Longsor Diduga Karena Proyek PLTA Batangtoru, WALHI: Evaluasi

WALHI desak penegak hukum mengusutnya

Medan, IDN Times – Longsor menimbun kawasan yang diklaim berada diluar areal proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batang Toru yang dikerjakan oleh PT North Sumatra Hydro Energy (NSHE) Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara (Sumut), Kamis (29/4/2021) sekitar pukul.18.30 WIB. Sejumlah warga dan pekerja proyek dikabarkan tertimbun material longsor.

Hingga saat ini evakuasi masih dilakukan. Sementara, tiga jenazah korban yang berhasil dievakuasi.

Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Sumatra Utara meyampaikan duka mendalam bagi seluruh korban. WALHI pun angkat bicar  terkait kejadian itu.

1. Pembangunan PLTA diduga menjadi penyebab bencana

Longsor Diduga Karena Proyek PLTA Batangtoru, WALHI: EvaluasiDirektur WALHI Sumut Doni Latuperissa. (Dok Pribadi)

Direktur WALHI Sumut Doni Latuperissa mengatakan, pembangunan proyek ketenagalistrikan PLTA Batangtoru patut diduga sebagai penyebab terjadinya longsor. Karena sejak awal, WALHI sudah mendesak agar proyek itu dibatalkan dengan berbagai faktor.

“WALHI Sumatera Utara sudah menduga hal tersebut akan terjadi. Sejak awal proses pembangunan WALHI Sumatera Utara khawatir jika proyek tersebut diteruskan akan menimbulkan bencana ekologis di kawasan hutan Batang Toru. Apalagi diketahui bahwa wilayah tersebut merupakan daerah rawan gempa dengan kontur tanah yang labil,” ujar Doni dalam keterangan resminya, Jumat (30/4/2021).

Baca Juga: Longsor Dekat PLTA Batangtoru, 3 Orang Ditemukan Meninggal

2. WALHI mendesak proyek pembangunan di lansekap Batangtoru dievaluasi

Longsor Diduga Karena Proyek PLTA Batangtoru, WALHI: EvaluasiPotret pembangunan PLTA Batangtoru pada September 2018 lalu. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Doni khawatir, jika ini diteruskan maka tidak tertutup kemungkinan akan terjadi bencana-bencana lainnya. Harusnya, kata Doni, pemerintah bisa melihat dan melakukan kajian bencana yang tidak hanya terjadi satu kali. Pada Desember 2020, longsor juga menyebabkan hilangnya operator ekskavator.

“Evaluasi, kita mendesak supaya proyek-proyek pembangunan dilansekap Batangtoru dievaluasi total,” tukasnya.

Aparat berwenang, lanjut Doni juga harus mengusut tuntas penyebab terjadinya bencana di kawasan Batangtoru.

“Laksanakan pencegahan dan penegakan hukum terhadap potensi dan ancaman degradasi Lansekap Batangtoru dari aktivitas industri ekstraktif dan eksploitatif serta perbaiki tata kelola perizinan proyek di Lansekap Batangtoru,” ungkapnya.

3. Tindakan eksploitatif menjadi ancaman bagi keanekaragaman hayati di Rimba Batangtoru

Longsor Diduga Karena Proyek PLTA Batangtoru, WALHI: EvaluasiOrangutan Tapanuli menjadi salah satu satwa yang nyaris punah di Habitat Batangtoru. (IDN Times/Prayugo Utomo)

WALHI Sumut mencatat Batangtoru merupakan habitat dari berbagai keanekaragaman hayati yang kondisinya terancam punah. Pembangunan berbagai proyek di sana menambah daftar ancaman itu.

“Ancaman terhadap kerusakan kawasan Hutan Batang Toru pun sudah marak terjadi. Masuknya perusahaan-perusahaan besar di dalam kawasan Hutan Batang Toru memperburuk kondisi dan meningkatkan persentasi kerusakan kawasan Hutan Batang Toru. Salah satu yang WALHI Sumatera Utara soroti adalah Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batang Toru, PT Agincourt Resources, PT Gruti, dan PT SOL,” beber Doni.

Secara administrasi, Hutan Batangtoru terletak ditiga kabupaten yaitu Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan dan Tapanuli Utara. Luas kawasan Hutan Batang Toru diperkirakan seluas 168.658 hektar yang didalamnya termasuk Hutan Lindung Sibolga seluas 1.875 hektar, Cagar Alam Dolok Sipirok seluas 6.970 hektar dan Cagar Alam Sibual Bual seluas 5.000 hektar. Kawasan Hutan Batang Toru meliputi Hutan Batang Toru Blok Barat dan Hutan Batang Toru Blok Timur dengan total habitat alami yang ada diperkirakan seluas 150.000 hektar.

Kawasan Hutan Batang Toru termasuk tipe hutan pegunungan rendah, hutan gambut pada ketinggian 900-1000 mdpl, hutan batu kapur, hutan berlumut dan juga bisa ditemukan beberapa rawa diketinggian 800 mdpl. Hutan hujan primer mendominasi tutupan vegetasi yang mengakar di lereng bukit curam dengan kemiringan lebih dari 60%. Tipe ekosistem ini merupakan habitat yang potensial bagi satwa kunci yang ada di dalamnya.

“Berdasarkan hasil analisa WALHI Sumatera Utara, bahwa kawasan Hutan Batang Toru merupakan rumah dari berbagai jenis spesies yang dilindungi seperti Orangutan Tapanuli (Pongo tapanuliensis) Beruang Madu (Helarctos malayanus), Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), Siamang (Symphalangus syndactilus), Tapir (Tapirus indicus) dan lainnya,” ujar Doni.

Sementara untuk jenis vegetasi, Hutan Batang Toru merupakan bagian dari keanekaragaman tumbuhan vaskuler tingkat tinggi dengan 685 jenis dan 138 jenis merupakan sumber makanan bagi berbagai satwa yang ada didalamnya. Disamping itu, ditemukan juga 8 jenis vegetasi yang terancam punah dan dilindungi oleh Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999, seperti bunga raksasa (Amorphophalus baccari dan Amorpophalus gigas), tumbuhan langka (Rafflesia gadutensis meijer) dan bunga terbesar didunia (Becc).

4. Pemkab Tapsel bantah bencana longsor karena aktifitas pembangunan PLTA Batangtroru

Longsor Diduga Karena Proyek PLTA Batangtoru, WALHI: EvaluasiProses pencarian korban longsor di dekat kawasan PLTA Batang Toru di Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Jumat (30/4/2021). (Istimewa)

Sebelumnya, pihak Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan dalam keterangan resminya membantah jika bencana longsor itu karena aktifitas PLTA Batangtoru.

“Perlu ditegaskan bahwasanya kejadian ini murni bencana alam akibat tingginya curah hujan selama 3 hari berturut-turut sehingga kejadian tersebut tidak ada kaitannya dengan aktifitas di PLTA Batang Toru,” ujar Kabag Humas Pemkab Tapsel Isnut Siregar dalam keterangan resminya.

5. Pemkab juga sebut kejadian longsor berada di lahan warga

Longsor Diduga Karena Proyek PLTA Batangtoru, WALHI: EvaluasiIlustrasi Daerah Rawan Longsor (IDN Times/Sukma Shakti)

Tim SAR Gabungan hingga saat ini masih melakukan pencarian korban yang masih hilang. Tiga jenazah yang ditemukan sudah dievakuasi ke RSUD Sipirok.

Isnut juga mengatakan jika bencana longsor terjadi di lahan milik masyarakat. “Akibat curah hujan yang cukup tinggi, sebagai tanggungjawab moral pihak manajemen PLTA Batang Toru (NSHE dan Sinohydro) menuju lokasi tersebut dengan harapan pemilik rumah tersebut dapat meninggalkan lokasi akibat curah hujan yang cukup tinggi,” pungkas Isnut.

Baca Juga: Yuk Tunaikan Zakat Fitrah di Bulan Ramadan, Begini Ketentuannya

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya