Melirik KELAPA MUDA, Bikin Perempuan Gak Minder Jadi Pemimpin

Uaya pegiat menekan angka Ketimpangan Gender di Sumut

Medan, IDN Times – Pegiat di Sumatra Utara punya inisiatif sendiri untuk menekan Indeks Ketimpangan Gender (IKG). Salah satu upaya yang dinilai cukup efektif adalah melalui KELAPA MUDA. Bukan kelapa muda pada artian sebenarnya. KELAPA MUDA merupakan akronim dari Kelas Perempuan Mandiri dan Berbudaya.

KELAPA MUDA adalah ide orisinil Himpunan Serikat Perempuan Indonesia (HAPSARI). Satu organisasi yang berfokus pada pemberdayaan perempuan.

KELAPA MUDA menjadi program bersama berkolaborasi dengan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Sumut. Program ini diresmikan oleh Gubernur Sumut saat itu Edy Rahmayadi , Desember 2021.

Ketua HAPSARI Laili Zailani mengatakan, melalui program ini, mereka menyasar perempuan di kalangan akar rumput.

“Ini merupakan model pemberdayaan perempuan melaui proses pembelajaran atau pendidikan sepanjang hayat, atau pendidikan kritis. Sekolah Perempuan ini juga sekaligus merupakan model advokasi dan model kolaborasi untuk pemberdayaan perempuan marginal di akar rumput,” kata perempuan yang akrab disapa Lely kepada IDN Times, Sabtu (4/5/2024).

Untuk diketahui Indeks Ketimpangan Gender (IKG) tahun 2022 mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. IKG Sumatera Utara sebesar 0,442 (turun 0,003) poin dibandingkan tahun 2021 yang sebesar 0,445.

1. KELAPA MUDA ingin bikin perempuan tidak minder jadi pemimpin

Melirik KELAPA MUDA, Bikin Perempuan Gak Minder Jadi PemimpinKetua HAPSARI Laili Zailani (dok.HAPSARI)

Kesetaraan gender menjadi isu serius belakangan ini. KELAPA MUDA kata Lely dihadirkan supaya perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki. Baik dari sisi pendidikan, pekerjaan, kesehatan dan lainnya.

“Kami ingin mengembangkan kepemimpinan perempuan agar memiliki kesadaran kritis, kepedulian, solidaritas, dan kecakapan hidup, sehingga lebih berdaya dalam menyelesaikan persoalan dirinya, keluarganya dan mampu berkontribusi melakukan perubahan sosial di lingkungannya,” katanya.

Para peserta program ini merupakan komunitas perempuan penyintas kekerasan dan kalangan perempuan marginal. Program ini pertama kali dilakukan di Desa Denai Kuala, kecamatan Pantai Labu Kabupaten, Deli Serdang. Saat ini program itu sudah berjalan di 8 kabupaten kota di Sumut.

2. Sudah banyak contoh baik dari KELAPA MUDA

Melirik KELAPA MUDA, Bikin Perempuan Gak Minder Jadi PemimpinKetua HAPSARI Laili Zailani (dok.HAPSARI)

Kata Lely saat ini memang ketimpangan gender masih terjadi. Misalnya, melihat dari sisi kepemimpinan. Belum banyak ditemui perempuan-perempuan yang mengisi pos-pos penting pada sisi pemerintahan. Bahkan di legislatif sekali pun, kehadiran perempuan masih belum jamak.

Memang, lanjut Lely, ada banyak faktor yang mempengaruhi. Salah satunya, budaya patriarki yang masih lekat dengan masyarakat Sumut.

Melalui KELAPA MUDA, HAPSARI ingin mencetak kader-kader perempuan yang tidak minder lagi menjadi pemimpin. Dimulai dari skala yang paling kecil. Misalnya, perempuan bisa menjadi pemimpin di usaha yang dibangunnya.

“Di KELAPA  MUDA ini sudah banyak bermunculan champion-nya. Ini kami nilai efektif. Sudah mulai muncul jiwa kepemimpinannya,” kata Lely.

Lewat program pelatihan jangka panjang, mereka menerapkan pola tematik. Mulai dari pelatihan kepemimpinan, hingga vokasional atau keterampilan untuk kemandirian.

3. Jadi program strategis daerah dan masih butuh komitmen kuat dari pemerintah

Melirik KELAPA MUDA, Bikin Perempuan Gak Minder Jadi PemimpinDiskusi HAPSARI (dok.HAPSARI)

Keberhasilan KELAPA MUDA dalam dua tahun terakhir membuat program ini masuk dalam Program Strategis Daerah. Artinya, program ini akan dilaksanakan di 33 kabupaten kota. Selama ini, memang program tersebut disokong pemerintah dari sisi pembiayaan.

Lely senang melihat KELAPA MUDA  dilirik menjadi program strategis daerah. Namun, keberhasilan dua tahun terakhir menjadi titik evaluasi penting bagi HAPSARI. Mereka masih melihat, upaya menekan ketimpangan gender belum serius dan konsisten dilakukan di Sumut.

Ke depan, mereka ingin pemerintah lebih berkomitmen dan serius lagi dalam upaya menekan angka ketimpangan gender.

“Keseriusan dan komitmen kita harus lebih ditingkatkan. Kita juga mendorong ada regulasi yang lugas terkait pemberdayaan perempuan di Sumut,” kata Lely.

Baca Juga: 7 Rekomendasi Seragam Baju Batik Umrah Perempuan, Gak Monoton!

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya