Tempat Wisata di Simalungun Tutup, Pengemudi Kapal Danau Toba Mengeluh
Simalungun, IDN Times – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Simalungun memutuskan untuk sementara waktu menutup seluruh objek wisata di tengah merebaknya virus corona atau COVID-19. Langkah ini diambil Bupati, JR Saragih dengan mengeluarkan surat edaran Nomor: 065/6030/1.31/2020.
Surat ederan tersebut telah disebarluaskan kepada pengelola atau pengusaha objek-objek wisata dan sesuai dengan surat bupat meminta agar semua kegiatan yang mendatangkan pengunjung ditutup sekitar dua minggu kedepan terhitung sejak tanggal 27 Maret 2020.
1. Surat edaran ditunjukkan kepada semua pengelola objek wisata

Hal ini dibenarkan juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Wasin Sinaga. Tercatat objek-objek wisata populer seperti kawasan Parapat dan Tigaras menutup akses.
Bupati Simalungun juga meminta kepada seluruh jajarannya, khususnya para camat dan perangkat nagori atau desa untuk memantau kondisi di lapangan dan memastikan surat ederan tersebut berjalan sebagaimana diharapkan.
Jika ada aktivitas yang melanggar maka bupati meminta agar dilakukan tindakan yang tepat. JR Saragih juga meminta seluruh pejabat terkait tidak bosan-bosannya mensosialisasikan masyarakat untuk jaga jarak.
2. Penutupan objek wisata membuat sebagian warga kesulitan ekonomi

Seorang pengemudi kapal pariwisata di Parapat, B Sirait mengaku bahwa sejak merebaknya COVID-19 tiga minggu terakhir para awak kapal tidak mendapatkan penumpang lagi. Kapal sehari-harinya disandarkan di pinggir Danau Toba. B Sirait bersama teman-teman lainnya kini hanya bisa mengeluh, tidak ada langkah lain untuk mendapatkan uang.
Warga ini mengakui, sejauh ini serba sulit untuk mencari pekerjaan karena mengalami situasi yang sama. Harapan satu-satunya adalah perhatian pemerintah khususnya Pemkab Simalungun.
“Di mana-mana kita kesulitan, kapal tidak jalan karena penumpang tidak ada lagi. Sementara selama ini kita hanya mempunya mata pencarian dari kapal. Jujur, situasi sekarang ini membuat kami bingung karena tidak ada uang masuk untuk menutupi kebutuhan sehari-hari. Kita berharap pemerintah mengambil kebijakan untuk meringankan persoalan warga,” kata B Sirait.
3. Pemkab Simalungun akan siapkan pasar murah

Untuk kebijakan atas persoalan nasional itu, Permkab Simalungun sendiri mengakui bahwa kebijakan ini berdampak negatif kepada sejumlah orang, seperti berkurangnya atau tidak adanya uang pemasukan, dimana sebagian warga, hidup mengandalkan gaji harian. Salah satu kegiatan yang mengalami ini adalah pengemudi kapal wisata. Distancing tanpa kebutuhan memadai memang menjadi persoalan berat untuk dihadapi.
Bagaimana dampaknya secara ekonomi akibat pembatasan kegiatan, hal ini akan ditinjau oleh Bupati Simalugun, JR Saragih. “Tapi ini untuk kebaikan bersama, bagaimana memastikan agar virus corona tidak menyebar ke masyarakat karena kesehatan itu jauh lebih penting. Bagaimana dampaknya secara ekonomi, akan ditinjau oleh pimpinan, pak bupati. Yang paling utama sekarang ini adalah kesehatan,” kata Wasin Sinaga.
Menurut Wasin Sinaga, saat ini langkah yang dilakukan bupati mengatasi persoalan kebutuhan pangan masyarakat adalah membuka pasar murah, dan ini sudah berjalan di beberapa desa atau nagori. Hanya saja, pengadaan pasar murah harus berdasarkan analisa dan pengajuan dari masing-masing Nagori dan Kecamatan. Dengan dibukanya pasar murah, warga diharapkan bisa membeli kebutuhan dapur dengan harga terjangkau.