May Day 2019, Teatrikal Penindasan Terhadap Buruh Bikin Merinding 

Massa mahasiswa kolaborasi dengan buruh

Medan, IDN Times - Jalanan seputar Lapangan Merdeka mendadak macet, Rabu (1/5). Massa buruh terus menyesaki kawasan itu dari berbagai penjuru.

Namun di antara massa itu ada yang menarik perhatian. Adalah massa dari Gerakan Masyarakat Melawan - Sumatera Utara (GERAM-SU) yang berunjuk rasa. Mereka memadati jalanan tepat di depan pusat kuliner Merdeka Walk.

Aksi massa GERAM-SU menjadi aksi tandingan buruh yang mengikuti panggung hiburan rakyat bikinan pemerintah.

1. Bikin teatrikal soal penindasan buruh yang bikin merinding dan emosi memuncak

May Day 2019, Teatrikal Penindasan Terhadap Buruh Bikin Merinding IDN Times/Prayugo Utomo

Unjuk rasa dimulai dengan orasi-orasi bernas. Perwakilan-perwakilan dari mahasiswa dan buruh silih berganti menyampaikan pandangan politik soal hari buruh (May Day).

Disela unjuk rasa, para mahasiswa menggelar teatrikal. Menceritakan bagaimana kaum buruh, nelayan, petani dan kaum miskin kota ditindas oleh sistem.

“Kembalikan tanah kami. Kami tidak mau ditindas, kami akan melawan,” ujar seorang massa yang memainkan lakon petani.

Tiba-tiba saja sebuah sabetan dengan rotan menghantam badan lakon petani dan buruh. Pelakunya adalah lakon pemerintah dan aparat keamanan.

“Diam kalian, tunduk, tunduk,” ujar seorang perempuan yang memainkan lakon sebagai pemerintah.

Teatrikal itu semakin membuat bulu kuduk merinding saat massa yang lainnya menyanyikan lagu darah juang.

Cerita teatrikal ditutup dengan perlawanan kaum buruh, petani, nelayan dan kaum miskin kota. Aparat dan pemerintah akhirnya tunduk di bawah kuasa rakyat.

Baca Juga: Pesan Jokowi untuk Para Buruh yang Sedang Peringati May Day

2. GERAM-SU suarakan soal pemberangusan serikat

May Day 2019, Teatrikal Penindasan Terhadap Buruh Bikin Merinding IDN Times/Prayugo Utomo

Isu penting yang disampaikan dalam unjuk rasa GERAM-SU adalah pemberangusan serikat. Yang menjadi sorotan adalah di kalangan buruh.

Buruh yang bergabung dengan serikat atau pun organisasi masih mendapat intimidasi. Bentuknya beragam. Mulai dari PHK, mutasi dan sanksi lainnya yang masih jadi momok.

“Kita mengutuk dengan keras hal-hal seperti ini. Ini mengekang kegiatan berdemokrasi,” ujar koordinator aksi Martin Luis.

3. Kebijakan pemerintah belum berpihak pada kesejahteraan buruh

May Day 2019, Teatrikal Penindasan Terhadap Buruh Bikin Merinding IDN Times/Prayugo Utomo

Martin juga menyoroti soal kebijakan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintahan. Sebut saja PP Nomor 78 Tahun 2015 tentabg pengupahan. Kebijakan ini dinilai cacat.

“Bagaimana jika upah buruh ditentukan berdasarkan tingkat inflasi. Sungguh kebijakan yang tidak memihak buruh,” ujar Martin.

Selain itu, kebijakan politik upah murah yang biasa diberlakukan perusahaan juga semakin menyengsarakan buruh.

“Kita harus melawan ini. Jangan sampai rakyat malah semakin sengsara. Makanya kami mengatakan apakah pemilu yang sudah saban kali dilakukan menjadi pintu kesejahteraan rakyat?,” tukasnya.

4. Aksi buruh di Medan terpecah, ada unjuk rasa dan panggung rakyat

May Day 2019, Teatrikal Penindasan Terhadap Buruh Bikin Merinding IDN Times/Prayugo Utomo

Buruh di Kota Medan tampaknya belum bisa disatukan. Buktinya, sebagian massa masih memilih ikut dalam acara hiburan yang dibuat pemerintah. Baik dari Pemko atau pun Pemkab.

Sebagian lagi, massa memilih untuk berunjuk rasa. Terpantau, massa FSPMI menggelar unjuk rasa di depan Kantor Gubernur Sumut. Bersambut unjuk rasa Aliansi GERAM SU yang berunjuk rasa di jalanan.

Kritikan pedas pun bermunculan. Karena perayaan hari buruh dengan berpesta pora bertolak belakang dengan sejarah May Day yang penuh darah dan air mata.

“Yang joget-joget itu bukan dari perayaan hari buruh. Namun kita tidak bisa melarang. Ini lah kondisinya. Masih ada yang mau dininabobokkan dengan konsep-konsep seperti ini,” kata Martin.

5. Aksi diselingi dengan pertunjukan musik dan puisi perjuangan

May Day 2019, Teatrikal Penindasan Terhadap Buruh Bikin Merinding IDN Times/Prayugo Utomo

Selain teatrikal, Massa GERAM-SU juga menggelar pentas seni sederhana. Dengan pengeras suara dan alat musik akustik, sejumlah massa aksi unjuk kebolehan.

Yang dimainkan bukan lagu-lagu dangdut atau pun lagu populer lainnya. Massa memilih memainkan lagu berisi lirik perlawanan.

Aksi pentas seni itu pun semakin keren dengan penampilan musikalisasi puisi. Syair-syair perlawanan terus dikumandangkan. Itu dilakukan untuk memantik semangat massa.

Baca Juga: Sejarah May Day hingga Tragedi Haymarket yang Makan Korban 

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya