Harubiru Surya dan Citra Pulang ke Rumah Baru

Anak harimau Gadis dan Monang di Suaka Harimau Barumun

Populasi harimau sumatra kian menghawatirkan
Tidak lebih dari 600 ekor berada di dalam hutan
Harapan pelestarian tentu masih besar
Kolaborasi lintas sektor tentu perlu digalakkan

Taman Nasional Kerinci Seblat, Jambi, Juni 2022

“Kami bersuka cita mengantarmu pulang. Selamat jalan nak. Jadilah harimau yang kuat. Bermain dan berkembang biak di hutan luas. Jaga kami manusia ini sebagai tugasmu menjaga ekosistem,”  Tulis Sugeng dari Sanctuary Harimau Barumun, Padanglawas Utara yang dikelola Yayasan Parsamuhan Bodichita Mandala Medan (YPBMM) dalam video persiapan pelepasliaran Sumatra Surya – Citra yang diunggah di media sosial pribadinya.

Laki-laki bernama lengkap Syukur Alfajar itu menangis. Air matanya tumpah, karena harus berpisah dengan Surya dan Citra. Perasaannya mengharubiru. Sugeng punya ikatan secara emosional dengan dua predator puncak itu. Lantaran selama ini, Sugeng lah yang mengamati detil  demi detil perkembangan harimau dengan nama penanda Surya Manggala dan Citra Kartini sejak lahir.

“Surya dan Citra sudah siap pulang ke rumah barunya. Sedikit sedih. Karena sudah lama bersama kita. Tapi mereka harus kembali. Karena rumahnya di hutan, bukan di kandang,” ujar Sugeng lirih, sambil mengelus kepala Sang Raja Rimba yang tertutup kain bermotif gorga Batak, aksesoris yang biasa dipakainya.

Sebelum dilepasliarkan, kesehatan Surya dan Citra dicek oleh drh Anhar Lubis. Keduanya dipasangi GPS Collar untuk memantau pergerakannya kelak. Mereka kemudian dimasukkan ke dalam kandang angkut. Menempuh jalur darat sekitar 636 Km, dari Padang Lawas Utara menuju bandara Depati Parbo, Kabupaten Kerinci, Jambi. Dari bandara, Surya dan Citra akan dibawa ke dalam zona inti Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS)

Di sela perjalanan, Sugeng sempat mengabarkan kondisi Surya dan Citra. Bukan perkara mudah membawa harimau, lewat jalur darat. Kondisi keduanya menjadi prioritas. Rombongan harus beberapa  kali berhenti untuk pengecekan berkala. “Kondisi sehat – sehat saja,” kata Sugeng.

Berjibaku dengan cuaca

Harubiru Surya dan Citra Pulang ke Rumah BaruPersiapan pelepasliaran Surya dan Citra ke TNKS, Jambi. (Dok KLHK)

Setelah perjalanan panjang, rombongan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumut, Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat (BBTNKS), dan lembaga mitra lainnya tiba di Bandara Depati Parbo, Jambi, Selasa (7/6/2022). Pelepasliaran ini, menjadi momen peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang jatuh pada 5 Juni setiap tahunnya.

Satu helikopter dukungan salah satu perusahaan tambang bersiap di landasan Selasa (7/6/2022). Setelah mengantarkan beberapa petugas ke dalam titik pelepasliaran, helikopter kembali untuk mengangkat kandang.

Yang pertama kali dilepasliarkan adalah Surya Manggala. Kandang Surya dibawa menggunakan helikopter dengan metode longline. Sling baja sepanjang sekitar 60 meter menggantung kandang angkut dan terhubung dengan badan helikopter.

Tim pelepasliaran harus berjibaku dengan cuaca yang tidak menentu. Surya berhasil dilepasliarkan dengan lancar. Surya langsung masuk ke dalam hutan.

Setelah tim kembali, cuaca memburuk. Berkabut disertai hujan deras. Hasil pertimbangan tim gabungan, pelepasliaran Citra ditunda.

Keesokan harinya, Rabu (8/7/2022), proses pelepasliaran Citra Kartini dilangsungkan. Setelah menganalisis kondisi cuaca, kandang Citra diangkut ke dalam zona inti pada siang hari. Begitu kandang dibuka, Citra langsung ke luar perlahan. Pelan – pelan dia mengamati sekitar. Mungkin dia merasa canggung, melihat kawasan yang begitu luas.

“Harapannya setelah lepas liar, kedua harimau ini mampu beradaptasi, bertahan hidup dan berkembang biak secara alami di habitat alaminya,” ujar Pelaksana Tugas Kepala BBKSDA Sumut Irzal Azhar, dalam keterangan resminya, Rabu (8/6/2022).

Beruntung, proses pelepasliaran Citra cepat selesai. Saat helikopter kembali membawa tim, mereka tidak bisa mendarat di Jambi karena cuaca buruk. Helikopter harus terbang dan mendarat di Muko-muko, Bengkulu.

Momen perpisahan Surya dan Citra begitu mengharukan. Tidak sedikit petugas yang menangis haru saat Surya dan Citra diangkut.

Mencegah potensi kawin sedarah

Harubiru Surya dan Citra Pulang ke Rumah BaruSurya Manggala saat berada di Sanctuary Harimau Barumun. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Pelepasliaran dua individu harimau sedarah sempat menuai kekhawatiran. Karena mereka melepasliarkannya di lokasi yang sama. Namun potensi ini bisa terhindarkan. Karena antara titik pelepasliaran Surya dan Citra sejauh 15 Km jika ditarik garis lurus. Namun kondisi di lapangan, memang begitu jauh karena terhalau dengan medan yang berat.

Pelepasliaran juga harus dilakukan juga mempertimbangkan hal itu. Dikhawatirkan, jika Surya dan Citra terlalu lama berada di kandang yang sama, maka akan terjadi kawin sedarah atau inbreeding.

Untuk diketahui, kawin sedarah atau kawin kerabat pada satwa akan berpotensi menurunkan kualitas genetis keturunannya.

TNKS dipilih menjadi tempat pelepasliaran setelah dilakukannya hasil kajian cepat (rapid assessment) yang dilakukan oleh BBTNKS bekerjasama dengan lembaga SINTAS INDONESIA menggunakan software Maximum Entropy (MaxEnt) untuk memprediksi lokasi pelepasliaran harimau sumatera.  Survei  lapangan juga sudah dilakukan untuk melihat kondisi lokasi.

“Hasil dari tim survey lapangan diperoleh bahwa lokasi lepas liar ini merupakan habitat yang ideal serta memiliki pakan yang cukup bagi harimau sumatera. Selain itu lokasi ini berada di zona inti kawasan TNKS dan jauh dari pemukiman masyarakat sehingga cocok untuk lokasi lepas liar,” ujar Irzal.

Penghuni Baru TNKS

Harubiru Surya dan Citra Pulang ke Rumah BaruProses pemasangan GPS Collar sebelum Surya dan Citra dilepasliarkan. (Saddam Husein for IDN Times)

Hasil dari survey yang dilakukan oleh BBTNKS dan Fauna & Flora Internasional (FFI) dari 2005 hingga 2021, menggunakan kamera jebak berhasil mengidentifikasi sebanyak 93 individu harimau sumatra di kawasan TNKS.

Pada tahun 2021 dan 2022 sebanyak 2 individu harimau sumatra juga sebelumnya telah di lepas liarkan ke dalam kawasan TNKS. Hadirnya Surya dan Citra membuat populasi kian bertambah. Totalnya ada 97 harimau yang teridentifikasi di TNKS.

Surya – Citra lahir dari pasangan harimau korban konflik

Harubiru Surya dan Citra Pulang ke Rumah BaruGadis, harimau korban konflik yang sudah melahirkan lima anak di Sanctuary Harimau Barumun, Padanglawas Utara, Sumut. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Lebih dari tiga setengah tahun Surya dan Citra menjadi penghuni Sanctuary Harimau Barumun. Keduanya lahir pada 13 januari 2018.

Surya dan Citra adalah hasil perkawinan alami dari Gadis dan Monang. Penghuni pertama dan kedua sejak suaka di  Kecamatan Batang Onang, Paluta itu diresmikan pada 2016 lalu. Gadis merupakan korban konflik dengan manusia. Dia dievakuasi dari  jerat pemburu di kawasan dekat Taman  Nasional Batang Gadis pada November 2016 lalu. Kaki kanannya harus diamputasi karena terlilit jerat hingga membusuk. Sedangkan monang, si pejantan, dievakuasi dari jerat pemburu di desa Parmonangan, Kecamatan Dolok Panribua, Kabupaten Simalungun 2017 lalu.

“Sanctuary ini dibangun untuk untuk mengelola, merawat dan merehabilitasi harimau harimau baik yang korban konflik, sakit maupun yang akan dilepasliarkan,” kata Irzal.

Sejak lahir, dia dirawat secara alami oleh induknya. Mereka juga dilatih sifat liarnya. Setelah semakin besar, Surya dan Citra dipisah dari indukan. Mereka menempati kandang rehabilitasi sendiri seluas 20 x 50 meter.

Kondisi kandang begitu mendukung karean dipadati dengan pepohonan dan semak belukar. Sugeng dan timnya juga memberikan pakan hidup mulai dari babi hutan, ayam, kelinci, kambing dan lainnya. Sehingga, mereka tetap bisa belajar berburu, melatih insting liarnya.

Mereka tumbuh dan berkembang secara alami. Insting berburunya sudah cukup kuat. Karena saat pakan hidup di masukkan, mereka tidak langsung memakannya. Tetapi memantau terlebih  dahulu dan menunggu saat yang tepat untuk menerkam mangsa.

Selama di suaka, sentuhan manusia sangat begitu minim. Pengelola suaka hanya memantau perilaku mereka dari kamera pemantau yang terpasang di beberapa sudut kandang.

Kondisi kesehatan Surya dan Citra begitu prima. Hasil pemeriksaan menunjukkan mereka dalam keadaan baik. Surya memiliki berat badan 122 Kg, tinggi 75 cm, panjang 251 cm. Sedangkan Citra lebih kecil dengan berat badan 88 Kg, tinggi 72 cm, panjang individu 240 cm.

Selain Gadis yang  berusia 10 tahun dan Monang 9 tahun, sanctuary itu dihuni oleh empat harimau lagi. Antara lain, tiga bayi hasil perkawinan Monang dan Gadis yang lahir pada 23 Januari 2022 lalu. Kemudian ada Dewi Siundol berusia 6 tahun, korban konflik yang dievakuasi dalam kondisi luka parah dari Desa Siundol Julu, Kecamatan Sosopan, Kabupaten Padanglawas, Sumatra Utara Kamis (16/12/2021) lalu. Selain itu, suaka sempat dihuni sementara oleh Sri Nabila dan Suro yang sudah dilepasliarkan kembali ke alam.

Petaka punahnya harimau

Harubiru Surya dan Citra Pulang ke Rumah BaruPotret persiapan pelepasliaran Surya dan Citra dari Sanctuary Harimau Barumun menuju TNKS. (Saddam Husein for IDN Times)

Harimau Sumatra adalah pemangsa pada puncak rantai makanan. Saat ini, eksistensinya masih terancam dengan masifnya deforestasi hutan, perburuan hingga perdagangan ilegal. Kasus perdagangan kulit harimau  yang melibatkan mantan Bupati Aceh Bener Meriah Ahmadi menjadi bukti, perburuan dan perdagangan masih terus terjadi.

Saat ini, harimau Sumatra masuk dalam daftar merah Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN). Statusnya masuk dalam kategori terancam punah (Critically endangered).

Populasinya diperkirakan tidak lebih dari 600 ekor ekor yang tersebar di hutan-hutan Pulau Sumatera (Population Viable Assesment, 2016). Jika upaya pelestarian tidak digalakkan dengan melibatkan lintas sektor, alamat harimau sumatra akan tinggal cerita. Sebagai satwa kharismatik yang pernah mendiami hutan di Sumatra. Menyusul harimau jawa dan harimau bali yang lebih dulu dinyatakan punah.

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya