Sulit Dilupa, Buka Puasa di Masjid Bareng Keluarga

Ramadan seakan punya cara sendiri mengakrabkan keluarga

Intinya Sih...

  • Ramadan menjadi momen untuk mengakrabkan keluarga, merapatkan yang renggang, dan menyatukan yang terpisah.
  • Ayah dari tiga putra memotivasi anak-anaknya berpuasa dengan cara bertanya menu buka puasa apa yang mereka inginkan.
  • Keluarga tersebut mengalami pengalaman unik dengan berbuka puasa bersama di Masjid Al Musabbihin, Medan.

Medan, IDN TimesRamadan seakan punya cara sendiri mengakrabkan keluarga, merapatkan yang renggang, dan menyatukan yang terpisah. Setidaknya itu yang saya maknai.

Saya adalah seorang ayah dari tiga putra. Si Sulung bernama Azzam (11 tahun), Si Tengah Attaya (9 tahun), dan Si Bungsu Abizar (3 tahun). Sejak Usia 7 dan 5 Tahun, Azzam dan Attaya sudah saya latih berpuasa. Namun baru 3 tahun belakangan mereka bisa berpuasa penuh.

Meski bekerja dengan skema WFH sejak COVID 2019, namun saya banyak menghabiskan waktu di kafe atau numpang di kantor temen untuk ngupload berita. Makan malam bersama atau salat Magrib berjamaah adalah sesuatu yang langka terjadi.

Namun saya membuat pengecualian di Bulan Ramadan. Sebanyak mungkin saya luangkan waktu untuk Berbuka Puasa bersama istri dan anak-anak. Kemudian dilanjutkan dengan Magrib berjamaah.

Setelah sahur, untuk memotivasi Azzam dan Attaya saya selalu tanya mau berbuka puasa dengan menu apa atau berbuka puasa dimana. Jika berhasil menahan puasa hingga jelang Magrib, saya akan langsung mengabulkan permintaannya saat berbuka puasa.

Permintaannya kadang aneh-aneh: Buka Puasa pakai Jus Kurma, Timun Suri, Donat kentang, atau  takjil unik lain. Ada juga permintaan Buka Puasa di resto pizza atau ayam Kentucky. Semua saya kabulkan.

Nah, Ramadan tahun lalu saya temukan permintaan yang agak unik dari Si Sulung: “Buka puasa Bersama di Masjid Sekolah.” Pertama saya agak kaget mendengarnya. Kemudian Si Sulung bercerita bahwa ada temannya yang tinggal tidak jauh dari sekolah dan kerap berbuka puasa bersama di masjid dekat sekolah. "Rame yah yang buka di sana," ujarnya.

Namanya Masjid Al Musabbihin, tak jauh dari rumah pribadi Wali Kota Medan Bobby Nasution. Dari cerita Azzam, selain ramai banyak jenis makanan yang disajikan dan bebas pilih apa saja untuk dimakan dan diminum sepuasnya. Yang lebih membuatnya excited, berbukanya lesahan di teras masjid, membuat suasana berbuka akrab dan seru.

Jujur ini belum pernah terpikirkan oleh saya untuk mengajak keluarga berbuka puasa bersama di masjid. Kali terakhir saya buka puasa di masjid saat masih ngekos masa kuliah dulu. Buka puasa dari masjid ke masjid adalah strategi bertahan hidup alias menghemat pengeluaran, hihihi! Favorit saya adalah Masjid Al Jihad, karena selain dapat takjil juga dapat nasi kotak makan malam untuk dibawa pulang.

Meski ide itu agak antimainstream bagi keluarga kami, tapi tidak mengapa, saya kabulkan. Kami berlima sekeluarga pergi. Anak-anak senang bukan kepalang.

Betapa tercengangnya saya saat tiba sekitar pukul 18.00 WIB, sudah ada ratusan orang yang duduk bersila di halaman masjid yang ukurannya tidak terlalu luas itu. Semua tamu yang datang ke masjid tidak ada yang mengantri, harus langsung duduk di tempat yang disediakan.

Semua hidangan akan diantar oleh petugas. Seakan gak berhenti, mulai dari air mineral, teh manis panas, kurma, buah semangka, bubur ayam, kolak dan nasik kotak datang bergantian ke hadapan kami.

Dalam hati saya, unik juga cara ini. Ratusan orang yang datang tidak perlu berdesakan berebut makanan. Nyaman buat keluarga yang membawa anak-anak seperti saya. Memang faktanya, sebagian besar yang datang ke masjid ini adalah keluarga.

Meski saya tahu semua hidangan takkan habis dilahap, tapi saya senang dengan reaksi anak-anak. Mereka sangat gembira melihat berbagai jenis hidangan dan yang lebih penting mereka merasakan kehangatan dan kebersamaan keluarga pada Bulan Ramadan. Tak penting tempatnya dimana, yang terpenting bersama siapa.

Selesai magrib berjamaah dan hendak pulang, Mereka langsung nagih minta datang kemari lagi pada hari puasa berikutnya. Ya, saya kabulkan lagi. Ada sekitar 3-4 kali buka Puasa Bersama di Masjid Al Musabbihin tahun lalu.

Dari yang saya ketahui, pada Senin-Jumat masjid ini menyediakan makanan buka puasa bersama untuk 400-600 porsi. Sedangkan pada Sabtu dan Minggu berkisar 1.000-12.000 porsi.

Ramadan tahun ini, saya masih pakai metode yang sama. Selalu bertanya pada anak-anak ingin berbuka puasa pakai menu apa setiap hari. Kata mereka salah satu list wajib adalah buka Puasa Bersama di Masjid Al Musabbihin lagi.

Pada Ramadan kelima pekan lalu akhirnya kami buka puasa bersama keluarga di Masjid Al Musabbihin lagi. Suasana riuhnya masih sama, menu yang dihidangkan malah makin banyak. Dalam hati saya berucap: Kebersamaan di bulan Ramadan seperti ini yang sulit terulang lagi.

Upaya saya sesering mungkin berbuka bersama keluarga di Bulan Ramadan bukan hanya soal apa yang akan kami makan, tetapi tentang membuat kenangan.

Saya ingin Ramadan menjadi bulan yang sangat mereka rindukan setiap tahun. Ramadan menjadi bulan istimewa yang akan mereka sambut dan jalani dengan suka cita. Bahkan kelak ketika anak-anak sudah berkeluarga, mereka akan melakukan hal yang sama bersama keluarga mereka masing-masing.

Berharap mereka juga bisa memaknai bahwa Ramadan seakan punya cara sendiri mengakrabkan keluarga, merapatkan yang renggang, dan menyatukan yang terpisah.(*)

Baca Juga: Kuah Beulangong di Aceh Sepakat Disajikan Hingga Malam Nuzulul Qur'an

Topik:

  • Arifin Al Alamudi
  • Yogie Fadila

Berita Terkini Lainnya