Penembakan Remaja di Belawan, Polisi di Sumut Gagal Mereformasi Diri

Pegiat HAM: Harus diusut tuntas, momentum evaluasi Polri

Medan, IDN Times – Penembakan terhadap Rio Fahrezi (17) yang diduga dilakukan polisi belum menemukan titik terang. Sampai saat ini, polisi belum mengumumkan sudah sejauh mana hasil penyelidikan yang dilakukan.

Peristiwa penembakan di dalam aksi tawuran masyarakat Jalan makam Pahlawan, Lorong Kenangan, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan, Selasa (19/1/2024) memantik publik bersuara. Kritik keras datang dari pegiat Hak Asasi Manusia (HAM).

Pegiat HAM Amin Multazam Lubis berpendapat, peristiwa penembakan di Belawan menjadi cermin buruk kepolisian di Sumatra Utara. Polisi dinilai telah menggunakan kekuatan berlebih dalam penanganan tawuran yang terjadi.

“Kepolisian kembali mempertontonkan tabiat mereka yang secara serampangan memakai wewenang penggunaan kekuatan. Jauh dari prinsip legalitas, nesesitas, proporsionalitas dan akuntabilitas. Fakta semacam ini tentu menyedihkan. Mengingat reformasi kepolisian sudah berjalan puluhan tahun, tapi dalam hal fundamental seperti ini saja kepolisian belum juga bisa menuntaskannya,” kata Amin, Rabu (24/1/2024).

1. Penembakan terhadap Rio dinilai sebagai pembunuhan di luar proses hukum

Penembakan Remaja di Belawan, Polisi di Sumut Gagal Mereformasi Diriilustrasi penembakan (IDN Times/Mardya Shakti)

Tidak hanya penggunaan kekuatan berlebihan. Kata Amin, meninggalnya RF yang diduga kuat karena ditembak polisi dikategorisasikan sebagai pembunuhan di luar hukum (extra judicial killing).

“Jelas ini kejahatan serius. Bentuk nyata pelanggaran HAM melalui praktik penghukuman yang keji dan tidak manusiawi. Apalagi dari informasi pihak keluarga, korban ke luar rumah dengan maksud hendak membeli nasi. Jika benar, maka dia bukan bagian dari masa yang terlibat tawuran. Jadi semakin berlipat ganda pula dugaan bentuk pelanggaran yang aparat polisi lakukan,” katanya.

2. Keluarga harus memperjuangkan keadilan untuk korban

Penembakan Remaja di Belawan, Polisi di Sumut Gagal Mereformasi DiriIlustrasi korban di rawat petugas medis (IDN Times/Sukma Shakti)

Amin mendesak agar penembakan yang dialami Rio diusut tuntas. Tidak hanya menghukum pelaku dengan aturan yang ada. Kasus ini harus dijadikan momentum mendorong kepolisian, untuk mendorong pembenahan total dalam konteks penggunaan senjata api. Apalagi, kejadian ini berpotensi terus berulang jika dibiarkan begitu saja.

“Kejadian berulang seperti ini tidak layak lagi kita identifikasi sekedar perbuatan oknum. Lebih jauh dari itu sudah menyentuh sistem. Untuk itu perlu keterlibatan aktif institusi-insitusi lain seperti Komnasham, DPR maupun Kompolnas dalam menyelesaikan persoalan ini,” tukasnya.

Kata Amin, harus ada audit pengguaan senjata api di kepolisian secara berkala. Hasil audit itu harus diumumkan secara transparan kehadapan publik, sehingga setiap peluru, dikeluarkan untuk apa, dalam kondisi apa dan siapa saja sasaran yang ditembak bisa terindentifikasi dengan jelas.

“Kami berharap pihak keluarga konsisten memperjuangkan keadilan atas kasus ini. Pelaku utama dan semua unsur yang terlibat harus menjalani proses hukum sesuai aturan yang berlaku. Masyarakat sipil juga wajib terlibat mengawal kasus ini. Dengan begitu, peluang melahirkan penegakan hukum yang tegas dan berkeadilan bisa terwujud. Hukuman yang tegas bagi pelaku secara langsung maupun tidak langsung dapat mencegah kejadian serupa terulang lagi di kemudian hari,” katanya.

Amatan Amin, dalam kasus-kasus seperti ini biasanya tidak jarang korban atau pun keluarganya diimingi dengan perdamaian. Dalil yang biasa digunakan adalah restorative justice.

“Mendamaikan kasus-kasus kekerasan aparat terhadap warga sipil dalam hemat saya hanya akan menumbuh suburkan benih benih kejadian serupa di kemudian hari,” pungkasnya.

3. Peluru menembus kepala Rio

Penembakan Remaja di Belawan, Polisi di Sumut Gagal Mereformasi DiriIlustrasi jenazah. (IDN Times/Mardya Shakti)

Malam itu tawuran antar masyarakat pecah di kawasan padat penduduk tersebut. Saat itu juga, Rio ke luar dari rumah, sekadar ingin membeli makanan.

Rio kemudian diduga terjebak di dalam keramaian massa. Di dalam video yang diterima IDN Times, ada dua mobil polisi yang melintas saat tawuran terjadi. Kemudian ada suara yang menyebut Rio ditembak. Dari keterangan saksi di lokasi, Rio ditembak dari dalam mobil. Sebelum tertembak, Rio sedang jongkok di pinggir jalan. Penembakan diduga dilakukan dari jarak dekat.

Korban sempat dibawa ke rumah sakit. Nyawanya tidak tertolong. Hasil pemeriksaan menunjukkan, ada peluru yang menembus dari bagian dahi hingga kepala belakang Rio.

Terpisah, Kepala Bidang Humas Polda Sumut Komisaris Besar Hadi Wahyudi menyampaikan, sampai saat ini pihaknya masih melakukan penyidikan. Baik soal tawiran, terlebih penembakan yang terjadi. Pihaknya juga sudah memeriksa sejumlah anggota polisi Polres Belawan di Bidang Profesi dan Pengamanan Polda Sumut. Namun Hadi enggan merinci berapa orang yang diperiksa. 

“Masih berproses,” ujar Hadi, Rabu (24/1/2024) petang.

Selain itu, pihaknya juga sudah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). Namun Hadi belum mengetahui, kapan kasus itu akan dipublikasi ke pada masyarakat.

Kasus penembakan terhadap Rio bukan yang pertama kali terjadi di Belawan. Pada November 2022 lalu, polisi dari Polres Belawan diduga menembak Iwan alias Nasib di Keluarahan Pekanlabuhan, Kecamatan Medanlabuhan, Kota Medan.. Penembakan itu terjadi saat polisi melakukan penangkapan terhadap Iwan. Dia dituduh menjadi bandar sabu-sabu.

Saat itu, kasus Iwan juga didampingi LBH Cakra Keadilan. Versi keluarga menyebut, Iwan ditembak saat sedang duduk-duduk di depan rumah anaknya.

Tidak ada orang yang menyaksikan penangkapan. Karena saat itu anak Iwan tengah pergi ke warung. Satu anaknya lagi tengah bekerja.

Baca Juga: Guru Honorer Langkat Desak Polda Sumut Usut Kecurangan Seleksi PPPK

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya