketika, sang suami pergi berburu ke Hamaya Tinggi yang dikenal sebagai tempat angker dan jauh. 

Tiba-tiba dia bertemu dengan seorang gadis penyumpit, kemudian terpesona. Tidak pula disangka, mereka berdua menikah dan membuat heboh Raja Hatongga yang langsung bergerak, mencari Daeng Mela ke mana-mana. Sampai ketika gong sakti dibunyikan, Na Mora Pande Lubis kembali pulang dengan keris tanpa sarung. 

Ternyata, dia telah memiliki anak lagi bernama Langkitang dan Baitang. Namun, dua anak itu diusir dan akhirnya pergi ke Singengu, yakni pegunungan tinggi. Di sana, salah satu anak, yaitu Langkitang menyumpahi supaya keluarga Daeng Mela punah. Demikian sumpah tersebut didengar oleh Mpu Mula Jadi Nabolon dan keturunan Lubis tidak bisa diteruskan lagi.

2. Benteng Huraba

Cerita Rakyat Batak Angkola yang Banyak Dikenal Masyarakatsten_jansen2487

Sisa meriam pasukan Belanda, beberapa benteng, dan relief sejarah Belanda melekat pada Huraba. Dari persaingan sengit ini, Huraba dapat dipertahankan hingga 5 Mei 1943. Banyak yang gugur dan menderita, 27 pejuang bangsa, 16 dari angkatan darat, dan 11 dari POLRI. 

Tertulis 17 Agustus 1945 pada meriam bersejarah itu. Lokasinya sekarang berada di Kecamatan Batang Angkola, Kabupaten Tapanuli Selatan. Meriam dan Benteng Huraba sebagai pertahanan rakyat menjadi bukti dari sejarah Indonesia. 

Beberapa orang memberikan review seperti ini: “Masa liburanku begitu menyenangkan. Halaman Padang Sidempuan memberikanku banyak wawasan. Jangan sampai objek wisata Indonesia, sekaligus cerita rakyat Batak Angkola diliput oleh masa."

3. Penggabungan Wilayah Kewedanan (Afdeling)

Cerita Rakyat Batak Angkola yang Banyak Dikenal MasyarakatWikimedia Commons (G.L. Kepper: Wapenfeiten van het Nederlandsch-Indisch leger)

Ada pula cerita rakyat Batak Angkola yang masih berlanjut setelah kejayaan Rajendra. Dipercaya, ada wabah Lepra yang melanda daerah tersebut. Pada kekosongan kekuasaan, suku-suku lain mulai menyelinap masuk. Dikisahkan kembali bahwa keturunan Sitamiang yang sempat mengembara ke daerah Toba, kembali lagi ke daerah Angkola. 

Mereka terkejut melihat suku-suku India, begitu pun suku-suku batak lainnya. Karena itulah, Angkola memiliki kekerabatan dengan Toba.

Akhirnya, terjadilah kewedanan atau penggabungan wilayah. Saat ini, Angkola lebih dikenal sebagai nama daerah. 

Itu dia cerita rakyat Batak Angkola yang menyangkut bagaimana Angkola bisa berdiri, hingga sekarang. Setelahnya, marga-marga, seperti Siregar, Harahap, atau Pohan mulai melekat pada perkembangan masyarakat.

Baca Juga: 8 Satwa Terancam Punah yang ada di Taman Nasional Gunung Leuser

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya