Mutia Nauli: Era Digital, Berbagai Cara Dilakukan Dongkrak Eksistensi

Kamu sadar gak sih?

Medan, IDN Times - Di era digital, seseorang ingin pengakuan. Oleh karena itu berbagai cara dilakukan mendongkrak eksistensinya. Hal itu disampaikan Mutia Nauli, Psikolog USU dalam diskusi publik yang berlangsung di Aula BKKBN Sumatera Utara Jalan Krakatau No. 110 Medan, Sabtu (30/11) sore.

Namun yang perlu diperhatikan adalah ketidaksadaran warganet dengan perilakunya di media sosial.

"Kita sendiri mau kadang menyebarkannya. Kita sendiri yang komen. Kita gak sadar padahal membuat itu berkembang, jangan lagi komentari orang kalau gak ada untungnya. Emang kalau mau eksis caranya itu aja. Cari aja cara lain untuk eksis," ujar Mutia.

1. Hate speech adalah kebiasaan yang dibawa dari keseharian dilakukan ke dunia maya

Mutia Nauli: Era Digital, Berbagai Cara Dilakukan Dongkrak EksistensiDiskusi Publik di Aula BKKBN Sumatera Utara (IDN Times/Masdalena Napitupulu)

Ia juga menjelaskan Hate speech adalah kebiasaan yang dibawa dari keseharian dilakukan ke dunia maya.

Hate speech berawal dari berkelompok. Kemudian mereka memiliki persamaan kebencian. Kemudian berkumpul dan membentuk grup. Sehingga yang diluar itu dianggap musuh.

"Kalau satu orang gak suka, semua bakal gak suka. Kemudian muncul ejekan sendiri dan ejekan berjamaah. Diawali dengan gak pakai senjata. Masih berupa cercaan. Kemudian setelah itu dihabisi pakai senjata sampai objek tersebut hancur," jelasnya.

Baca Juga: Kisah Fidly JKT48, Kena Cyber Bullying sampai Puasa Sosmed

2. Seperti salah satu kasus yang berdampak dari ujaran kebencian adalah bunuh diri

Mutia Nauli: Era Digital, Berbagai Cara Dilakukan Dongkrak EksistensiDiskusi Publik di Aula BKKBN Sumatera Utara (IDN Times/Masdalena Napitupulu)

Seperti salah satu kasus yang berdampak dari ujaran kebencian adalah bunuh diri.

Angka kematian akibat bunuh diri negara Korea Selatan merupakan yang tertinggi di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) angka bunuh diri di Korea Selatan berada di tingkat tertinggi ke-10. Beberapa waktu lalu, publik mendapat kabar duka dari Korea Selatan, Go Ha-Ra meninggal karena bunuh diri.

Goo Ha-Ra ditemukan meninggal di kediamannya pada Minggu (24/11). Diduga, ia mendapat ancaman digital dari seseorang.

3. Indonesia sampai saat ini belum memiliki sistem pencatatan kematian akibat bunuh diri

Mutia Nauli: Era Digital, Berbagai Cara Dilakukan Dongkrak EksistensiDiskusi Publik di Aula BKKBN Sumatera Utara (IDN Times/Masdalena Napitupulu)

Beralih ke Indonesia, pada 2016, catatan terakhir data yang dipunya WHO angka bunuh diri di Indonesia diestimasi 3,4 kasus per 100.000 penduduk.

Angka ini menurun dibandingkan 16 tahun sebelumnya, yang berada pada 3,6 kasus bunuh diri per 100.000 penduduk saban tahunnya.

Namun banyak pihak meyakini jumlah yang sesungguhnya malah lebih tinggi. Sebab, Indonesia sampai saat ini belum memiliki sistem pencatatan kematian akibat bunuh diri (suicide death registry system).

Baca Juga: Jamaluddin Hakim PN Medan Tewas, Perlindungan Pengadil Jadi Sorotan

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya