Cerita Jerimia Diterkam Si Raja Rimba

Diterkam harimau di TNGL, Jerimia menderita 82 jahitan

Langkat, IDN Times - Malang nasib Jerimia Peranda Ginting. Sebanyak 82 jahitan harus bersarang di bagian kepala dan leher pemuda 25 tahun itu.

Luka-luka tersebut didapat setelah Jerimia diterkam harimau sumatra. Dia diterkam saat memanen cabai di ladang yang mereka kelola di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) pada 11 Maret 2024.

Kini Jerimia masih mendapat perawatan di rumah sakit Bidadari, Langkat. Dia bahkan belum bisa bicara. Karena lehrnya cidera parah digigit sang raja rimba. Cerita terkaman harimau dituturkan ayah Jerimia, Ramli Ginting.

1. Leher Jerimia digigit, badannya diseret

Cerita Jerimia Diterkam Si Raja RimbaIlustrasi harimau sumatra. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Ramli mengatakan, kejadian itu bermua saat dia, istri dan anaknya tengah memanen cabai. Tiba-tiba saja, istrinya menjerit.

“Jeri diterkam harimau,” kata Ramli menirukan istrinya, Rabu (13/3/2024).

Ramli langsung bergegas. Dia melihat, si Belang sudah menyeret anaknya sejauh 10 meter. Tanpa pikir panjang, dia langsung melompat ke arah harimau.

Sang raja rimba terkejut. Jeri dilepaskanya. “Kami kira sudah mati anak kami. Rupanya masih bernafas. Luka di lehernya ku bebat pakai sarung. Karena darahnya ke luar terus,” katanya.

Ramli mengalami kepanikan. Satu sisi dia harus menyelamatkan anaknya. Di sisi lain, harimau bersiap menyerang mereka.

Lantas mereka berupaya menyelamatkan diri. Jeri yang lemah pun bergerak perlahan ke arah jalan.

“Sekitar 700 meter kami menghadapi harimau terus menerus menyerang kami,” katanya.

Sampai lah mereka di gubuk. Di sana harimau juga mengikuti. Alhasil, anjing peliharaan Ramli yang menjadi korban.

“Karena anjing itu mengejar ke depan kami,anjing lah yang diterkamnya di depan kami, mati anjing tadi. Lalu kami masuk ke dalam gubuk,” imbuhnya.

Di dalam gubuk, mereka berteriak minta tolong. Hari semakin gelap. Mereka semakin takut.

Beruntung warga cepat datang. Kata Ramli, harimau dihalau kembali masuk ke hutan. Warga juga langsung melarikan Jeri ke rumah sakit.

“Kondisi kesehatan anak ku sudah bisa makan dan sudah bisa mengangguk kalau kita bicara. Kalau ngomong belum bisa. Payah bergerak mulutnya karena digigit kepalanya,” katanya.

Baca Juga: Ini Nama 100 Anggota DPRD Sumut Terpilih Periode 2024-2029

2. Ada kalung di leher harimau penerkam Jeri

Cerita Jerimia Diterkam Si Raja RimbaIlustrasi GPS Collar pada harimau. (Saddam Husein for IDN Times)

Ramli melihat langsung ciri harimau yang menerkam anaknya. Dia merasa aneh. Di leher harimau ada benda yang asing.

“Seperti tali pinggang kulit dan ada kepalanya seperti tali pinggang juga. Ntah seperti berbentuk CCTV. Ukuran harimau besar,” ungkapnya.

Sontak Ramli mengingat. Belum lama ada dua harimau yang dilepasliarkan tidak jauh dari lokasi anaknya diterkam. Cirinya mirip. Benda di leher harimau adalah GPS Collar (pelacak lokasi). Dia menuding harimau yang menerkam anaknya adalah salah satunya.

“Itu sudah positif itu harimau nya yang dilepasliarkan. Bukan dugaan. Tapi sudah positif. Karena dilepaskan di kawasan TNGL,” katanya.

Lokasi lepas liar juga diperkirakan Ramli hanya berjarak sekitar 10 Km dari ladang mereka. “Kalau dari pemukiman itu hanya 3 Km,” kata Ramli.

3. Sejak 2007 mengelola lahan di dalam TNGL

Cerita Jerimia Diterkam Si Raja Rimbailustrasi hutan hujan tropis (unsplash.com/David Clode)

Ramli memang mengakui jika ladang mereka berada di dalam kawasan TNGL. Dia sudah masuk ke sana sejak 2007 silam.

Ada sekitar tiga hektar lahan yang dikelolanya. Lahan itu ditanami Ramli dengan petai, jengkol dan cabai. “Kami tidak menanam sawit,” katanya.

Selama ini, dia juga mendapat sosialisasi dari pemerintah terkait Kelompok Tani Hutan Konservasi (KTHK). Namun dia belum masuk sebagai anggotanya. Untuk diketahui, di dalam TNGL sendiri, ada sejumlah KTHK.

Ramli pu heran. Kenapa pelepasliaran itu dilakukan dekat dengan kawasan KTHK. Padahal itu punya potensi besar memicu konflik seperti yang terjadi.

Selama ada di dalam TNGL, Ramli mengaku beberapa kali bertemu dengan harimau. Baik jejak atau melihat. Namun tidak sampai menyerang.

“Apa mereka tidak mengerti, harimau ini hitungan jam sudah berapa kilometer bisa dia lalui. Apakah dia gak ngerti harimau yang sudah sering jumpa manusia begitu jumpa sama manusia lagi bakal diterkamnya. Kami desak tolong bantu kami warga yang lemah ini,” tukasnya.

Sampai saat ini Jeremia masih terbaring di rumah sakit. Untuk biaya pengobatannya, masih ditanggung sendiri. Karena keluarga Ramli tidak memiliki BPJS. Kata Ramli, belum ada santunan dari pemerintah yang diterimanya untuk membantu pengobatan anaknya.

4. Belum ada kepastian dari Balai Besar TNGL

Cerita Jerimia Diterkam Si Raja RimbaPrajurit TNI Aangkatan Udara mengangkat kandang angkut harimau kedalam helikopter Super Puma yang digunakan membantu pelepasliaran dua harimau sumatra ke Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), Rabu (6/3/2024). (Regina Septiarini Safri for IDN Times)

Klarifikasi datang dari Balai Besar TNGL. Tudingan warga bahwa harimau yang menyerang Jeremiah adalah yang baru dilepasliarkan, mereka belum memastikannya. Kepala BBTNGL Ujang Mamat Rahmat mengatakan, pihaknya masih akan melakukan pengecekan dan analisis lebih lengkap untuk melakukan pemetaan di mana lokasi harimau yang baru dilepasliarkan.

“Dari hasil pantauan kami posisi harimau masih berada di dalam kawasan TNGL. Sementara keluarga korban menyatakan korban sedang memetik cabai di ladangnya,” kata Mamat dalam keterangan tertulis, Kamis (14/3/2024).

Mamat juga mempertanyakan lokasi ladang warga yang menjadi korban. Jika ladang itu di dalam TNGL, maka aktivitas itu sudah mengganggu habitat harimau.

“Posisi korban harus diperjelas. Kalau memang korban berada di dalam kawasan TNGL secara illegal yang merupakan habitat harimau maka ada kemungkinan harimaunya marah karena kehadiran korban dianggap akan mengancam harimau tersebut. Insting yang kuat dari harimau ketika  ada kehadiran manusia di habitatnya berpotensi mengancamnya. Maka akan berusaha menyerang untuk mempertahankan teritorinya. Karena harimau sebagai satwa teritorial. Namun jika kehadiran manusia tersebut tidak berpotensi mengancam harimau maka harimau tersebut akan cenderung menjauhi manusia (anatagonistic),” kata Mamat.

Mamat juga mengatakan jika lokasi pelepasliaran harimau dilakukan jauh dari pemukiman. Klaim Mamat, jika ditarik garis lurus, jarak titik pelepasliaran dengan dengan kampung terdekat secara garis lurus yaitu lebih kurang 10 KM dengan Desa Arasnapal dan 10,24 KM ke kampung Barakinduk (zona khusus TNGL).

5. Klaim sudah lakukan kajian dan mitigasi

Cerita Jerimia Diterkam Si Raja RimbaTim dokter melakukan pengecekan detil fisik dua harimau Ambar Goldsmith dan Beru Situtung sebelum pelepasliaran ke Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). (Reginas Septiarini Safri for IDN Times)

Sebelum pelepasliaran dua individu harimau, BBTNGL juga mengklaim sudah melakukan kajian. Baik kajian habitat dan analisis sosial.

Titik pelepaliaran dinilai mereka sudah sangat ideal. Berdasar satwa mangsa dan analisis potensi gangguan kawasan. Mamat pun kembali menegaskan, titik pelepasliaran sudah menunjukkan jarak yang aman dari potensi konflik.

“Jarak lebih dari 10 km dari kampung menunjukkan jarak yang cukup aman. Kecuali warganya memasuki ke dalam kawasan TNGL secara ilegal dan melakukan perambahan, penebangan kayu dan perburuan,” imbuhnya.

Begitu juga setelah pelepasliaran. Pihaknya juga melakukan langkah mitigasi konflik dengan memantau pergerakan harimau. Jika terpantau akan mendekati pemukiman, BBTNGL akan menurunkan tim mitigasi, menghalau harimau agar kembali masuk hutan. Mereka juga melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar tidak masuk ke dalam TNGL secara ilegal.

“Kami menghimbau agar mulai saat ini segera stop perambahan hutan, stop illegal loging, stop berburu satwa liar, stop melepaskan ternak dan anjing kedalam hutan agar tidak memancing datangnya si raja hutan, serta stop aktivitas illegal lainnya. Raja hutan bisa marah jika rumah dan makanannya diganggu oleh manusia,” katanya.

6. Pelepasliaran dipertanyakan

Cerita Jerimia Diterkam Si Raja RimbaTim dokter hewan mengecek kondisi harimau di Sanctuary Harimau Barumun sebelum pelepasliaran ke Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). (Regina Septiarini Safri for IDN Times)

Ihwal pelepasliaran dua harimau itu mendapat kritik dari pegiat lingkungan Yudha Lesmana Pohan. Kata Yudha, akan menjadi polemik besar jika tudingan warga benar bahwa harimau yang menerkam korban adalah individu yang baru dilepasliarkan Menteri KLHK Siti Nurbaya.

Menurut Yudha, harimau adalah satwa yang punya ingatan kuat akan teritorialnya. “Maka, dia akan kembali menguasai teritorialnya, sehingga berpotensi menyerang warga sekitar hutan," kata Yudha, Jumat (15/3/2024).  

Yudha juga menyoroti peran Kementerian Lingkungan Hidup (KLHK) melalui Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dan BBTNGL yang dinilai tidak berjalan dengan baik. "Ya, percuma saja memasang GPS Collar di leher harimau, kalau tidak di-update perkembangannya," sebutnya.

"Kalau memang yang menyerang itu harimau sumatera yang dilepasliarkan Bu Menteri KLHK, yaitu Si Ambar dan Situtung, peran BBKSDA Sumut dan BBTNGL yang menaungi itu perlu dipertanyakan. Karena ini menyangkut nyawa manusia. Di mana letak empati pemerintah dalam berprikemanusiaan? Wajib dikoreksi kinerjanya," pungkasnya.

Kabar teranyar, seorang warga kembali menjadi korban terkaman harimau di kawasan Damarhitam, Desa Mekarmakmur, Kecamatan Seilepan,  Kabupaten Langkat. Lokasi ini tidak jauh dari serangan pertama. Soal kejadian teranyar tersebut, BBTNGL belum memberikan respon. Sementara pihak BBKSDA Sumut juga belum mendapatkan informasinya.

Dalam beberapa tahun terakhir, konflik antara manusia dengan harimau menghangat. Konflik diduga terjadi karena tekanan terhadap habitat harimau diakibatkan dari alih fungsi kawasan hutan. Konflik teranyar terjadi di kawasan Riau. Harimau sumatra diduga memangsa sapi milik warga di kawasan Dusun 3 Kampung Paluh, Kecamatan Mempura, Kabupaten Siak Sri Indrapura, awal Maret 2024. Kemudian harimau diduga menyerang warga di kawasan Bandarnegerisuoh, Lampung Barat. Dua warga dikabarkan meninggal dunia. Imbas konflik, kantor polisi hutan di kawasan itu dibakar warga pada Senin (11/3/2024).

Untuk diketahui, harimau sumatera atau Panthera tigris sumatrae) termasuk satwa liar dilindungi berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018. Menurut Uni Internasional untuk Konservasi Alam atau IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) harimau sumatera termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang terancam punah.

Baca Juga: Panen Cabai di Dalam TNGL, Warga Langkat Diduga Diterkam Harimau

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya