Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IBM Think Singapore 2025 (IDN Times/Fatkhur Rozi)
IBM Think Singapore 2025 (IDN Times/Fatkhur Rozi)

Intinya sih...

  • AI menjadi tulang punggung sektor energi modern

  • Adopsi AI dalam operasi utama perusahaan utilitas meningkat

  • Asia Tenggara bergerak cepat dalam transformasi energi berbasis AI

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Medan, IDN Times- Kecerdasan buatan (AI) muncul sebagai tulang punggung baru sektor energi modern. Para eksekutif energi global menilai bahwa AI kini bukan lagi pelengkap, melainkan infrastruktur fundamental dalam pengelolaan sistem energi.

Survei IBM Institute for Business Value (IBV) terhadap 100 eksekutif utilitas menunjukkan bahwa 94 persen dari mereka memperkirakan AI akan berkontribusi signifikan pada pertumbuhan pendapatan dalam tiga tahun ke depan, sementara 88 persem menilai AI sebagai sumber keunggulan kompetitif utama.

Sebanyak 74 persen merasa AI akan mendorong inovasi yang mengganggu model bisnis tradisional, dan 70 persen meyakini AI akan membuka ruang ekspansi layanan baru yang sebelumnya tidak mungkin dilakukan.

1. Temuan IBM dalam studi CEO dan COO 2025

Ilustrasi penerapan teknologi AI./Dok IBM

Penilaian ini selaras dengan temuan IBM dalam studi CEO dan COO 2025. Dalam studi tersebut, 60 persen CEO energi dan utilitas di seluruh dunia menyatakan bahwa organisasi mereka telah mengadopsi agen AI dan siap memperluas penerapannya. Di saat yang sama, 61 persen COO menyebutkan bahwa potensi peningkatan produktivitas dari otomatisasi dan AI begitu besar sehingga perusahaan harus berani mengambil risiko lebih besar untuk tetap kompetitif. Separuh dari COO menyatakan bahwa investasi AI akan menjadi katalis percepatan inovasi.

Pergeseran dari konsep menuju implementasi nyata pun semakin terlihat. Dua dari lima perusahaan utilitas di dunia kini menggunakan AI dalam operasi utama mereka, mulai dari optimalisasi tenaga kerja lapangan, pemeliharaan prediktif, dan manajemen pemadaman hingga manajemen permintaan serta integrasi energi terbarukan. Pada 2028, adopsi AI dalam pemantauan dan optimalisasi jaringan diperkirakan melonjak hingga 92 persen, dari hanya 26 persen pada tahun 2025, menunjukkan lonjakan eksponensial peran AI dalam transisi energi global.

Di lapangan, AI mengubah cara perusahaan utilitas bekerja dari hulu ke hilir. Dalam peramalan energi terbarukan, teknologi AI mampu menganalisis pola cuaca, data historis, serta masukan real-time untuk menghasilkan prediksi yang jauh lebih akurat. Sebuah perusahaan penyaluran listrik di Australia, misalnya, tercatat berhasil meningkatkan akurasi peramalan lebih dari 30 pers serta mempercepat waktu produksi peramalan lebih dari 90 persen, membantu operator jaringan menyeimbangkan pasokan dan permintaan secara lebih efektif.

Dalam pemantauan jaringan listrik, solusi berbasis AI seperti GridFM menggabungkan data cuaca, pola beban, sistem SCADA, smart meter, dan citra satelit untuk memprediksi pemadaman, menganalisis skenario darurat, mengoptimalkan aliran daya, dan memperkirakan output energi terbarukan secara terintegrasi. Teknologi ini menciptakan jaringan listrik yang lebih adaptif, tangguh, dan efisien.

2. Dampak langsung AI terhadap performa jaringan pun signifikan.

ilustrasi panel surya sebagai energi terbarukan (unsplash.com/American Public Power Association)

AI juga memungkinkan manajemen aset terdistribusi seperti panel surya atap, baterai, dan stasiun pengisian kendaraan listrik menjadi lebih cerdas, membentuk pembangkit listrik virtual yang dapat menyeimbangkan suplai dan permintaan energi.

Dalam pemeliharaan aset, teknologi AI yang dikombinasikan dengan IoT dan computer vision memungkinkan perusahaan mendeteksi potensi kerusakan peralatan sebelum terjadi kegagalan. National Grid di Amerika Serikat, misalnya, memanfaatkan robotika canggih dan solusi AI untuk memantau infrastruktur kritis yang tersebar luas, sehingga memperpanjang umur aset dan meningkatkan keselamatan pekerja. Pada sisi pelanggan, perusahaan utilitas mulai mengintegrasikan layanan energi cerdas berbasis AI, seperti visualisasi penggunaan energi real-time, chatbot cerdas, dan analitik tagihan listrik yang memungkinkan pelanggan mengelola konsumsi energi secara lebih efisien.

Dampak langsung AI terhadap performa jaringan pun signifikan. Para eksekutif utilitas melaporkan peningkatan keandalan layanan sebesar 10 persen, peningkatan waktu operasional jaringan 11 persen, serta peningkatan akurasi peramalan beban sebesar 12 persen. Pada saat yang sama, kerugian energi teknis menurun 7 persen, kerugian non-teknis seperti pencurian listrik turun 9 persen, dan waktu tanggap insiden berkurang 11 peren. Dari sisi bisnis, AI meningkatkan efisiensi energi 10 persen, kepuasan pelanggan 10 persen, produktivitas karyawan 11 persen, dan menurunkan emisi karbon sebesar 10 persen, belanja modal 9 persen, serta biaya operasional 8 persen.

Kontribusi pendapatan berbasis AI bagi perusahaan utilitas diperkirakan meningkat dari 11 persen pada 2025 menjadi 15 persen pada 2028. Untuk perusahaan utilitas dengan nilai sekitar US$15 miliar, ini berarti potensi tambahan pendapatan hingga US$600 juta dari ekspansi penerapan AI.

3. Asia Tenggara menjadi wilayah yang bergerak cepat dalam transformasi energi berbasis AI

Chaterine Lian (dok.IBM)

Asia Tenggara menjadi wilayah yang bergerak cepat dalam transformasi energi berbasis AI. Hibiscus Petroleum Berhad di Malaysia memanfaatkan IBM Maximo untuk pengelolaan aset tingkat lanjut. Meralco PowerGen Corporation di Filipina mengadopsi Maximo Application Suite untuk meningkatkan efisiensi operasional pembangkitnya.

Di Indonesia, PLN Icon Plus memanfaatkan teknologi yang sama untuk memperkuat keandalan layanan sekaligus mendukung komitmen keberlanjutan perusahaan. Energy Market Company di Singapura menggunakan IBM Power untuk memastikan pasar listrik wholesale negara tersebut beroperasi dengan kinerja tinggi dan keandalan maksimal.

Cirebon Energi Prasarana (CEPR) bahkan menjadi salah satu pembangkit listrik pertama di Indonesia yang menerapkan sistem permit-to-work (PTW) digital terpadu dalam skala besar melalui IBM Maximo Application Suite, yang menyinkronkan manajemen aset, keselamatan, dan alur kerja operasional dalam satu platform terintegrasi.

“Kolaborasi IBM dengan perusahaan penyedia energi dan layanan di kawasan ini berakar pada pemanfaatan teknologi untuk mentransformasi cara pengelolaan infrastruktur kritis,” ujar Catherine Lian, General Manager dan Technology Leader IBM ASEAN dalam media breafing, Jumat (5/12/2025).

Ia menegaskan bahwa AI kini memungkinkan utilitas beralih dari operasi reaktif menuju prediktif, sekaligus mengintegrasikan energi terbarukan secara lebih besar. "Dengan Asia Tenggara diproyeksikan menjadi pendorong 25 persen pertumbuhan energi global pada 2035, pemeliharaan prediktif berbasis AI bukan lagi pilihan, tetapi infrastruktur fundamental bagi sistem energi yang tangguh dan berkelanjutan," tutupnya.

Editorial Team