Karena Corona, Tradisi Bubur Para Raja di Masjid Raya Medan Ditiadakan

Masuk ke masjid wajib pakai masker

Medan, IDN Times – Menjalani ibadah Ramadan di tengah pandemik corona saat ini, menjadi tantangan tersendiri bagi umat Muslim di seluruh dunia. Kemeriahan Ramadan pastilah berkurang menyusul pembatasan kegiatan yang berkerumun untuk mencegah penularan corona.

Angka penderita pun terus bertambah saban hari. Tak terkecuali di Kota Medan yang kini masuk menjadi zona merah.

Kegiatan ibadah di masjid juga dikurangi, termasuk sejumlah tradisi yang hanya ada saat Ramadan. Di Masjid Raya Al Mashun Medan misalnya. Pengurus Masjid meniadakan tradisi bagi-bagi bubur sop untuk berbuka puasa.

1. BKM sebenarnya sudah menyiapkan bahan-bahan untuk membuat bubur sop

Karena Corona, Tradisi Bubur Para Raja di Masjid Raya Medan DitiadakanJuru masak mengaduk bubur sop di dalam jelaga di dapur yang terletak di pelataran Masjid Raya Al Mashun pada Ramadan 2019 lalu (IDN Times/ Prayugo Utomo)

Pada Ramadan sebelum-sebelumnya, biasanya Masjid peninggalan Kesultanan Deli itu ramai pengunjung. Masyarakat pun sampai berebutan menunggu. Bahkan, sabar menunggu berjam-jam, menyaksikan para juru masak menanak bubur.

Tidak akan ada lagi wangi rempah dari racikan bumbu sop yang mendidih di dalam belanga. Akan tidak ada lagi suara riuh anak-anak, yang meminta dituangkan bubur ke wadah yang dibawanya.

“Kalau bubur sudah gak ada lagi. Memang sudah disiapkan kayu dan bahann bahanyya. Cuma kondisi saat ini kita kan maklum. Kita semuanya petunjuk dari pemerintah supaya ditiadakan,” kata Imam Masjid Raya Al Mashun Zaini Hafiz, Kamis (23/4).

Baca Juga: Baru Mualaf, 5 Artis Ini Akan Jalani Ibadah Puasa Pertama

2. Bubur sop sudah menjadi tradisi ratusan tahun

Karena Corona, Tradisi Bubur Para Raja di Masjid Raya Medan DitiadakanMasyarakat berebut bubur sop yang dibagikan di Pelataran Masjid Raya Al Mashun Medan pada Ramadan 2019 lalu. Bubur Sop adalah tradisi rutin yang dilakukan setiap tahun (IDN Times/Prayugo Utomo)

Di tahun sebelumnya, IDN Times sempat mendokumentasikan bagaimana riuhnya tradisi berbagi bubur sop di Masjid Raya Al Mashun. Ini tradisi menahun yang dijaga sejak 1909. Saat itu kesultanan Deli dipimpin Sultan Makmun Al Rasyid Perkasa Alam Syah.

Bubur Sop menjadi santapan raja-raja Melayu di masanya. Setiap Ramadan, biasanya Masjid Raya menyediakan 1.000 porsi bubur. Dibagikan setelah salat Ashar.

Pengunjung yang datang juga bukan hanya dari Kota Medan saja. Bahkan ada yang jauh-jauh datang dari kabupaten lain, hanya untuk mencicipi bubur kaya khasiat itu.

Dulu banyak yang mengira, bubur sup adalah bubur pedas. Ternyata itu salah. Karena ada perbedaan yang signifikan antara keduanya. Untuk bubur pedas biasanya disantap dengan anyang, yaitu sayur pakis dan toge yang diolah sedemikian rupa dengan cabai, udang kering, kelapa kukur goreng dan asam jeruk.

Sedangkan bubur sop berbahan dasar beras, daging dan sayuran. Ditambah rempah-rempah sebagai bumbu masaknya.

Ramadan kali ini, bubur sop ditiadakan pertama kalinya. Menjadi kerinduan masyarakat yang biasa menunggunya kala berbuka puasa.

3. Salat Tarawih juga hanya untuk warga seputaran masjid

Karena Corona, Tradisi Bubur Para Raja di Masjid Raya Medan DitiadakanIlustrasi salat berjemaah di masjid. Dok. IDN Times

Di Masjid Raya Al Mashun, salat Tarawih berjamaah tetap dilakukan. Namun hanya untuk jiran tetangga masjid saja.

Lantaran, pihak Badan Kenaziran Masjid juga sudah melihat, penurunan jumlah jemaah yang hadir di masa pandemik. Paling tidak hanya dua saf (deret) saja jemaah yang hadir.

“Karena masyarakat sepertinya  sudah paham dan tau, imbauan kan sudah banyak utnuk beribadah di rumah,” ungkap Zaini.

Bahkan jarak saf juga diatur. Antara jemaah diberi jarak satu sajadah supaya tidak bersentuhan atau bersinggungan.

4. Jemaah harus bawa sajadah dan wajib pakai masker

Karena Corona, Tradisi Bubur Para Raja di Masjid Raya Medan DitiadakanMasjid Raya Al Mashun Medan (IDN Times/Prayugo Utomo)

Protokol pencegahan juga dilakukan di areal masjid. Sebelum masuk, jemaah yang hadir harus melewati bilik disinfektan. Kemudian mencuci tangan. Bahkan, jemaah harus memakai masker saat masuk ke areal Masjid.

“Kita sebelum sebelumnya sudah sempat membagikan sajadah kecil kepada masyarakat sekitar. Sajadah kecil untuk jemaah. Dengan catatan jangan sampai tertinggal. Kalau selesai salat jangan ditinggal. Supaya jangan tertukar sama yang lain,” ungkapnya.

5. Tadarus dan pengajian lainnya juga ditiadakan

Karena Corona, Tradisi Bubur Para Raja di Masjid Raya Medan DitiadakanIlustrasi tadarus (IDN Times/Prayugo Utomo)

Selain bubur sop, BKM Al Mahsun juga meniadakan tadarus dan pengajian lainnya. Jemaah diimbau untuk bertadarus di rumah masing-masing.

Pembatasan ini harus dilakukan untuk mencegah potensi penularan corona. “Ditiadakan karena kondisinya tidak memungkinkan. Kita juga harus melakukan upaya pencegahan,” pungkasnya.

Baca Juga: Pasien Corona Melahirkan, Bayinya Tertular COVID-19?

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya