Zikir Akbar Nasional yang digelar di gedung Serba Guna Pemprov Sumut di Jalan Pancing, Deli Serdang (Dok. Tim penyelenggara)
Dia menjelaskan, salah satu ciri utama tarikat Naqsyabandiyah adalah amalan zikir yang disebut dengan al-faqr. Zikir ini mengajarkan kehadiran hati dan penyucian jiwa. Tarekat ini mengajarkan kelurusan pikiran, kelembutan jiwa, akhlak mulia, serta menjauhi sifat kasar atau merusak. Zikir yang diajarkan adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan penuh kesadaran dan ketulusan. Di Amerika Serikat pun, tarekat Naqsyabandiyah mulai berkembang.
"Saya sendiri pernah tinggal lama di sana dan melihat langsung pergerakan spiritual ini. Bahkan orang yang membawa ajaran Naqsyabandiyah ke Indonesia adalah nenek saya sendiri di Sulawesi Selatan. Kakek-nenek kami berasal dari garis keturunan pengamal Naqsyabandiyah selama beberapa generasi," jelasnya.
Prof. Nasaruddin menuturkan, tarekat adalah jalan kebenaran, jalan yang mempercepat kedekatan kepada Allah. Karena itu pengamal tarikat tidak boleh sombong. Harus mengikuti akhlak para pendiri tarekat, seperti Syekh Bahauddin Naqsyaband maupun ulama lainnya.
Maka itu, biarkanlah tarekat berkembang di mana pun. Tarekat mengajarkan kasih sayang, kebersihan hati, dan akhlak mulia. Jika hendak menciptakan masyarakat yang baik, maka tarekat perlu diberi ruang berkembang.
Dalam kegiatan tersebut, sejumlah kepala daerah juga terlihat hadir, seperti Gubernur Sumatera Utara Bobby Afif Nasution. Zikir dipimpin langsung oleh Pengasuh Tertinggi Buya Syekh Muhammad Ali Idris Silsilah Ke-39, PPITTNI.
Buya menyampaikan, saat ini, untuk mencapai Indonesia Emas, baik sebagai negara maupun sebagai pemerintahan, tidak ada yang lebih baik dari diri kita sendiri. Karena bangsa Pancasila itu ada, dan merupakan satu-satunya bangsa yang berlandaskan nilai luhur tersebut.
Sejak awal keberadaannya, nilai-nilai Pancasila sudah dicari dan digali oleh para pendahulu. Mereka dahulu menamainya Pancasila. Itulah pedoman yang disepakati, yakni hidup dalam kekeluargaan, kebersamaan, dan persatuan.
"Untuk dapat menghayati dan mengamalkan Pancasila, serta menjalankan nilai-nilainya, kita perlu memahami bahwa nilai-nilai itu pernah diwujudkan oleh para leluhur kita. Para leluhur bangsa kita memiliki konsep kesatuan dalam proses perjuangan mereka, tersirat konsep yang kini kita kenal sebagai Pancasila," ujarnya.
Selanjutnya adalah nilai ketuhanan. Banyak ajaran tentang ketuhanan yang menekankan bahwa manusia yang dekat dengan Tuhan tidak akan mudah melakukan dosa. Bila seorang manusia sudah dekat dengan Allah, atau secara umum dengan Tuhan, maka ia tidak akan lagi mudah terjerumus dalam perbuatan yang merusak.
Orang yang dekat dengan Tuhan akan menjalankan aturan agamanya. Bila semua orang menjalankan ajaran agamanya dengan baik, maka aturan dalam masyarakat dan negara juga akan berjalan baik. Dengan begitu, Indonesia akan berkembang, dan dunia pun ikut merasakan kemajuannya. Itulah makna ketuhanan: manusia mendekatkan diri kepada Tuhan, tidak melakukan hal-hal yang melanggar ajaran-Nya.
"Karena agama berasal dari Tuhan, maka jangan sekali-kali merendahkan agama lain. Agama berfungsi sebagai jalan bagi manusia untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Tanpa agama, manusia akan jauh dari Tuhan, dan bila jauh dari Tuhan maka kekacauan dapat terjadi di bumi," ungkap Buya.