Banjir Rob Belawan, Petaka Hilangnya Mangrove Hingga Perubahan Iklim

Diklaim terparah sepanjang sejarah

Banjir rob menerjang kawasan Medan Utara
diklaim menjadi bencana terparah sepanjang kawasan itu ada
Masifnya dan kerusakan lingkungan disebut jadi sebab
Ditambah, laju perubahan iklim yang kian nyata

Medan Belawan, Mei 2022

Air setinggi betis orang dewasa merendam pemakaman umum di Jalan Taman Makam Pahlawan, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan, Kamis (19/5/2022) sekitar pukul 15.00 WIB. Hanya tinggal pucuk batu nisan yang belum terendam. Di utara blok pemakaman, total terendam. Makam-makam di bagian itu kian amblas.

Di antara dua blok pemakaman, ada jalan kecil. Anak-anak bermain begitu cerianya di air yang keruh. Berenang, berkejaran dan bermain lempar bola. Seakan sudah biasa dengan bencana yang ada.

Pemakaman umum tersebut dikelilingi kawasan padat penduduk hingga menjorok ke arah laut Belawan. Nyaris seluruhnya terendam di hari itu. Hanya rumah-rumah yang sudah ditinggikan tidak dimasuki air.

Air merendam siang malam

Banjir Rob Belawan, Petaka Hilangnya Mangrove Hingga Perubahan IklimDua orang anak terlihat mandi menggunakan air dari banjir rob yang merendam kawasan Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan, Kamis (19/6/2022). (IDN Times/Prayugo Utomo)

Sore itu, Ani dan Adiknya Rosmiati duduk di depan rumahnya yang terendam. Mereka mengawasi anak-anaknya yang sedang  bermain air. Takut-takut terseret terbawa arus. Mereka mengingat pada November 2021 lalu, ada seorang bayi yang tenggelam saat bermain air di banjir rob di Belawan.

“Tiap hari kalau udah air naik, kami di depan saja. Lihat anak-anak ini main-main. Kalau gak dilihat, nanti entah ke mana-mana dia,” ujar Ani, yang sejak 1999 sudah tinggal di sana.

Ani memperlihatkan rumahnya yang masih terendam. Dia pasrah. Perabotannya terendam. Tidak ada yang selamat. Kursi-kursi kayu Jepara yang ada di ruang tamu sudah praktis lapuk karena berulang kali terendam banjir.

“Sudah tujuh hari ini rumah kami terendam. Senin (16/5/2022) itu paling parah. Air sudah setinggi jendela. Mau tidur malam pun susah. Karena harus berjaga,” ujar Ani yang sehari-hari bekerja sebagai mantri pengobatan alternatif di kampung itu.

Kata Ani, air tidak hanya masuk pada siang hari. Setelah surut saat petang, malam harinya, air kembali masuk pada malam hari. “Kalau pas malam, tahun kemarin paling besar,” katanya.

Terpaksa pindah rumah karena tinggi banjir kian parah

Banjir Rob Belawan, Petaka Hilangnya Mangrove Hingga Perubahan IklimWarga membuat tanggul penahan air agar banjir rob tidak masuk ke dalam rumah. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Ani sudah tidak menempati rumah berlantai dua yang dibangunnya itu. Kini dia sudah pindah ke kawasan Kelurahan Martubung, Kecamatan Medan Labuhan.

“Tahun 1974, saya lahir di Belawan. Kemudian tahun 1999 pindah saya ke sini. Saya  membangun rumah tahun 2000. Karena makin parah banjirnya saya pindah ke Martubung. Ini rumah adik saya yang menempati sekarang,” ujarnya.

Sejumlah rumah tetangga Ani juga sudah banyak yang pindah. Rumah-rumah mereka yang berada di sana kosong. Beberapa rumah juga sudah ada yang ambruk.

Upaya warga untuk menghalau air hanya membuat benteng. Ada juga yang menimbun lantai hingga lebih tinggi dari rob. Itu pun jika pemilik rumah memiliki penghasilan lebih. Jika hanya seperti Ani yang berpenghasilan pas-pasan, harus rela dan pasrah dengan kondisi.

“Orang-orang tidak bisa kerja, tidak bisa jualan. Tidak ada penghasilan,” katanya.

Terparah sepanjang sejarah Belawan

Banjir Rob Belawan, Petaka Hilangnya Mangrove Hingga Perubahan IklimTiga ekor kambing terlihat mencari tempat yang lebih tinggi di antara pemakaman yang terendam banjir rob di Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan, Kamis (19/5/2022). (IDN Times/Prayugo Utomo)

Banjir rob memang sudah menjadi keseharian warga di Belawan. Ani yang lahir dan besar di Belawan tahu betul bagaimana perubahan-perubahan ketinggian air ketika pasang terjadi.

Sepanjang hidupnya, ini yang paling parah. Khsususnya dalam kurun waktu dua tahun terakhir. “Dulu air pasang, tapi sekedar saja. Inilah yang terparah kalau menurut saya,” ujarnya.

Ani dan adiknya berharap pemerintah bisa melakukan mitigasi. Paling tidak, ketinggian air bisa diminimalisir.

Kondisi banjir rob yang parah juga merendam kawasan Kecamatan Bagan Deli. Air juga merendam pemukiman di sana. Adi, salah seorang warga di sana juga berpendapat yang sama dengan Ani. Laki-laki kelahiran 1964 silam juga mengatakan, ini adalah banjir rob terbesar selama dirinya tinggal di belawan.

“Kalau dulu di sini banyak Paluh. Hutan mangrovenya juga masih bagus. Jadi kalau air pasang, tidak terlalu dalam seperti sekarang. Kalau sekarang, sudah jadi rumah semua,” katanya.

Sebelumnya, Camat Medan Belawan Subhan menyebut banjir menyebar ke seluruh kelurahan di sana. Mulai dari Kelurahan Belawan I, Kelurahan Belawan II, Kelurahan Belawan Bahagia, Kelurahan Belawan Sicanang, Kelurahan Belawan Bahari, dan Kelurahan Bagan Deli.

"Kurang lebih 20 ribu KK (Kepala Keluarga) yang terdampak banjir rob," ucap Camat Medan Belawan, Subhan, Rabu (18/5/2022).

Pemko Medan mengambil langkah antisipasi. Pihaknya akan  membangun tanggul rob. Solusi ini dianggap cukup efektif. Saat ini, proses pembangunan tanggul masih dalam proses kajian. Proses pembangunannya diperkirakan memakan triliunan rupiah. Termasuk penanganan dampak sosialnya.

Baca Juga: Setiap Tahunnya Warga Belawan Berlebaran Dihantui Banjir Rob

Hilangnya mangrove, industrialisasi dan laju perubahan iklim menjadi ancaman nyata

Banjir Rob Belawan, Petaka Hilangnya Mangrove Hingga Perubahan IklimKantor Kelurahan Bagan Deli, Kecamatan Medan Belawan, ditinggikan bangunannya untuk menghalau air banjir rob masuk. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Analisis banjir rob yang kian parah ini datang dari Onrizal, ahli kehutanan dari Universitas Sumatra Utara (USU). Onrizal mengatakan, banjir rob yang terjadi saat ini adalah dampak nyata dari kerusakan lingkungan.

Pesisir Belawan, kata Onrizal, sudah kehilangan mangrove sebanyak 90 persen dalam waktu 30 tahun terakhir. Merujuk pada penelitiannya yang memberikan fokus pada kondisi porak porandanya kondisi mangrove di pesisir Timur Sumatra.

“Kawasan mangrove banyak dikonversi. Baik menjadi tambak, permukiman, dan lainnya. Di sisi lain juga ada laju industrialisasi.  Ada pengambilan air tanah, vegetasinya hilang, secara alami tanahnya turun atau mengalami subsidensi (Land Subsidence). Sehingga dengan posisi relatif air laut tidak naik saja, ketika pasang, sering  terjadi rob. Karena tanahnya turun. Jadi dengan pasang yang memang sama, sekarang sudah tenggelam. Bentengnya mangrove, sudah hilang,” kata Onrizal.

Kondisi ini juga diperparah dengan laju perubahan iklim. Ini  membuat dampak perubahan iklim kian nyata. Kenaikan permukaan air laut membuat kedalaman air terus meningkat.

“Mangrove rusak itu tadi. Harusnya mampu menyimpan karbon, sekarang lepas. Sehingga meningkatkan emisi gas rumah kaca, sehingga semakin berat perubahan iklimnya,” katanya.

Tanggul rob, solusi mahal ketimbang perbaiki lingkungan

Banjir Rob Belawan, Petaka Hilangnya Mangrove Hingga Perubahan IklimSeorang ibu menggendong dua anaknya melintasi banjir rob yang merendam kawasan Kelurahan Bagan Deli, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan, Kamis (19/6/2022).

Kata Onrizal, kian parahnya banjir rob di kawasan Medan Utara itu harus membuat Pemko Medan bekerja keras mencari solusinya. Rencana pembuatan tanggul harus dikaji secara serius efektivitasnya.

Pembangunan tanggul, menurut Onrizal, solusi mahal yang dipilih ketimbang melakukan perbaikan kondisi lingkungan. Baik ekosistem, hingga penataan kawasan.

“Apakah efektif, kita akan lihat seperti apa juga nanti. Yang jelas itu jauh lebih mahal, dibandingkan memulihkan kondisi lingkungannya. Kemudian, pemerintah harus melakukan tata ruang. Mana yang memang kawasan lindung yang berupa ekosistem alami. Yang mana memang boleh ada kegiatan budidaya atau permukiman. Karena kalau kita lihat, tata ruang di pesisir Belawan ini tidak jelas lagi,” pungkasnya.

Baca Juga: Banjir Rob di Medan Belawan, 20 Ribu Keluarga Terdampak

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya