10 Hal Tentang Warenhuis, Supermarket Pertama di Medan Era Kolonial

Sudah berumur 103 tahun dan dirancang oleh arsitek Belanda

Medan, IDN Times – Bangunan itu masih kokoh berdiri di Jalan Ahmad Yani, Kota Medan. Dua tugu di bagian depan masih menjulang menantang ke arah jalanan.

Meskipun, di beberapa bagian sudah mulai kupak-kapik. Bahkan di dalam bangunan sudah banyak bagian yang dirobohkan.

Warga Kota Medan, menyebutnya Warenhuis. Konon itu adalah salah satu bangunan peninggalan era kolonial yang masih eksis hingga kini. Walaupun kondisinya memprihatinkan.

Belakangan pemberitaan soal Warenhuis menghangat. Bangunan itu dibersihkan Pemko Medan. Karena masuk dalam aset heritage. Pemko berencana menjadikannya cagar budaya.

Namun di sisi lain, ada juga yang mengklaim sebagai ahli waris dan memiliki bukti kepemilikan bangunan.

Simak nih 10 fakta yang berhasil dirangkum tim IDN Times

1. Sudah berumur 103 tahun dan dirancang oleh arsitek Belanda

10 Hal Tentang Warenhuis, Supermarket Pertama di Medan Era KolonialPetugas Satpol PP membersihkan Warenhuis (IDN Times/Prayugo Utomo)

Sejarah mencatat Warenhuis dibangun 1916 silam. Tangan dingin arsitek asal Jerman G Bos berhasil membuat bangunan itu ikonik.

Meskipun jadul, Warenhuis sudah memakai teknologi anti serangga dari kaca-kaca keramik yang menempel di tiap jendelanya. Namun kaca itu kini sirna.

Setelah rampung dibangun, Warenhuis diresmikan 1919. Peresmian dilakukan oleh Daniel Baron Mackay, Wali Kota Medan saat itu. Artinya saat ini Warenhuis sudah berusia 103 tahun.

Warenhuis menjual berbagai macam barang dulunya.  Mulai dari makanan, sandang hingga perlengkapan elektronik.

Baca Juga: Sengketa Bangunan Warenhuis Medan, Ahli Waris Marah Bangunan Dirusak

2. Warenhuis jadi awal perkembangan ekonomi modern Kota Medan

10 Hal Tentang Warenhuis, Supermarket Pertama di Medan Era KolonialIDN Times/Prayugo Utomo

Statusnya sebagai supermarket pertama, Warenhuis menandai pekembangan perekonomian era modern di Kota Medan. Lokasinya yang dekat dengan jalur perdangangan juga  semakin menguatkan.

Ahli sejarah berharap bangunan itu dipertahankan bentuknya. Karena sebagai salah satu icon di Kota Medan.

“Perlu ada kajian untuk itu. Justru harusnya, kalau masih bisa direvitalisasi yah kenapa tidak. Itu dulu menjadi pusat perdagangan Kota Medan. Dengan statusnya sebagai supermarket pertama Kota Medan. Punya jejak historis yang tinggi. Karena menandai era ekonomi modern di Kota Medan. Kalau itu diruntuhkan , berarti menghapuskan nilai sejarahnya,” kata Erond L Damanik dari Pusat Studi Ilmu Sejarah dan Sosial Universitas Negeri Medan (PUSSIS-Unimed) beberapa waktu lalu.

3. Punya bunker modern untuk menyimpan stok supermarket

10 Hal Tentang Warenhuis, Supermarket Pertama di Medan Era KolonialIDN Times/Prayugo Utomo

Beberapa waktu lalu, IDN Times berkesempatan mengeksplore lebih jauh bangunan Warenhuis. Mulai dari luar hingga detil bagian dalam.

Di dalam gedung ternyata cukup banyak ruangan seperti gerai-gerai. Bangunan dibuat dua lantai. Plafonnya terbuat dari kayu yang cukup kuat. Karena meski sudah  100 tahun lebih, kayu-kayunya masih sangat kokoh.

Namun yang menarik perhatian adalah bunker yang ada di dalam Warenhuis. Bunker itu dipergunakan untuk menyimpan stok barang. Konon bunker itu langsung tembus ke  dermaga yang ada di Sungai Deli.

Namun sayangnya bunker itu kini sudah ditutup. Sehingga sulit untuk membuktikan cerita yang beredar.

4. Diperkirakan cuma beroperasi tak lebih dari 25 tahun

10 Hal Tentang Warenhuis, Supermarket Pertama di Medan Era KolonialIDN Times/Prayugo Utomo

Eksistensi Warenhuis mulai meredup sejak Jepang masuk ke Kota Medan. Warenhuis diperkirakan bertahan 23 tahun.

Sekitar 1942 pemiliknya kembali ke Belanda. Karena Medan mulai tidak kondusif.

5. Ditempati OKP dan sejumlah warga

10 Hal Tentang Warenhuis, Supermarket Pertama di Medan Era KolonialIDN Times/Prayugo Utomo

Sebelum pembersihan 2019 lalu, Warenhuis ditempati sejumlah Organisasi Kemasyarakatn Pemuda (OKP). Terlihat dari sejumlah plang nama organisasi yang menempel di beberapa bagian Warenhuis.

Selain OKP, sejumlah warga sempat menghuni Warenhuis. Mereka menyulap beberapa bilik menjadi tempat tinggal.

6. Kerap jadi spot foto prewedding dan model

10 Hal Tentang Warenhuis, Supermarket Pertama di Medan Era KolonialIDN Times/Prayugo Utomo

Saking indahnya, Warenhuis selalu menjadi pilihan para fotografer sebagai spot foto. Mereka memanfaatkan struktur bangunan tua menjadi sudut menarik.

Sangat baik menjadi latar foto pre wedding bertema vintage atau modelling.

 

7. Dibersihkan Pemko Medan karena diklaim jadi aset

10 Hal Tentang Warenhuis, Supermarket Pertama di Medan Era KolonialIDN Times/Payugo Utomo

Jumat (9/8) lalu, Pemko Medan membersihkan bangunan. Sampah sampah yang menumpuk dibuang. Orang yang tinggal di dalam gedung diminta keluar. 

Warenhuis merupakan aset Pemko Medan. Bangunan di atas lahan seluas 1.752 meter persegi itu terdaftar dalam sertifikat hak pakai nomor 01653. Bangunan itu kini disegel Pemko Medan.

8. Keturunan Taipan Bioskop Medan simpan berkas kepemilikan Warenhuis

10 Hal Tentang Warenhuis, Supermarket Pertama di Medan Era KolonialIDN Times/Prayugo Utomo

Belakangan polemik muncul. Pemilik Warenhuis disebut masih ada. Bahkan masih menyimpan dokumen bukti kepemilikan. Mereka juga kaget kenapa Pemko Medan melakukan pengambilan aset. Sementara bukti kuat masih dipegang ahli waris yang kini bermukim di Jakarta.

Dari dokumen yang ditunjukkan, pemilik Warenhuis adalah Almarhum G Dalip Singh Bath. Seorang India Muslim kelahiran 24 Juni 1906 yang pernah berjaya sebagai Taipan (Konglomerat) Bioskop di Sumut yang juga petinggi PT Oscar Deli of Medan Bioscope (ODB-Medan) bersama istrinya  Almarhumah Hj Mariatun Pulungan.

Dalip Singh wafat 30 Agustus 1962 di India. Kini kepemilikan itu diwariskan kepada generasi kedua Maya S Pulungan. Anak kelima mereka yang kini berusia 65 tahun. Sekarang dia berdomisili di Jakarta.

Dalam surat itu luas lahan milik Dalip Singh sekitar 6.000 meter persegi. Sedangkan bangunan Warenhuis hanya berkisar 1.700 meter persegi.

9. Dokumen Warenhuis masih berbahasa Belanda

10 Hal Tentang Warenhuis, Supermarket Pertama di Medan Era KolonialIDN Times/Prayugo Utomo

Berkas-berkas yang dipegang ahli waris kebanyakan berbahasa Belanda. Salah satunya surat  bersampul Kantoor van C.J.J. Gottgens, Notaris Te Medan. Surat bernomor 73 bertanggal 31 Desember 1948 itu  berisi tentang dokumen peta bangunan hingga lahan.

“Kami sudah ketemu dengan pemilik Warenhuis di Jakarta. Kami kembali ke sini dengan dokumen segepok. Jangan sampai di era kemerdekaan ini, kita menzolimi warga negara sendiri, dengan gaya kolonial perampasan hak-hak ahli waris yang berhak,” kata Laksamana Adiyaksa, salah satu kuasa hukum Maya

Selain Maya ada tujuh orang lainnya yang menjadi ahli waris. Mereka masih dalam garis keturunan Dalip Singh.

10. Keluarga ahli waris sangat setuju jika Warenhuis dijadikan cagar budaya

10 Hal Tentang Warenhuis, Supermarket Pertama di Medan Era Kolonial

Pihak ahli waris pun ternyata setuju, jika Warenhuis dijadikan cagar budaya. Supaya keberadaan Warenhuis tetap eksis.

“Tapi jangan menghilangkan hak ahli warisnya. Kita negara merdeka, negara hukum. Segala sesuatunya harus dilakukan secara ketentuan yang berlaku. Jangan seolah-olah perbuatan ini melegalkan upaya-upaya mengambil alih hak milik orang lain dengan tidak prosedural,” kata  Laksamana.

Ahli waris masih menunggu i’tikad baik dari Pemko Medan untuk menuntaskan masalah Warenhuis. Namun pihaknya juga sudah menyiapkan langkah hukum jika tidak ada jalan lainnya.

Memperingati HUT ke-75 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, IDN Times meluncurkan kampanye #MenjagaIndonesia. Kampanye ini didasarkan atas pengalamanan unik dan bersejarah bahwa sebagai bangsa, kita merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI dalam situasi pandemik COVID-19, di mana kita bersama-sama harus membentengi diri dari serangan virus berbahaya. Di saat yang sama, banyak hal yang perlu kita jaga sebagai warga bangsa, agar tujuan proklamasi kemerdekaan RI, bisa dicapai.

Baca Juga: Saling Klaim Warenhuis, Bekas Taipan Bioskop Punya Berkas Era Kolonial

Topik:

  • Arifin Al Alamudi
  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya