Orangutan Masuk Kebun Warga Ditangkap, Diduga Ada Luka Tembak 

Warga inisiatif menangkap karena tidak dapat sosialisasi

“Mawas, mawas,” ujar laki-laki sambil merekam video satu individu orangutan yang berupaya menghindar dari kejaran di Dusun Kutakendit, Desa Kutapengkih, Kecamatan Tigabinanga, Kabupaten Karo, Jumat (20/1/2023).

Pagi sekitar pukul 10.00 WIB masyarakat berkumpul di perladangan. Mereka berupaya mengusir mawas orangutan) jantan yang masuk ke perladangan.

Merasa terdesak, orangutan yang diperkirakan berusia pra dewasa itu, naik ke rumpun bambu. Masyarakat kemudian menggoyang-goyang batang bambu. Orangutan terus berpindah dari batang satu ke lainnya. Hingga dia tersudut tidak bisa berpindah lagi, masyarakat memotong rumpun bambu tempat orangutan berada.

Orangutan sumatra (pongo abelii) itu jatuh. Warga menangkap orangutan itu sekitar pukul 18.00 WIB. Mereka mengikat dan menggotongnya ke pemukiman.

Puluhan orang terlibat menangkap orangutan tersebut. Disaksikan petugas kepolisian yang datang ke lokasi. Setelah ditangkap, orangutan ditempatkan ke dalam gudang kosong Puskesmas Pembantu (Pustu) Desa Kutapengkih. Mereka memberinya buah dan air minum. Supaya orangutan tetap hidup.

Di saat yang sama masyarakat bingung. Lantaran tidak tahu siapa yang akan mengevakuasi satwa berstatus terancam punah (Critically Endangered/CR) itu dari desa.

Mendapat informasi tersebut, Tim Human Orangutan Conflict Respon Unit (HOCRU) dari Yayasan Orangutan Sumatera Lestari – Orangutan Information Centre (YOSL-OIC) dan dokter dari The Sumatran Orangutan Conservation Programme (SOCP) langsung berangkat ke lokasi. Tim harus menempuh jarak sekitar 137 Km dari Kota Medan. Tim tiba di lokasi pada Sabtu (21/1/2023) sekitar pukul 04.00 WIB.

Tim langsung mengecek kondisi orangutan tersebut. Kondisinya dalam keadaan lemas. Ada luka di tangannya. Luka itu diduga karena dia mencoba membuka tali yang melilit di tangannya.

Dokter Hewan Yenny Saraswati dan timnya melakukan pengecekan setelah membius orangutan tersebut. Pengecekan sederhana dilakukan. Luka di tangannya dibersihkan.

“Ada beberapa luka,” ujar Yeni singkat.

Dia tidak mendetil soal kondisi orangutan tersebut. Dia masih harus melakukan general check up untuk melihat kondisi keseluruhan kesehatan satwa endemik Indonesia itu.

Tim kemudian memasukkan orangutan ke dalam kandang angkut. Mereka kemudian membawa orangutan tersebut ke stasiun karantina orangutan, Batumbelin, Kabupaten Deli Serdang yang dikelola oleh SOCP.

1. Baru pertama kalinya orangutan masuk ke kebun warga

Orangutan Masuk Kebun Warga Ditangkap, Diduga Ada Luka Tembak Perkebunan warga di kawasan Liang Melas Datas, Kabupaten Karo berbatasan langsung dengan kawasan hutan. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Kepala Desa Kutapengkih Terpilih Eddy Syahputra Sembiring kembali menceritakan, ini adalah kali pertama orangutan masuk ke perkebunan milik warga. Selama ini warga memang sering bertemu dengan orangutan, namun tidak pernah berkonflik. Namun lokasinya di pinggiran hutan.

Lokasi perkebunan warga memang berbatasan dengan kawasan hutan. Bahkan, ada yang berada dekat Taman Nasional Gunung Leuser.

“Kalau di hutan kami biarkan saja. Karena sudah jauh kali Jadi desakan masyarakatnya,kami upayakan. Kalau pun diusir ke hutan khawatirnya datang lagi,” kata Eddy.

Kata Eddy, saat ditangkap, orangutan masih dalam keadaan sehat. Orangutan juga memberontak. Saat menemukan orangutan masuk ke perkebunan, mereka langsung melapor ke Bhabinkamtibmas setempat. Makanya, polisi juga ikut saat melakukan penangkapan.

Masyarakat juga sepakat tidak menembak orangutan dalam melakukan penangkapan. Karena mereka tidak ingin orangutan itu mati.

“Kemarin kami sudah konfirmasi ke kepolisian, sementara kami mengusahakan penangkapannya. Kemarin, jika tidak ada desakan masyarakat, kami berencana mengusirnya ke hutan. Gak usah ditangkap,” ujarnya.

2. Masyarakat tidak paham orangutan berstatus dilindungi karena tidak pernah dapat edukasi

Orangutan Masuk Kebun Warga Ditangkap, Diduga Ada Luka Tembak Proses evakuasi orangutan sumatra yang ditangkap warga karena masuk perladangan di Desa Kutapengkih, Kecamatan Mardingding, Kabupaten Karo, Sumatra Utara, Sabtu (21/1/2023). (IDN Times/Prayugo Utomo)

Kata Eddy, warga terpaksa menangkap orangutan itu karena tidak paham itu dilindungi. Warga pun sering melihat orangutan di hutan sekitaran kebun mereka. Sehingga orangutan dianggap hal yang biasa.

Namun, mereka menganggap itu menjadi tidak biasa, karena masuk ke dalam perkebunan. Mereka khawatir diserang orangutan.

Selama ini, warga memang tidak pernah mendapat sosialisasi dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumut terkait satwa dilindungi dan mitigasi konflik. Sehingga apa yang dilakukan seperti menangkap dan menghidupkan petasan datang dari inisiatif mereka sendiri.

“Sosialisasi sangat perlu kami di sini. Karena bukan hanya orangutan yang ada. Harimau pun pernah kami jumpa di sini. Pernah harimau terjerat di Kutakendit. Kena jerat warga,” katanya.

3. Tersiar cerita orangutan yang dimakan warga, hingga menculik anak

Orangutan Masuk Kebun Warga Ditangkap, Diduga Ada Luka Tembak Proses evakuasi orangutan sumatra yang ditangkap warga karena masuk perladangan di Desa Kutapengkih, Kecamatan Mardingding, Kabupaten Karo, Sumatra Utara, Sabtu (21/1/2023). (IDN Times/Prayugo Utomo)

Junaedi Sembiring, warga Desa Kutambelin yang juga ikut saat menangkap orangutan mengatakan, kekhawatiran masyarakat juga didasari oleh cerita – cerita yang berkembang. Di kalangan masyarakat, tersiar cerita soal orangutan yang menculik anak – anak. Orangutan menculik anak salah satu warga di sana saat ditinggalkan di pondok kebun.

“Itu cerita-cerita dulu. Jadi ada doktrin mawas ini jadi musuh. Walaupun cerita itu belum tentu benar,” kata Junaedi.

Junaedi juga bercerita soal peristiwa orangutan yang dibunuh dan dimakan dagingnya. Kata Junaedi, cerita ini berkembang di Desa Perbulen, Kecamatan Laubaleng, Karo.

“Seperti ada karma. Yang makan dagingnya itu kemudian meninggal berturut – turut. Makanya semalam kami pesankan supaya itu orangutan jangan sampai dibunuh,” katanya.

Junaedi juga sepakat jika kelak di desanya ada sosialisasi tentang satwa dilindungi. Sehingga masyarakat bisa mengetahui dan tidak melakukan ha-hal yang membahayakan baik kepada satwa atau dirinya sendiri. Apalagi pertemuan dengan satwa liar serig dialami warga. Khususnya di kebun yang dekat dengan hutan.

“Sosialisasi bisa melalui pemerintah desa. Jadi masyarakat dikumpulkan dan diberikan pemahaman. Jadi kalau ada kejadian, kami di sini bisa tahu cara mengatasinya,” ungkapnya.

Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumut Rudianto Saragih Napitu tidak menampik soal ketidakhadiran pihaknya untuk melakukan sosialisasi. Dia langsung memerintahkan anak buahnya untuk berkunjung ke kawasan Liang Melas Datas.

“Saya langsung suruh mereka turun ke lapangan untuk melakukan sosialisasi,” kata Rudianto.

4. Ada luka diduga bekas tembakan

Orangutan Masuk Kebun Warga Ditangkap, Diduga Ada Luka Tembak Tim HOCRU YOSL - OIC dan Tim Dokter SOCP memeriksa kondisi orangutan sumatra yang ditangkap warga karena masuk perladangan di Desa Kutapengkih, Kecamatan Mardingding, Kabupaten Karo, Sumatra Utara, Sabtu (21/1/2023). (IDN Times/Prayugo Utomo)

Saat dievakuasi, awak media yang berada di lokasi melihat ada luka di tubuh orangutan itu. Namun pihak BBKSDA membantahnya. Rudianto mengatakan, orangutan itu dalam keadaan sehat.

“Tidak ada luka serius. Apalagi bekas peluru,” kata Rudianto.

5. Akan dilepasliarkan jika sudah pulih

Orangutan Masuk Kebun Warga Ditangkap, Diduga Ada Luka Tembak Tim HOCRU YOSL - OIC dan Tim Dokter SOCP mengevakuasi satu individu orangutan sumatra yang ditangkap warga karena masuk perladangan di Desa Kutapengkih, Kecamatan Mardingding, Kabupaten Karo, Sumatra Utara, Sabtu (21/1/2023). (IDN Times/Prayugo Utomo)

Kata Rudianto, untuk sementara orangutan jantan itu akan direhabilitasi di Batumbelin. Jika kelak kondisinya sudah pulih, pihaknya akan melakukan pelepasliaran orangutan itu ke alam.

“Pasti kita lepasliarkan jika sudah pulih,” pungkasnya.

Konflik antara satwa dengan manusia masih kerap terjadi. Kondisi ini makin memperparah ancaman terhadap populasi satwa terancam punah.

Dilansir dari laman ksdae.menlhk.go.id, BBKSDA Sumut hingga September 2022 mencatat ada 29 kasus konflik satwa dengan manusia. Mulai dari konflik dengan harimau sumatra (Panthera tigris sumatrae), konflik dengan gajah, dan konflik dengan orangutan.

Baca Juga: Para Bajak Satwa Selat Malaka

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya